Asrama putra bagian barat kini tengah ramai-ramainya. Walaupun hanya satu orang saja yang berteriak di awalnya, namun menimbulkan kehebohan di seluruh penjuru barat.
"Dalam waktu lima menit kalian tidak segera menuju ruang tengah, guntingku akan melayang ke kamar kalian!" hanya dengan kalimat itu, kaisar barat itu melangkah santai ke ruang makan.
"NANI?!"
"5 MENIT?!"
"HE?!"
"CEPAT BAKA! KAU INGIN GUNTING KERAMAT ITU MASUK KAMAR KITA?!"
"KAU YANG LAMA!"
"..."
Teriakan bersahut-sahutan itu meramaikan pagi damai sang ibu asrama(nenek asrama) yang tengah menikmati teh paginya.
"HA?! GUNTING?!"
"KAU BAWA GUNTINGKU?"
"BANGUN!"
"SEJAK KAPAN ADA GUNTING?!"
"..."
Ternyata efek 'gunting' mewabah ke asrama timur yang awalnya 'adem' itu.
5 menit...
"Untuk pagi ini giliran Atsushi dan Tetsuya yang memasak" Akashi mengumumkan sambil membaca jadwal paginya.
Murasakibara langsung saja meluncur ke dapur tanpa titah kedua muncul. Walau sebenarnya ia juga tidak sabar menemui kulkasnya yang sangat ia rindukan itu.
Sedangkan Kuroko, tumben-tumbennya ia tidak segera berangkat ke dapur. Ia hanya diam tak bersuara.
"Tetsu..." Aomine yang merasakan aura hitam dari laki-laki bantet itu menoleh segera.
"Dingin, Akashi-kun..." rengek manja nan imut Kuroko.
Akashi menatap Kuroko seolah berkata 'Aku tak bisa! Too cute!', kemudian berganti menatap warna cerah di ruangan itu.
"Ryota, kau gantikan Tetsuya untuk hari ini" ujar Akashi mutlak.
"NANI?!"
Sebuah gunting dengan slow motion-nya keluar dari zona amannya.
Ckrik- Ckrik-
Kise yang mulutnya ember bocor lima belas senti itu langsung saja kicep saat gunting keramat nan tersohor milik sang kaisar muncul.
Hilang sudah kesempatannya untuk menonton gosip pagi hari yang tak pernah ia lewatkan.
"Aomine-cchi, nanti ceritakan gosip pagi ini padaku-ssu" pesan Kise sebelum gunting merah itu benar-benar melayang ke kepalanya.
Setelah Kise pergi, Aomine yang mendapatkan amanat itupun segera meraih remote TV sebelum dijajah oleh cabe ijo yang juga setiap paginya rebutan remote dengan Kise.
"Tetsu sakit?" tanya Akashi perhatian, tak memperdulikan cabe dan terong yang tengah berseteru itu.
Kuroko menatap polos bak anak anjing 'nomer 2' ke arah Akashi.
'K-KAWAIII!' pekik Akashi dalam hati.
"Gigiku berlubang" cicitnya pelan.
Akashi tahu benar penyebab lubangnya gigi pemuda biru mentah yang unyuh itu. Apalagi kalau bukan vanila milkshake keparat yang seenaknya menodai gigi putih kinclong milik Kuroko-nya.
"SHINTAROU! CEPAT SURUH DOKTER GIGI KESINI SEKARANG!"
Midorima yang akhirnya mendapatkan remote TV itupun misuh-misuh dalam hati pada kaisar gunting itu. Yang ada di kepalanya hanyalah 'Titah Yang Mulia adalah MUTLAK'.
Direlakannya remote TV yang daritadi diperjuangkannya dari orang item keparat (menurutnya), dan sekarang sudah berpindah tangan.
"Oi, Murasakibara-cchi. Apa yang sakit gigi Kuroko-cchi ya?" Kise yang mendengar jeritan 'neraka' itu mulai membuka mulutnya.
"Ah, mungkin saja begitu, Kise-chin" balas Murasakibara malas-malasan.
"Kasihan sekali kalau begitu-ssu" ujar Kise prihatin.
Permaisurinya yang sakit gigi itu membuat sang kaisar tak berdaya. Dan semakin sensitif tentunya, karena tak mendapat asupan 'senyum' dari sang permaisuri.
"OI AKASHI! KAU MEMINJAM GUNTING KEBUN YA?" Hyuuga dari asrama timur masuk tanpa permisi dengan sangat pedenya, tak membaca situasi sama sekali.
"Tidak!" jawab Akashi pendek.
"Ya sudah, aku pinjam gunting kebunmu kalau begitu" ujar Hyuuga santai.
Kaisar barat itu memang terkenal dengan kelengkapan 'kebun'nya yang sangat lengkap. Tidak hanya kebun sebenarnya, lebih tepatnya kelengkapan 'benda tajam'nya.
"Tidak!" lagi, hanya jawaban singkat yang ia lontarkan.
"Sudah selesai? Keluar sekarang!" titahnya tanpa tahu sopan sedikitpun.
Aomine yang masih kicep di tempatnya itu memberi kode kepada Hyuuga untuk segera pergi. Midorima yang di sebelahnya juga menggerakkan dua jarinya bagaikan gunting mengarah ke leher Aomine.
Tanpa mendapatkan apa-apa, Hyuuga akhirnya pergi juga. Tak lucu juga jika ia kembali dengan gunting menancap di tubuhnya yang tidak seksi itu.
"Mana gunting kebunnya?" tanya Kasamatsu yang sudah menunggu sambil menyiram tanaman.
"Nyawaku hampir melayang pagi ini" ujar Hyuuga yang menguarkan aura 'keselamatan'nya.
"Memangnya kau darimana?" tanya Kasamatsu penasaran.
"Dari kediaman tuan besar" ujar Hyuuga sebelum masuk ke ruang tengah asrama timur, menceritakan kejadian 'selamatnya nyawa'nya ke semua orang yang ada disana.
Kembali ke asrama barat yang dalam masa kejayaan itu.
"Sudah? Masih sakit?"
Dokter gigi yang dipanggil Midorima sudah pulang dengan 'selamat' dari daerah kekuasaan sang kaisar gunting beberapa menit yang lalu.
"Sudah lebih baik" cicit Kuroko pelan.
Akashi menjadi tidak tega melihat penderitaan permaisurinya.
"Tetsu bisa makan?" lagi, dengan sangat perhatian Akashi bertanya.
Kuroko mengangguk pelan, seperti adegan slow motion.
"Daiki, periksa dapur!" titah Akashi tanpa menoleh sedikitpun.
Walaupun sangat fokus pada acara gosip, telinga Aomine selalu dapat mendengar suara yang sangat dihafalnya itu. Otaknya yang memang pada dasarnya miring itu akan selalu normal kembali jika suara itu bergema di telinganya.
~
