Disclaimer: Diamond no Ace Kepunyaan Oom Tera
Warning : OOC, typo(s), humor fail, etcetera
Saya tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam membuat fanfic ini. Semuanya murni untuk kepuasan batin.
"Matte, Miyuki Kazuya!"
Miyuki menoleh. Ia memutar matanya malas, mendapati pitcher kidal rekan satu timnya. Tentu malas, pasti Sawamura mau memintanya menangkap pitchnya lagi. "Jika kau memintaku menangkap pitchmu—"
"Bukan itu, Miyuki-senpai!" potong Sawamura cepat.
Sebelah alis Miyuki terangkat. Masalahnya tumben sekali laki-laki yang lebih muda setahun darinya memanggilnya dengan embel-embel senpai. "Hah, akhirnya kau menunjukkan rasa hormatmu padaku, Sawamura," ucapnya dengan seringai jahil khasnya.
Sawamura mengabaikan kata-kata sang catcher. Ia menundukkan kepalanya. Mengatur detak jantungnya yang berdetak secara berlebihan. "Mi, Miyuki…"
Oh.
Miyuki sudah mengerti situasinya. "Sawamura…"
"A, aku… Miyuki Kazuya, kau tahu—"
Miyuki membekap mulut Sawamura dengan tangannya. "Hentikan Sawamura."
Perempatan muncul di sudut kepala Sawamura. "Apasih!?" Southpaw pitcher itu menepis tangan Miyuki. "Sikapmu yang seperti itu membuatku semakin ingin meneruskannya, kau tahu?"
Ia kembali mengatur nafasnya. "Miyuki, aku su—"
Cup.
"—suka kamu…"
Mata Sawamura melebar. Miyuki menciumnya?
Miyuki menepuk pucuk kepala Sawamura pelan, sebelum berlalu pergi. "Maaf," gumamnya yang mampu di dengar oleh sang pitcher.
Sawamura masih terdiam di tempatnya. Tangannya memegang bibirnya yang dicium oleh Miyuki beberapa saat lalu. Air mata tiba-tiba saja mengalir dari pelupuk matanya. "Sial!" Kenapa menciumku? Kenapa meminta maaf? Miyuki sialan, kau membuatku tidak mengerti, bodoh!
.
.
.
Suasana Kafetaria sedikit berbeda malam itu. Semuanya terasa janggal ketika dirinya tidak mendengar suara berisik dari southpaw pitcher yang mengejar-ngejar Miyuki, atau Chris untuk menangkap pitchnya. Yuki merasa ada yang hilang malam itu.
Isashiki menaikkan sebelah alisnya, ketika hanya mendapati duo kelas satu yang masuk ke dalam tim reguler. Hell, pantas ada yang aneh. Ia menoleh mendapati Kuramochi yang masih menikmati makan malamnya.
"Oi, Kuramochi."
Yang dipanggil langsung menoleh.
"Sawamura?"
"Oh, Bakamura..." Kuramochi menenggak habis minumannya. "Dia bilang, dirinya sedang tidak enak badan."
"Eh, jadi idiot bisa sakit juga?" komentar Kominato sulung.
"Dia idiot yang terlalu memaksakan tubuhnya, Ryo-san," timpal Kuramochi sambil terbahak.
Miyuki hanya terdiam dan memakan makan malamnya di sebelah Kuramochi. Pikirannya kembali pada beberapa saat yang lalu, usai latihan tadi sore. Sial, kenapa aku menciumnya?
.
.
.
Lampu sudah dimatikan nyaris di seluruh kamar di asrama. Tak terkecuali kamar nomor lima. Masuko sudah tertidur pulas di tempat tidurnya setelah menyantap dua puding miliknya. Dan, Kuramochi masih memainkan gamenya. Matanya mencoba fokus menatap layar televisi di depannya. Sementara telinganya sedikit terganggu dengan suara isak tangi Sawamura.
Ia menghela nafasnya. Rasanya ia ingin menendang bocah itu. Sekarang.
Ia segera bangkit dari duduknya, setelah tulisan game over tercetak jelas memenuhi layar televisi. Ia memposisikan dirinya duduk di pinggir tempat tidur sang pitcher. "Oi."
Perempatan muncul di pelipisnya, ketika tidak ada balasan dari sang Kouhai. Ia segera menarik selimut Sawamura. "Oi, Sawamura."
Sawamura segera bangun dari posisinya dan memeluk shortstop Seido. Tangisnya pecah. Dan, Kuramochi hanya bisa mengelus pucuk kepala sang pitcher, mencoba menenangkannya.
"Kau ada masalah?"
Ia bisa merasakan, laki-laki brunette dipelukkannya mengangguk.
"Mau menceritakannya?"
Sawamura terdiam beberapa saat. "Aku menyatakan perasaanku," ia menjeda kalimatnya. Suaranya masih bergetar. "Dan entahlah, aku tak mengerti dia menolakku atau bagaimana."
"Lalu, siapa orang itu?"
Sawamura terdiam. Ia merasa enggan untuk menjawab hal ini.
"Sawamura?"
Southpaw Pitcher itu bergumam pelan. Memalingkan wajahnya ke arah lain.
Sebelah alis Kuramochi terangkat. "Kau berbicara sesuatu, Bakamura?"
"Mi, Miyuki."
Hening.
Kuramochi terdiam. Serius, dia tidak tahu harus tertawa atau malah kesal mendengar nama cacther inti tim.
"Kau boleh tertawa, Senpai!"
Shortstop Seido itu memukul kepala Sawamura pelan. "Bodoh," gumamnya. "Lalu apa yang dilakukan Miyuki?"
"Eum…" Sawamura menjeda ucapannya, pikirannya kembali mengingat kejadian yang terjadi beberapa jam lalu. Wajahnya memerah. Lalu menggumamkan sesuatu.
Perempatan kembali muncul di pelipis Kuramochi. Sikap Sawamura terlalu jelas dibacanya. "Hah, aku tidak bisa mendengarmu, Sa-wa-mu-ra!?" tanya Kuramochi, senyuman jelas terpampang diwajahnya, tapi entah kenapa bocah kelas satu itu malah merinding.
"Kubilang… Miyuki menciumku—" Sawamura menelan air liurnya ketika melihat tangan Kuramochi yang mengepal. "—hanya di pipi. Ya, hanya di pipi," lanjutnya cepat. "Dan, kemudian dia meminta maaf…"
Kuramochi berdecih pelan. Apa yang kau pikirkan, Miyuki!?
.
.
.
Miyuki menatap langit dari jendela kelasnya. Tangannya memegang bibirnya, kejadian usai latihan sore kemarin masih tergiang jelas diingatannya. Aku kenapa sih?
"Gyahaha."
Suara tawa Kuramochi cukup membuatnya kembali tersadar dari lamunannya. "Apa?"
Kuramochi tersenyum lebar, ia mendekatkan wajahnya ke telinga sang catcher. "Kau bingung karena habis mencium Sawamura ya?" bisiknya. Lalu memundurkan wajahnya, dan menatap wajah syok sang catcher. "Aku sudah dengar semua ceritanya, lho."
Miyuki menoleh ke arah lain. Pantulan cahaya dikacamatanya sukses membuat Kuramochi tidak tahu apa yang dipikirkan oleh sang catcher.
Kuramochi menghela nafasnya. "Bagaimana perasaanmu pada Bakamura?"
"Tidak ada perasaan apa-apa."
"Kau yakin?" Kuramochi menatap sahabatnya itu sedikit malas. "Kalau begitu, bagaimana jika rivalmu mengambilnya?"
"Maksudmu, Chris-senpai—"
"Ah, Ryou-san menungguku di kantin." Kuramochi memotong ucapan Miyuki setelah melihat ponselnya. Dia melangkahkan kakinya sedikit terburu-buru keluar kelas, lalu menoleh ke arah Miyuki dan tersenyum nyengir. "Ya, bisa saja itu aku, atau yang lain."
"Hah?" Miyuki menatap pintu kelasnya heran. Apa maksud pembicaraan Kuramochi.
.
.
.
Hari ini, dan besok latihan diliburkan, karena besok ada festival di Seido.
Sawamura menjatuhkan dirinya di atas tempat tidurnya. Ia tidak peduli dengan cosplay cafe yang akan diadakan kelasnya besok di festival Seido. Ia mengatur nafasnya, sebelum berteriak, "Sialan!"
"Bakayuki, itu ciuman pertamaku, Bodoh!" gumamnya.
Sawamura menghela nafasnya, saat merasakan ponselnya bergetar, menandakan ada pesan yang masuk. Dia pikir itu hanyalah Yoshikawa yang memilih kostumnya untuk besok. Tapi alisnya terangkat melihat kontak no name yang mengiriminya pesan singkat.
Hai, Eijun.—Received. 16.20
Setahu dirinya hanya orang-orang yang dikenal dekat olehnya yang mempunyai kontaknya. Dan, oh, Wakana lah yang paling sering mengiriminya pesan.
Kau siapa?—Sent. 16.21
Penggemarmu.—Received. 16.21
Sawamura menatap ponselnya, heran. Hanya orang iseng, mungkin. Baru saja ingin memejamkan mata, ponselnya kembali bergetar.
Hei. Aku tahu hari ini kau libur latihan, Eijun-chan.—Received. 16.22
Bisakah kau menemaniku? Aku bosaaan.—Received. 16.23
Eijun?—Received. 16.23
Kau siapa? Kenapa kau kenal denganku—Sent. 16.25
Kau juga mengenaliku, Eijun-chan. Dan, kubilang, aku penggemarmu.—Received. 16.25
Sawamura kembali menatap layar ponselnya. Orang yang dikenalinya? Miyuki? Tidak, Miyuki tidak mungkin mengiriminya pesan seperti ini. Captain? Jun-san? Masuko-senpai? Oniisan? Kuramochi-senpai? Harucchi? Furuya? Oh, bunuh dia jika itu Furuya. Tapi tunggu, dari semua yang terlintas diotaknya tidak ada yang benar-benar bisa pas dengan orang yang sedang bertukar pesan dengannya.
Apa ya, orangnya benar-benar percaya diri. Tidak, tidak, bahkan kekanakan bisa dibilang.
Aku tidak tahu. Dan aku tidak akan membalas pesanmu lagi, jika kau tidak memberitahuku.—Sent. 16.32
Aku? Aku pitcher sama denganmu. ;)))—Received. 16.33
Pitcher? Pikiran Sawamura melayang. Dan yang teringat dibenaknya pertama kali adalah pitcher Yakushi, Sanada Shunpei.
Ia menggelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak mau mati dibunuh Todoroki karena mengambil senpainya.
Kau pitcher? Dari tim?—Sent. 16.36
Hi-mitsu~ Bukankah besok Seido mengadakan festival?—Received. 16.37
Sawamura kembali melempar ponselnya, asal. Sial, dia berasa dipermainkan oleh orang di seberang sana. Dia memejamkan matanya, setidaknya tidur beberapa menit sebelum makan malam lebih baik.
Eijun? Sawamura?—Received. 16.42
Kau beneran marah?—Received. 16.50
Baiklah, aku akan memberitahumu besok.—Received. 16.55
Jangan marah:/—Received. 17.03
.
.
.
Sawamura menggeliat di ranjangnya. Ia ingin tidur lagi jika saja Kuramochi-senpai tidak menendang tubuhnya hingga membuat tulangnya nyaris bergeser. "Ittai, Senpai!"
"Cepat bangun, dan makan malam." Kuramochi bertolak pinggang memperhatikan adik kelasnya yang cemberut ditempat tidurnya. "Chris-senpai bisa marah, Bakamura."
Sawamura segera mengganti baju seragamnya, dengan kaos. Ia mengambil ponselnya, sebelum mengikuti Kuramochi ke Kafetaria.
Ia mendengus membaca pesan singkat dari entah siapa, permintaan maaf, dan emojikon sedih diterimanya cukup banyak. Well, setidaknya orang di seberang sana cukup menaikkan moodnya, meski dia tidak tahu siapa.
Ya, kuharap kau muncul besok, dan aku bisa menendangmu.—Sent. 18.45
Aw, kau tidak marah?;)))—Received. 18.45
Menurutmu? Kenapa kau tidak memberitahuku kau siapa!—Sent. 18.46
Kau tidak sabar ya, sweetie? Aku akan memikirkannya jika kau mengirimiku foto selfiemu.—Received. 18.46
Sawamura berdecih pelan.
Tidak, tidak akan.—Sent. 18.49
Baiklah, besok aku tidak jadi datang:/—Received. 18.49
"Sa-wa-mu-ra!"
Sawamura bergedik ngeri. Ia segera menyembunyikan ponselnya di saku celananya.
"Jangan bilang kau bertukar pesan dengan Wakana! Sini kemarikan hapemu!"
"Bu, bukan!" Sawamura mendorong Kuramochi hingga masuk ke dalam Kafetaria. "Bukan Wakana! Dan, uh, aku kembali ke kamar sebentar."
"Koraaa, Sawamura!"
"Youi-chan?"
Kuramochi menoleh dan mendapatkan beberapa pasang mata menatapnya, ada apa; coba jelaskan; dan kau berisik.
.
.
.
Sawamura mengambil fotonya sendiri. Meski enggan. Tapi, serius orang yang diseberang sana jauh lebih membuatnya penasaran. Oh, ia harus berterimakasih karena orang diseberang sana membuatnya kesal hingga melupakan rasa sedihnya.
A Photo—Sent. 19.01
Wow. Um, yah, kau manis sekali seperti biasanya. Dan, hei, kau habis menangis!?—Received. 19.03
Sawamura kembali melangkah ke Kafetaria, dia tidak ingin Kuramochi membunuhnya dengan gulat yang dipelajarinya.
Serius, kau habis menangis? Siapa yang membuatmu menangis?;/—Received. 19.05
Sawamura mendengus heran. Bahkan dia tidak mengenal orang yang mengiriminya pesan singkat, tapi entah kenapa ia merasa senang, ketika ada yang mengkhawatirkannya?
Bukan siapa-siapa. Dan, bukan urusanmu.—Sent. 19.07
Sawamura memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya. Ia masuk ke dalam Kafetaria, dan membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya. Mencoba bersikap tidak acuh, ia melangkahkan kakinya santai dan mengambil makan malamnya, lalu memposisikan dirinya duduk di sebelah Furuya, dan berhadapan dengan Kuramochi.
"Jadi…" Kuramochi menggantung kalimatnya, ia melirik ke arah Miyuki yang duduk agak jauh dari mereka. "…Kau sudah move on, Sawamura?" lanjutnya dengan suara yang agak keras, membuat Sawamura tersedak nasi yang dikunyahnya, dan Miyuki—ralat, beberapa pasang mata melihat ke arahnya.
Sawamura mengambil gelas yang disodorkan oleh Kominato bungsu, dan menenggak habis minumnya. "Kuramochi-senpai!"
"Lho? Aku benarkan?" Kuramochi mengunyah makanannya, dan menelannya. "Habis daritadi kau memainkan hapemu terus, dan begitu kutanya dari Wakana, kau bilang bukan."
"Aku juga penasaran, Eijun-kun."
Sawamura menoleh ke arah sahabatnya. "Bahkan Harucchi juga?"
Di sebelahnya, Furuya tertidur dan menjatuhkan kepalanya tepat di kepala sang Pitcher kidal.
"Sial, Furuya, beraaat!"
"Shitakunai."
Sawamura melotot. Furuya tidak tidur, tapi apa-apaan sih kenapa dia menindih kepalanya seperti ini. "Berat, Teme!"
Kuramochi memandangi dua Kouhainya. Dia tidak ingat, Furuya sedekat itu dengan Bakamura. "Jadi kau move on ke Furuya, oi, Bakamura?"
"Haaah!?"
.
.
.
To Be Continued
Dan diakhiri dengan FuruSawa:"D Serius FuruSawa itu terlalu adorable /dibunuh Miyuki/
Jakarta, 23 Juli 2015. 13:13
