Our Family
Chapter 1
Disclaimer : Bleach by Tite Kubo
Our Family by Sora Hinase
Pairing : IchiRuki
Rated : T
Genre : Family, Romance
Warning : OC, OOC, Typo, dsb.
Hallo minna~ #lambai-lambai
Ada yg kangen sama Sora? Apa malah ngga ada yg kenal? #pundung
Sora ngga jadi keluar karena pingin ngeramein FBI lagi~
Author 2010 mana nih?
Ok deh A/N nya kepanjangen, ini adalah sequel Only You in My Heart...
Selamat menikmati~
.
.
.
.
.
Sudah sebulan aku dan Rukia resmi menjadi sepasang suami-istri, fokus utama kami sekarang tentu saja hanya tentang Ichiru, bahkan Rukia cenderung masih menghindariku. Aku bersyukur Ichiru ada di antara kami, dia dapat membuat kami nyaman, selama sebulan ini memang tak ada kegiatan yang kami lakukan berdua saja, selalu ada Ichiru di antara kami. Aku teramat sangat bersyukur kepada Kami-sama karena telah menghadirkan Ichiru, tanpa keberadaan Ichiru, aku dan Rukia belum tentu dapat bersatu lagi. Ichiru adalah cahaya kami, aku akan melakukan apapun agar cahaya kami tetap bersinar.
Seperti biasa saat aku terbangun tadi pagi, Rukia sudah memulai aktifitas membuat sarapannya, sedangkan Ichiru masih nyaman berada dalam alam mimpinya. Tak pernah bosan aku melihat tingkah Ichiru bahkan ketika ia tengah terlelap, aku masih tak percaya jika kini aku telah memiliki seorang malaikat kecil padahal dua bulan yang lalu aku belum mengetahui keberadaannya tapi sekarang, dia bahkan sudah sangat pintar berceloteh dan lari ke sana ke mari. Setelah membenarkan posisi Ichiru dan mencium kedua pipi gembilnya, aku mengambil handuk dan turun ke lantai satu. Saat melewati dapur aku melihat Rukia sedang memasak, pemandangan sebulan ini dan hanya ucapan selamat pagi yang aku sampaikan sebelum masuk ke kamar mandi. Aku sadar jika Rukia belum terbiasa untuk kembali berhubungan denganku, walaupun ia telah memaafkanku setelah aku menceritakan kesalahpahaman yang terjadi di antara kami tapi aku terlalu banyak membuat ia menanggung beban berat seorang diri dan jika bukan karena Ichiru, aku yakin Rukia tak akan menjadi istriku jika tak ada Ichiru karena tanpa Ichiru, aku tak bisa meluruskan kesalahpahaman di antara kami. Mungkin ini yang namanya hikmah dibalik musibah, kami hampir kehilangan Ichiru tapi justru karena hal itu kami akhirnya bersatu.
Setelah selesai dari ritual mandiku, aku melihat hidangan untuk sarapan telah tertata rapi di meja makan tetapi aku tak melihat sosok Rukia, mungkin dia sedang membangunkan Ichiru. Dan benar saja saat aku membuka pintu kamar kami aku melihat Ichiru yg sedang memberikan gelas air putih kepada Rukia. Sedikit heran karena biasa Ichiru akan meminta ASI saat baru bangun tidur, kami memang belum menyapih Ichiru walaupun umur Ichiru sudah tiga tahun lebih, Rukia sudah menceritakan bagaimana Ichiru jika tak mendapatkan ASI sehari saja oleh karena itu kami memutuskan untuk tidak menyapihnya dulu.
"Sudah bangun, Jagoan?" tanyaku sambil berjalan mendekatinya.
"Tou-chan." Ichi memanggilku sambil merentangkan kedua tangannya, minta digendong.
"Ichi tambah berat," ucapku saat Ichiru sudah dalam gendonganku, dia langsung menyembunyikan wajahnya diperpotongan leherku, sementara Rukia masih terduduk di tepi ranjang sambil menatap kami yang berdiri tak jauh darinya, sepertinya ada yang mengganggu pikiran Rukia.
"Mandi sama Tou-chan," ucap Ichiru tanpa mengubah posisinya.
"Baiklah, Ichi mandi sama Tou-chan sementara Kaa-chan akan merapikan tempat tidur dan menyiapkan baju Ichi," ujar Rukia seraya berdiri dari duduknya dan mendekati kami, mengacak rambut jingga Ichiru seraya tersenyum.
"Yah, Tou-chan basah lagi," ucapku dengan nada dibuat lemas sebelum keluar dari kamar untuk memandikan Ichiru.
.
.
.
.
.
Selesai memandikan Ichiru, aku memperhatikan Rukia yang sedang memakaikan baju kepada Ichiru dan setelah itu kami turun untuk melakukan sarapan. Ichi tak suka makan di meja makan, dia lebih suka makan di ruang keluarga sambil melihat acara kartun kesukaannya dan bermain dengan berbagai macam mainannya, jadilah aku di ruang makan seorang diri sementara Rukia sedang menyuapi Ichiru di ruang keluarga.
Setelah menyelesaikan sarapanku, aku berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di samping Rukia sementara Ichiru sedang asyik dengan mainannya, Ichiru memang lama saat makan.
"Ichi tak mau saat aku menawarinya ASI," kata Rukia memulai pembicaraan, suaranya sengaja dipelankan agar Ichi tak mendengar pembicaraan kami, sementara pandangannya masih tertuju pada Ichiru.
"Mungkin Ichi memang belum ingin minum ASI, lagi pula sekarang kamu berada di samping Ichi 24 jam, Ichi bisa meminta ASI kapanpun dia mau, " ujarku seraya tersenyum, aku tahu dia cemas, takut terjadi hal buruk seperti yang sudah-sudah.
"Kaa-chan makannya sudah," kata Ichi menoleh sebentar ke arah kami sebelum asyik lagi dengan mainannya.
"Tou-chan juga ingin ikut main nih," ujarku mendekati Ichiru.
"Baiklah, Kaa-chan akan sarapan dulu setelah itu membereskan dapur, Ichi main sama Tou-chan, ya?" ujar Rukia seraya berdiri dari duduknya dan berlalu menuju dapur.
"Oke, Kaa-chan," jawab kami bersamaan.
.
.
.
.
.
"Tou-chan hari ini ada jadwal praktek di Rumah Sakit Karakura, ya?" tanya Rukia saat ia baru keluar dari dapur.
"Iya, aku masuk shift siang, Kaa-chan," jawabku menoleh sejenak ke arah Rukia. Jujur saja aku masih sedikit canggung saat memanggil Rukia dengan sebutan Kaa-chan dan aku rasa Rukia juga merasakan hal yang sama, tapi mau bagaimana lagi, Ichi sedang suka menirukan apa yang ia dengar oleh karena itu kami memanggil sebagaimana Ichi memanggil kami.
"Oke," ujar Rukia sebelum naik ke lantai atas, aku tahu dia akan menyiapkan keperluanku. Selain membuka klinik di rumah aku memang bekerja di Rumah Sakit Karakura.
"Ichi ngga haus?" tanyaku pada Ichiru, ini sudah pukul 09.00 tapi Ichi belum juga meminta ASI, sedikit khawatir kalau sampai terjadi sesuatu pada Ichiru. Walaupun aku seorang dokter jujur saja aku lebih memilih memeriksa anak orang lain dari pada anak sendiri, aku tak dapat berkonsentrasi dan tetap tenang saat terjadi sesuatu dengan Ichiru berbeda saat aku harus menangani pasien.
"Tou-chan minum air putih," ujar Ichiru sebelum iya berdiri dan mengambil gelas yang berada di atas meja tak jauh dari tempatnya bermain. Hari ini Ichi juga tak secrewet biasanya tapi kenapa Ichi tak mau minum ASI?
Aku terus menemani Ichi bermain sampai pukul 11.00 sampai akhirnya Rukia datang, dia abis membereskan pekerjaan rumah lainnya dan memang ini sudah masuk jam tidur siang Ichiru.
"Sayang, ayo tidur siang dulu," ujar Rukia saat baru sampai di dekat kami, sepertinya dia baru menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
"Ngga mau~" rengek Ichi yang langsung memelukku.
"Ayo mimi, Ichi kan dari tadi belum mimi," ujar Rukia seraya duduk di depanku dan membelai rambut Ichiru, 'mimi' adalah kata yang Ichi gunakan saat ingin meminum ASI tapi jika bukan ASI dia akan menggunakan kata minum.
"Ayo, Tou-chan antar ke kamar," ujarku ikut membujuk Ichi dan mencoba melepaskan pelukannya.
"Mau ikut Tou-chan kerja," ujar Ichi yang justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Nanti bangun tidur Ichi ikut Tou-chan kerja," bujukku.
"Ngga mau mimi, mau es krim," pinta Ichiru yg belum mau melepas pelukannya.
"Ya sudah Ichi beli es sama Tou-chan tapi setelah itu tidur siang, ya?" jawabku akhirnya.
"Sama Kaa-chan juga."
Dan akhirnya kami pergi ke minimarket bertiga dengan Ichi yang ada di gendonganku. Baru setengah jalan menuju minimarket aku merasa Ichi mulai menyandarkan kepalanya di bahuku dan mencari posisi yang nyaman dan tak berapa lama kemudian Rukia berkata, "Ichi tidur."
.
.
.
.
.
"Ichi masih tak mau minum ASI, apa tak apa-apa?" tanya Rukia saat aku memasuki kamar tidur.
Hari sudah malam dan aku baru sampai di rumah setengah jam lalu, setelah makan malam dan mandi aku menyusul Rukia ke kamar, Ichi sudah tertidur saat aku pulang.
"Hari ini Ichi juga tak selincah biasanya," ujar Rukia -lagi- saat aku telah berbaring di samping Ichiru dengan posisi miring menghadap Rukia yg juga tengah menghadapku.
"Jika besok Ichi masih terlihat lemas dan tak mau meminum ASI, aku akan ke tempat Urahara, Ichi akan baik-baik saja," ujarku mencoba menenangkan Rukia walaupun aku juga khawatir dengan kondisi Ichiru. Mengingat kami pernah hampir kehilangannya.
Kami-sama lindungi permata hati kami
.
.
.
.
.
TBC
Sora belum tahu cerita ini mau dibawa kemana... ada ide? kritik dan saran sangat diperlukan.
Review please? ^^
