"Hey, nam—namamu siapa?"

Sosok itu melihat gadis yang berdiri didepannya—ada jarak diantara mereka. Gadis itu menoleh saat mendengar pertanyaan itu, rambutnya menari indah seiiring hembusan angin yang membelainya. Ia melengkungkan bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman. Tak ayal, sosok yang melihat senyumannya pun terpesona. Mata sosok itu berkilat saat melihat gadis itu membuka mulutnya—mungkin ingin menjawab pertanyaannya.

Tetapi, tiba-tiba sosok gadis itu mulai menghilang dari pandangannya. Sosok itu pun berlari untuk menghampirinya tetapi terlambat—karena sosok gadis menawan itu telah menghilang.

"HOOOOYYYY, KELUARLAAAH, JANGAN MENGHILANG KAU BELUM MENJAWAB PERTANYAANKUUUU!" teriak sosok itu.

"KUUUUU!"

Plak!

"Tsu..Natsu..NATSSSUUUUU! BANGUUUNNN SUDAH SIAANG!"

Ia membuka matanya tiba-tiba dan nafasnya terengah-engah, ia menoleh kesamping dan mendapati sosok pemuda yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang training.

"Ah, Sting. Ohayou. Apa kau memukulku tadi?"

Pemuda yang dipanggil Sting itu pun mendengus kesal melihat sosok pemuda yang masih berleha-leha di kasurnya itu. "Ya, aku memukulmu! Makanya, cepat bangun! Ayah ingin bicara pada kita!" bentaknya.

Natsu Dragneel. Pemuda dengan surai merah muda sewarna dengan warna bunga sakura—itulah yang menjadi ciri khasnya, lalu mata elangnya yang hitam dan berwajah tampan. Usianya menginjak tujuh belas tahun tahun ini.

Natsu bangkit duduk dan membuka selimutnya. "Sakit tau gak! Gangguin orang tidur aja!" omel Natsu pada Sting yang menatapnya dengan geram.

Sting Eucliffe. Pemuda dengan surai pirang pucat, lalu bola mata biru yang indah serta ada tindakan di telinga kanannya, wajahnya pun tak kalah tampan dengan Natsu. Usianya diatas Natsu setahun.

"HAAA?! Kau masih sempat untuk protes?! Aku terpaksa bangun pagi dan membangunkanmu, lalu semua itu semua karena Ayah yang menyuruhku! Bocah tengik!" omel Sting.

"Haaah..setidaknya aku dapat melihat gadis itu lagi dalam mimpiku.." gumam Natsu sambil bangkit berdiri dan menunjukkan bahwa ia hanya memakai sebuah boxer berwarna hitam.

"Ha? Kau menggumamkan apa? Kau mimpi bertemu seorang gadis? Yang benar saja haha, preman sepertimu bisa jatuh cinta juga" sahut Sting, lalu ia berjalan keluar dari kamar sambil melambaikan tangannya.

"Sebelum kau bicara, seharusnya kau mengaca dulu, kau juga preman. baka-aniki!" omelnya.

Ya, Natsu Dragneel dan Sting Eucliffe adalah saudara—kakak beradik.

Why It's So Complicated?

Disclaimer : Hiro Mashima

Genre : Romance, Family, Friendship

Rate : T

Warning : AU, OOC, Typo

.

.

.

Osaka, Hari Jum'at, pukul 07.30

Suara kicauan burung menyambut pagi yang cerah. Sang mentari pun sudah menyebarkan sinar hangatnya ke penjuru bumi. Tak terkecuali pada sebuah kamar dengan gadis yang masih bergelung di atas ranjangnya. Gadis itu masih terlelap seolah tak terusik dengan sinar matahari yang semakin kuat menyinari kamarnya.

Tok!

Tok!

Tok!

"Lucy! Cepat bangun! Kau ingin terlambat ke sekolah, ya?"

Gadis itu hanya menggeliat pelan saat suara ketukan pintu dan juga teriakan dari seseorang yang membahana di balik pintu kamarnya.

"Lucy!"

Akhirnya gadis yang bernama Lucy pun membuka matanya saat teriakan itu terasa mengganggunya. Manik caramel Lucy bergerak untuk melihat jam yang terletak di atas nakas.

"Oh tidak! Aku bisa terlambat." Pekiknya saat melihat jam yang sudah menunjukkan angka 06.30. Ia segera beranjak dan dengan terburu berlari menuju kamar mandi.

Lima belas menit Lucy habiskan untuk segala ritual mandi dan persiapan ke sekolah. Ia sekarang sudah berbalut seragam sekolahnya dan keluar dari kamarnya yang masih berantakan. Banyak dus-dus yang bertumpuk disana dan koper besar disana.

"Ohayou, kaa-san" sapanya pada wanita yang sedang sibuk didapur. Wanita itu menoleh sedikit dan tersenyum, "Ohayou"

Lucy duduk dimeja makan dan melirik kearah frame berisikan foto sosok pria yang sedang tersenyum. Gadis itu tersenyum tipis, "Ohayou, otou-san"

Lucy Heartfilia. Gadis berumur enam belas tahun, memiliki wajah cantik dan juga manis ditambah dengan mata caramelnya yang menenangkan. Lucy memiliki tubuh yang indah, ia langsing, memiliki kulit yang halus dan putih. Rambut panjangnya yang pirang keemasan itu pun sangat indah, terurai bebasnya.

"Kaa-san, aku harus cepat-cepat kesekolah. Jika tidak aku akan dimarahi karena telat untuk latihan"

Ibunya pun mengangguk, "Mau kaa-san bawakan bekal?" tanyanya. Lucy bangkit berdiri dan menggeleng. "Tidak, terima kasih. Aku pergi yaaa. Ohiya! Aku sudah merapikan barang-barangku" pamitnya.

"Benarkah? Kalau begitu, Kaa-san akan mengirimkan barang itu terlebih dahulu. Nee, Lucy?"

Lucy yang sedang memakai sepatunya pun menoleh kebelakang, "Ada apa?"

"Jangan lupa memberikan surat kepindahanmu ya hari ini" jawab Ibunya.

Lucy mengetukkan kakinya yang sudah memakai sepatu lalu mengangguk, "Baiklah..ittekimasu!"

Ibunya melambaikan tangannya, "Itterashai.."

Ibunya menoleh kearah frame yang ada diatas meja makan tersebut. "Sayang, Lucy terlihat begitu bersemangat sekali.." gumamnya.

Jude Heartfilia. Pria yang berada di foto dimana foto tersebut dimasukkan kedalam frame kayu di letakkan di meja makan. Pria itu adalah Ayah dari Lucy dan suami dari Layla Heartfilia—Ibu Lucy.

Sudah lima tahun yang berlalu, Jude telah meninggalkan Lucy dan juga Layla karena kecelakaan mobil yang dialaminya. Kecelakaan yang terjadi adalah kecelakaan beruntun saat itu hingga merenggut nyawa pria itu.

Layla tersenyum tipis dan membelai foto tersebut, "Aku merindukanmu, Jude.."

WWW

"Ada apa, Ayah? Katanya ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Natsu yang kini sudah berada di meja makan bersama dengan Ayahnya dan juga kakaknya.

Ayahnya meletakkan cangkir berisi kopi dan melirik kedua putranya.

Igneel Dragneel. Pria sekitar umur empat puluh lima tahun itu merupakan sosok ayah dari kedua putranya, yaitu Sting dan juga Natsu. Mungkin kalian bingung, kenapa nama Sting berbeda dari Natsu dan Ayahnya.

Jawabannya adalah Ibu Sting—Clara Eucliffe bercerai dengan Igneel dan pada saat itu Sting ikut dengan Ibunya dan mengambil nama keluarga dari Ibunya. Dan setelah beberapa tahun, Sting bersekolah dan tinggal bersama dengan Igneel. Dan ia bersikeras kalau ia tak mau merubah namanya. Sedangkan Natsu? Ibu Natsu—Porlyusica, istri Igneel yang kedua—menggantikan Clara. Tetapi karena mengidap suatu penyakit, dua tahun lalu beliau harus meninggalkan dunia ini.

"Calon Ibu kalian akan pindah dan tinggal disini. Dan ah ya, dia juga akan membawa putrinya" ucap sang Ayah.

Sting yang sedang meminum susunya pun tersedak dan akhirnya menyemburkannya kearah lain, "Ap—apa?! Tadi Ayah bilang apa? Calon Ibu?!" pekiknya.

Natsu menggebrak meja makan dan bangkit berdiri, "Jangan bercanda! Apa-apaan lagi ini, Ayah! Kau sudah mencari pengganti Ibuku? Hah, yang benar saja! aku tak menyetujuinya, zettai!" omel Natsu—dia kini telah berapi-api.

Sting menyeka mulutnya dan menoleh kearah Ayahnya, "Benar Ayah, tidakkah seharusnya kau membicarakan ini semua padaku dan Natsu? Kenapa kau malah mengambil keputusan begini?!" timpal Sting.

Ayahnya menghela nafas, "Kalian butuh sosok Ibu. Ayah sudah tak tahu bagaimana lagi merawat kalian agar kalian menjadi pribadi yang baik" jawabnya dengan tegas.

"Kami bisa mengurusi diri kami sendiri!" bentak Natsu dengan ngotot.

Ayahnya pun melirik Natsu bahkan memberikan death glare pada Natsu, "Duduk!"

Natsu mendecih dan mendengarkan ucapan Ayahnya. Ia segera duduk, Natsu melirik kearah kakaknya yang sedang terkikik, meledeknya.

'Sial kau, Sting' batin Natsu.

"Ya, memang kalian bisa mengurusi diri kalian sendiri. Tapi Ayah juga khawatir, kalian hanya bisanya bertengkar, berkelahi, tawuran, dan tak ada prestasi di sekolah. Kalian ingin membuat Ayah mati cepat ya?!"

Sting memijat keningnya, "Mau bagaimana lagi, Yah. Mereka mencari gara-gara denganku"

"Benar! Mereka ngocol!" tambah Natsu.

Natsu dan Sting bersekolah di dalam sekolah yang sama. Natsu berada di tingkat kedua dan Sting sudah berada ditingkat akhir.

"Sting! Kau sudah sekolah di tingkat akhir, apakah kau tidak ingin berubah? Setidaknya berhenti melakukan kekerasan" ucap Ayahnya dengan geram.

"Ya, Sting. Seharusnya kau serius belajar" tambah Natsu—sebuah cengiran meledek dilemparkan pada kakaknya.

"Natsu, diam! Kau juga, sama saja dengan kakakmu itu!" omel Ayahnya.

Natsu mendecih dan memalingkan wajahnya.

Ayahnya bangkit berdiri, "Pokoknya, mereka akan pindah secepatnya kesini. Kalian harus membereskan kamar tamu itu yang akan dipakai untuk kamar Adik kalian"

"HAAA?! KAMI?!"

Ayahnya mengangguk. "Benar, kalian yang harus membereskannya. Sudah, tidak ada lagi yang protes. Ayah akan pergi bekerja. Kalian juga cepat pergi kesekolah dan—Jangan membolos!"

"Ha'ii" jawab Natsu dan Sting bersamaan.

Natsu dan Sting berpandangan, "Kau saja yang membereskannya" ucap Sting.

"Ha? Tidak. Aku malas" tukas Natsu.

Hubungan Natsu dan Sting bukanlah hubungan persaudaraan yang baik. Mereka selalu ribut dan berkelahi mengenai hal apapun. Entah itu berupa mainan, makanan, atau pun yang lainnya. Mereka saling jengkel satu sama lainnya.

"Tapi aku penasaran dengan calon ibu kita dan putrinya juga" ucap Sting.

Natsu mendecih, ia bangkit berdiri menyambar tas sekolahnya, "Baiklah, kalau kau penasaran, kau bisa membereskan kamar itu untuknya. Aku tak ada urusan. Aku duluan, jaa"

Sting melihat adiknya pergi keluar dari rumah dengan raut wajah kesal. Sting menghela nafas, "Merepotkan"

WWW

"Nee..nee.. itukan Natsu-san dan Sting-san. Mereka terlihat sangat menyeramkan ya"

"Hmm benar, kakak-adik kelakuannya tak jauh berbeda"

Terdengar bisikan-bisikan yang terdengar di telinga kedua bersaudara itu. Mereka bersikap acuh tak acuh karena bukan hal yang tak biasa jika mendengar komentar buruk dari para siswa disekolahnya.

Fairy Tail High School—sekolah dengan bangunan megah, dimana sekolah tersebut mempunyai lambing menyeripai peri memiliki buntut. Sekolah terkenal yang ada di Tokyo. Sekolah yang menjebolkan para siswa yang berkompeten dan mempunyai daya saing yang tinggi.

"Kau dibilang seram loh" bisik Natsu pada Sting.

Sting mendecih, "Bukannya mereka membicarakan tentang wajahmu yang menyeramkan yang tingkat dewa itu?" balasnya.

Natsu mendecih, dan membuka loker sepatunya. Ia mengganti sepatunya dan setelah itu berjalan kekelasnya dengan malas, Bahkan ia menguap berkali-kali.

"Bosan..apa tidak ada yang menarik apa.." gumamnya.

WWW

Sting berjalan santai dikoridor sekolahnya untuk menuju kekelasnya. Untuk menuju kelasnya, ia harus melewati ruang guru yang ada disana. Dan tepat pemuda itu melewati ruang guru, Sting mendengar keributan dari dalam ruangan tersebut. Ia mencuri dengar apa yang diributkan oleh guru-gurunya.

"Ya benar, dia akan pindah kesini hari senin besok. Suratnya kepala sekolah pun sudah menerimanya, benar bukan, Mira-sensei?"

"Ah, ya Benar. Aku akan menjadi wali kelasnya"

"Ah, jadi dia akan masuk kekelasmu ya Mira-sensei. Bimbinglah dia dengan benar, ya"

'Eh, jadi akan ada siswa pindahan? Kelas satu pula..' pikir Sting.

"Aku dengar ia pindahan dari Osaka. Aku ingin tahu kenapa ia pindah dari sana"

Sting menyeringai. "Ah mungkin murid baru itu akan aku masuk kan kedalam skuad terkuatku haha"

WWW

Tokyo, Hari minggu, pukul 10.30

Lucy bersama dengan Layla—Ibunya pun telah menginjakkan kakinya di kota Tokyo. Mereka hanya membawa dua buah koper dan tas kecil yan disampirkan di bahu mereka masing-masing. Karena barang-barang mereka yang lainnya sudah dikirimkan melalui jasa pengiriman saat dua hari lalu.

"Apa rumahnya jauh dari stasiun ini, Kaa-san?" tanya Lucy sambil menoleh pada Ibunya.

Layla pun menoleh, "Ah ya, hmm bisa dibilang begitu. Tapi dia akan menjemput kita kok. Jadi kita tunggu saja ya?"

Lucy tersenyum dan mengangguk, "Baiklah..bagaimana kalau kita membeli minuman dulu?"

Layla mengangguk, "Ide bagus!"

WWW

Natsu membuka pintu kamar tamu yang sudah ia bereskan bersama dengan Sting. Dia melanggar ucapannya yang bilang kalau ia tak ingin ikut membereskan kamar itu. Karena apa? Karena kekerasan dan paksaan dari kakaknya—Sting.

"Ah ternyata barang-barangnya sudah datang, apa aku harus membereskannya juga?" gumamnya sambil menutup pintu kamar tersebut.

"Kau bersemangat sekali ya, Natsu?"

Natsu tersentak dan membalikkan tubuhnya, ia menyipitkan matanya saat melihat sosok Sting yang bersandar di railing tangga, sedang tersenyum meledek dirinya.

"Apa maksudmu?"

"Tadi kau menggumamkan kata kau ingin membereskan barang-barang anak itu. Aku tak salah dengar kan? Ah..lucu sekali" ledek Sting.

"Aku tak berkata seperti itu!"

"Benarkah? Aku pikir kau menantikan untuk mempunyai seorang adik. Bukan begitu?" sahut Sting.

Natsu berjalan melewati Sting, "Terserah apa katamu saja"

Sting melihat Natsu yang berlalu begitu saja sambil terus mengejek adiknya itu.

"Oh ya, sebentar lagi Ayah dan calon ibu serta calon adik kita akan datang. Jadi buatkan minum untuk mereka, Natsu" ujar Sting.

Natsu menoleh dan membanting sendok kecil yang sedang ia pakai untuk mengaduk latte miliknya. "HAAA? Kau saja yang buatkan, kenapa harus aku?"

"Karena kau itu adikku" sahut Sting, santai. Sting duduk di ruang tengah sambil menonton televise, sibuk menggonta-ganti channel dan menguap sesekali.

Natsu tertawa geli mendengar jawaban Sting, "Sejak kapan kau mengakui aku ini adikmu?" balasnya dengan sinis.

Sting mendecak dan menggelengkan kepalanya, "Ckckck, aku ini selalu menyayangimu, Natsu..kau saja yang tak pernah mengerti akan kasih sayangku~"

Natsu menatap jijik Sting dan segera berjalan ke ruang makan untuk meletakkan mug yang berisi latte miliknya, kemudian ia kembali kedapur dan membawa gelas berisi air putih.

Ia berjalan mendekati Sting dan menuangkan air putih tersebut kekepala Sting dengan santainya, bahkan ia sambil bersiul.

Byur

Sting melongo dengan apa yang dilakukan Natsu. Sting bangkit berdiri, membalikkan tubuhnya dan menatap marah Natsu yang sudah menyeringai pada dirinya. Air menetes dari rambutnya yang kini sudah basah.

"Segar?" tanya Natsu dengan nada meledek.

Sting menggeram kesal, "KKKKAA—KAAAUUU! Bocah tengiiiiikkkkk!" desisnya.

Natsu pun akhirnya tertawa geli melihat ekspresi marah Sting, sedangkan sosok yang ditertawakan berjalan menghampiri sosok yang menertawakan dirinya, bersiap memberikan bogemannya yang begitu dahsyat.

"Natsu! Rasakan in—"

Belum sempat Sting memukul Natsu dan menyelesaikan kalimatnya, ia sudah mendengar seseorang yang membuka pintu rumahnya.

"Tadaima"

Natsu dan Sting saling berpandangan, Sting menurunkan tangannya yang siap untuk memukul Natsu dan mengacak-ngacak rambutnya yang basah, "Setelah ini, kau akan dapat akibatnya" ancam Sting, memperingatkan.

Natsu membalikkan dirinya dan berjalan kearah dapur tanpa memperdulikan ancaman Sting, "Kau duluan saja, aku ingin menaruh gelas ini" ucap Natsu.

"Dasar bocah tengik" desisnya yang kemudian keluar dari ruang tengah menuju kedepan untuk melihat siapa yang dibawa oleh Ayahnya.

"Ayah kau sudah pu—" Sting membulatkan matanya saat melihat sosok yang berdiri berdampingan dengan Ayahnya. Wanita berbalut dress bermotifkan bunga-bunga berwarna pink pastel dengan kombinasi warna biru yang soft sedang tersenyum kearahnya, rambut pirang milik wanita tersebut dikonde keatas dengan menyisakan beberapa helai rambut di samping kanan kirinya, tentu saja dengan poninya.

"Kirei.." gumam Sting tanpa sadar.

"Eh? Ah arigatou, Sting-kun" sambar wanita itu.

Sting mengerjapkan matanya, sadar akan apa yang dikatakannya pun memalingkan wajahnya yang kini memerah. Ayahnya yang melihatnya hanya tertawa geli.

"Sting, ini calon Ibumu yang Ayah bilang kemarin. Perkenalkan, namanya Layla—Layla Heartfilia. Dan Layla, ini anak sulungku, Sting" jelas sang Ayah.

Layla tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, "Salam kenal ya, Sting-kun" ucapnya dengan lembut.

Sting menoleh dan menatap tangan Layla dan berganti menatap wajah Layla. Sting pun menyambut tangan Layla dan menggoyangkannya. "Hnn, salam kenal" jawabnya.

"Kaa-san..Kaa-san..Igneel-san mempunyai taman yang in—"

Semua orang menoleh kearah sumber suara tersebut, "Lucy, sini..jangan berkeliling dulu. Perkenalkan dulu dirimu" ucap Layla dengan lembut.

Sting membulatkan matanya saat melihat sosok itu—sosok yang kini berada ditengah-tengah Ayahnya dan calon Ibunya. Gadis cantik berdiri disana, menatap dirinya dan mengulum senyum.

"Ah..sumimasen..perkenalkan, aku Lucy—Lucy Heartfilia"

'Cantik sekali..' batin Sting.

"Ayah, kau sudah pu—" belum menyelesaikan kalimatnya bahkan ia belum sempat berkedip, Natsu terkejut dengan sosok yang ia lihat dihadapannya. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar.

Tangannya menunjuk sosok Lucy yang tersenyum padanya, "Kkkkaa—Kau.."

"Ah..hai..kita bertemu lagi ya..salam kenal" jawab Lucy.

Semuanya pun terperangah, terkejut karena Natsu dan Lucy ternyata pernah bertemu sebelumnya. Natsu menatap sosok gadis itu dengan pandangan tidak percaya.

'Ini bohong bukan?' pikir Natsu.

.

.

.

.

To be continued

Hai, Minna-san. Newbie disini. perkenalkan namaku, Koji Rayman. Baru pertama kali upload cerita disini. Rasanya gimana gituhhh haha.. Nah, sekarang
Koji jelasin ya tempat dan setting cerita ini. Koji ngambil tempat di Tokyo, bukan Magnolia lagi. Jadi jangan merasa heran ya, atau merasa aneh gitu kalau jalan ceritanya gituh haha

Tapi menurut kalian, cerita ini layak lanjut atau di apus aja?

Mohon reviewnya untuk newbie disini yaaa..thanks a lot!