Dia adalah pusat.
Dia penuh dengan cahaya.
Dia seperti matahari.
Namun harapanku untuk bersama matahari sepertinya adalah harapanku yang paling sulit untuk dikabulkan …
.
Harry Potter © J. K. Rowling
.
Fiicchi present:
-Wishing The Sun Beside Me-
WARNING: AU, Hermione's POV, maybe OOC, typo, bahasa non-baku, and idk.
Don't like? Just close this page. Thank you :)
Happy reading!
.
Chapter One
.
"Apa? Prom?" tanyaku kaget pada dua sahabatku sambil membereskan buku-buku yang tadi kukeluarkan dari rak-rak berdebu di perpustakaan ini. Uh, debunya tebal sekali! Aku heran, mengapa banyak remaja yang lebih mementingkan soal fashion ketimbang ilmu? Lihat, perpustakaan saja sampai ditelantarkan begini. Sungguh miris.
Ginny dan Cho memandangiku dengan tatapan penuh rasa kasihan. Hei, aku salah apa? Memang tadi aku bertanya apa ke mereka? O ya, soal prom.
"Jadi, kau nggak tahu kalau tiga minggu lagi sekolah kita bakal ngadain prom?"
Aku menggeleng. Toh, aku juga baru tahu kalau Hogwarts bakalan ngadain prom tadi banget, saat mereka berdua berisik ngobrol dan dengan hebohnya, menggangguku yang sedang serius berkutat dengan Aritmachy.
"Ya ampun, ke mana telingamu kemarin, Mione? Jelas-jelas Profesor McGonagall ngumumin kalau tiga minggu lagi bakalan ada prom! Kamu nggak ingat pengumuman itu? Lagian banyak yang histeris kemarin," sahut Cho berusaha membangunkan memoriku. "Oh, tentu saja banyak yang histeris bahagia, karena gara-gara prom tahun lalu benar-benar mengerikan dan pihak sekolah sempat membuat pengumuman kalau prom tahun ini dan tahun-tahun mendatang bakal dihapus."
Ginny langsung menimpali, "Iya, iya. Saking histerisnya, duo gendut jago makan Crabbe dan Goyle nyaris pingsan, tahu? Hahaha, mereka lucu banget kemarin! Masa, sih, cuma denger pengumuman gitu aja dia pingsan? Nggak elit!"
"Harusnya julukan mereka berdua itu ditambahin jadi: duo gendut jago makan alias pelawak kawakan yang nggak bisa hidup tanpa makanan dan kalau nggak ada makanan mereka bisa pingsan. Hahahaha!" Cho mungkin sangat puas menjuluki seperti itu. Dasar dia ini.
"Sudah, sudah. Daripada ngomongin hal nggak penting kayak gitu, mending kalian bantu aku membereskan ini. Lalu kita ngomongin soal prom di kantin. Biar cepat."
Ginny mendesah pelan. "Lagian kauambil bukunya terlalu banyak, Mione. Aku heran padamu. Kaukuat sekali baca buku setebal dan sebanyak ini."
"Yah, aku hanya terbiasa saja. Ayo cepat, nanti keburu bel."
Mereka bangkit dari tempat duduk masing-masing lalu bergerak membantuku. Yah, kuakui, buku-buku yang kuambil ini memang cukup tebal dan berat. Lalu kenapa aku repot sekali memikirkan ini? Ah, sudahlah.
Kami membereskan buku-buku dengan cepat, lalu pergi ke kantin sesudahnya. Ya, soalnya mereka semangat sekali dengan pembicaraan prom ini. Oh God, ini hanya prom. Bagiku, prom ini tak begitu penting.
"Rasanya aku udah nggak sabar pengen cepat-cepat prom. Pasti rame banget deh. Prom, cepatlah datang!" ujar Cho sangat bersemangat.
"Ya, ya, ya! Kau pasti sudah tidak sabar ingin berdansa dengan si Diggory itu kan, Cho? Mengaku sajalah," Ginny mulai menggoda Cho. Seketika itu juga, pipi gadis Asia ini merona.
"Eh?! Ti—tidak kok! A—apa sih kau ini Ginny?" Cho salah tingkah. Gaya bicaranya jadi gelagapan seperti itu. Lucu sekali wajahnya. Aku dan Ginny tertawa mengejek.
"Oh, ternyata kau sudah diajak sama Diggory? Cepat sekali cowok itu. Prom baru diumumkan kemarin, kan?"
"Iya, sih, tapi itu juga berarti dia adalah cowok dengan feeling yang bagus untuk mengajak Cho sangaaaaat awal. Soalnya kemarin aku lihat Cho menolak beberapa cowok dari tingkat 11 dan 12. Malang benar cowok-cowok itu."
Cho tertawa hambar. "Yeah, malang sekali mereka. Apa boleh buat, Kak Diggory mengajakku awal sekali. Cowok-cowok yang lain hanya kurang gesit saja mengajakku."
"Ngomong soal ajak-mengajak, kira-kira siapa, ya, yang akan diajak oleh Pangeran Hogwarts tercinta ini?" tanya Ginny tiba-tiba. Sontak Cho dan aku menoleh ke arahnya.
"Siapa yang kau maksud Ginny?" tanyaku. Ginny memutar matanya.
"Hello girls! Masa, sih, kalian nggak tahu siapa Pangeran sekolah ini? Oh, come on! Aku tahu kalian nggak kurang pergulan!" Ginny kemudian menatapku. "Yah, mungkin kau memang kurang pergaulan, Mione."
Sialan.
"Ish, siapa sih? Yang setiap dia ke kantin pasti cewek-cewek pada—" ucapan Cho terputus ketika mendengar teriakan gila para cewek yang ada di sepanjang kantin tersebut (oh, tentu saja kami bertiga terkecuali). Yup, mereka menggumamkan nama Sang Pangeran.
"Pangeran Draco Malfoy panjang umur," kata Ginny sambil menoleh kecil pada cowok itu.
Aku dan Cho menoleh ke arahnya juga. Sedikit gugup dan berdegup juga, sih, saat menoleh ke arahnya. Seperti biasa, ia nampak bersinar, walaupun dia ini dingin. Err, yah, dia itu matahari untukku. Eh, apa? Aku kelihatan menyukainya? Oke, baiklah, kuakui, aku memang suka dia. Puas?
"Oh, itu si Pangeran. Menarik juga bahan pembicaraan tentangnya. Kira-kira dia ajak siapa ke prom nanti?" ujar Cho.
"Si Greengrass mungkin? Kudengar mereka berdua dekat."
"Masa, sih? Bukannya si Malfoy itu dekatnya sama Pansy?" tanya Cho.
"Itu sih Pansy aja yang kegenitan sama si Malfoy. Kalau yang selama ini aku dengar, dia dekatnya sama si Astoria Greengrass itu," jawab Ginny.
"O, ya? Menurutmu dia ajak siapa, Mione?" Cho bertanya tiba-tiba padaku.
"Eh, ah, entahlah. Dia kan orangnya nggak pedulian. Mungkin dia nggak bakal ikutan prom," jawabku sekenanya. Padahal dalam hatiku, aku kaget dan deg-degan setengah mati. Takutnya aku salah bicara.
Eh, eh, eh tunggu. Kenapa Cho dan Ginny menyeringai bagai serigala ke arahku? Aku ngomong apa, sih, tadi? Apa mukaku memerah? Oh aku harap jangan!
"Mioneeeee," panggil Ginny menggoda. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Apa Ginny? Hei, kalian berdua kenapa sih?"
"Ah, kau kenapa tak bilang-bilang pada kami kalau kau suka sama si Pangeran?" ujar Cho tiba-tiba. Uh, sebegitu jelaskah aku suka sama dia?
"A—apa sih kalian? A—aku nggak suka dia kok!" bantahku.
"Eits jangan berkelit kucing manis. Haha!"
"Kucing, eh? Jangan samakan aku dengan Crookshanks, kucingku!" ujarku sambil menggembungkan pipiku kesal. Mereka berdua malah tertawa.
"Haha. Kau ini lucu sekali, Mione. Sudahlah, mengaku saja pada kami kau suka sama si Malfoy. Iya kan?" desak Cho padaku.
Aku menguburkan wajahku ke dalam lipatan tanganku. Percuma saja melawan mereka, percuma! Ginny dan Cho adalah dua gadis super peka yang entah kenapa bisa saja membaca hatiku. Atau ini gara-gara wajahku yang tidak dapat berbohong? Uh, Hermione Granger memang seorang pembohong yang payah.
"Kasihan kakakku. Dia padahal suka sekali pada Mione looh," kata Ginny tiba-tiba sambil mengerling ke arahku.
"O, ya? Tapi level kakakmu jauh di bawah si Malfoy. Jangan bilang ini ke kakakmu ya."
"Tenang saja, Cho. Toh, aku setuju denganmu. Menurutku juga Mione lebih cocok sama si Malfoy daripada kakakku."
"Iya, iya betul. Setuju sekali!"
"Eh? Kalian ngomong apa siih?" ujarku berusaha menghentikan omongan nggak jelas mereka. Bisa kurasakan pipiku sudah mulai memanas. Dasar mereka ini!
Aku yang sedikit kesal karena digoda mereka memutuskan untuk pergi ke kelas. Ketika aku bangkit berdiri, mataku melihat mejanya. Meja matahariku. O, kebetulan, ia juga sedang berdiri. Sama sepertiku. Ketika kami bersitatap, tubuhku mati rasa. Mataku tak ingin beranjak dari matanya. Sengatan listrik ini terasa menyenangkan buatku. Jantungku dipompa beratus kali lebih cepat dari biasanya. Bibirku kelu. Ya Tuhan, ini gawat. Aku menatapnya lebih lama beberapa detik dari biasanya. Oh aku sedikit tak rela ketika memutuskan untuk menunduk, kemudian duduk lagi.
"Kau kenapa, Mione? Lihat dirimu! Badanmu gemetar seperti itu."
"Nothing, Ginny. Aku oke kok. Nggak kenapa-napa. Haha, ya biasa aja," ujarku berusaha terlihat biasa saja, yang aku rasa gagal karena Cho dan Ginny memandangku sangat heran.
"Syukur deh kalau kamu nggak apa," katanya kemudian melanjutkan aktivitas mengocehnya dengan Cho. Aku menghela napas pelan.
Dengan sisa keberanianku, aku melirik ke arah bangkunya sekilas. Ternyata ia sudah pergi. Dengan perasaan yang sedikit kecewa, aku menghela napas kembali.
Entah mengapa, tiba-tiba saja aku penasaran dengan seseorang yang akan ia ajak ke prom nanti. Siapa ya? Astoria-kah? Atau Pansy? Entahlah.
.
.
Tapi aku berharap, yang kau ajak itu aku. Boleh kan berharap seperti itu? Walau aku tahu itu mustahil. Ya, mustahil ….
—TBC—
A/N: Hola, Fiicchi di sini, mengaplod ulang ini cerita. Adakah yang masih ingat? Adakah yang masih nungguin? Engga, ya? Oke. *ke pojokan*
Hahaha, kali ini saya kembali setelah kurang lebih enam tahun menelantarkan fic ini :") dan kali ini, ficnya udah diedit dari chapter 1 sampai 3, dan dilanjut lagi sampe tamat (doain beneran ampe tamat, ya! wkwk). Yah, walaupun kayanya masih ada typo, masih ada kalimat tidak efektif, tapi yang penting reader ngerti lah ya maksud saya apa, hahaha!
Btw, mau curhat kenapa sampe ditelantarkan sangat lama.
Jadi, waktu saya pertama kali buat fic ini, saya masih bocah ingusan kelas 3 SMP. Saya dapet ide bikin fic ini habis denger curhatan dari sobat saya. Tadinya cerita ini bakal dimasukkin ke fandom FNI, pake chara SasuSaku, cuma tiba-tiba ngerasa rada nggak sreg aja. Akhirnya saya putuskanlah buat bikin ke HarPot dengan pair DraMione dan ber-setting AU. Hasilnya? Banyak yang nggak suka ya baca HarPot dengan setting AU? Saya juga sempet kena concrit yang menurut saya agak nggak enak lah karena setting AU ini. Saya bahkan sempet mikir, apa di fandom HarPot benar-benar menjunjung tinggi setting canon kah sampai-sampai cerita yang AU bener-bener dikatain, "Oh, ini AU?", "Ah, kecewa ini AU.", "Kok dibuat AU, sih?". Saya beneran kaget dapet review yang tentang AU itu. Mungkin karena fandom awal saya fandom Naruto dan di FNI, setting AU tuh biasa aja. Terus ketika di HarPot digituin tuh ... oke, namanya juga masih ABG ingusan nan labil. Jadi aja abis itu males ngelanjutin lagi karena masih juga ada yang review, "Ini AU, ya?"
Dan sekarang, (tadaa!) saya udah kuliah. Jadi, kalau masih ada yang review, "Yah, kok AU?" bakal saya baca doang, tapi tetep lanjut namatin ini fic hahaha lagian udah saya tulis kan, don't like? just close this page ;)
Kay, sampai jumpa di A/N chapter 4!
