Wow, Fei dateng ke fandom ini lagi! xD
Oke, sekilas aja cerita tentang fict satu ini, jadi Fei sebenernya udah lama (banget) mikirin tentang jalan ceritanya, tapi baru sekarang terealisasikan. Fict ini terinspirasi dari lagu Disney yang judulnya "Wonderful Journey" atau "At The Beginning" (Fei gak tau yang mana judul sebenernya). Dan entah ini disebutnya songfict ato enggak :/
.
Disclaimer: Persona 3 FES punya ATLUS
Warning: Pemakaian OC yang (sepertinya) mary-sue, typo(s)
a/n: Berusaha mengikuti timeline P3F
.
.
~CHAPTER 1: "We were Strangers, Starting Out on a Journey"~
.
.
Misaki Ruu berjalan meninggalkan stasiun Iwatodai. Gadis itu berjalan menuju sebuah bangunan yang gambarnya tertera pada brosur yang dipegangnya. Brosur itu berjudul "Asrama-asrama sekolah Gekkoukkan", dan ia menuju ke asrama yang telah direkomendasikan oleh ketua yayasan sekolah. Ya, ia didaftarkan untuk masuk ke asrama Iwatodai.
Mulai semester ini Ruu –atau yang lebih akrab disapa Ruuki, akan melanjutkan studinya di SMA Gekkoukkan. Selama kelas sepuluh kemarin ia bersekolah di sekolah yang terletak di kampung halamannya sendiri yakni Hokkaido. Kemudian karena suatu alasan, ia memutuskan untuk menjalani studinya sebagai siswi kelas sebelas di sekolah Gekkoukkan. Jauh dari kampung halamannya, memang.
Tinggal berjalan sekitar empat blok lagi dan ia akan sampai di asramanya. Tiba-tiba lampu-lampu di jalan mati, demikian juga lampu-lampu di pertokoan dan rumah sekitar Ruuki. Lalu gadis itu pun melihat beberapa peti mati berdiri di pinggir-pinggir jalan dan di pertokoan –yang tadinya peti tersebut tidak terlihat olehnya sebelum ini. Di saat yang sama, ia pun mencium bau amis, bukan bau amis biasa melainkan bau amis darah. Ruuki melihat banyak cipratan darah di sekitar jalan. Ia merogoh saku kemejanya dan mengambil ponsel, dilihatnya ponsel itu mati. dicobanya untuk menyalakan ponsel itu, tetapi barang itu tidak mau juga menyala. Tetapi Ruuki tidak mau ambil pusing, sehingga ia pun memasukkan kembali ponselnya dan kembali berjalan menuju tempat tujuannya.
Begitu ia sampai di blok tempat asrama Iwatodai berada, lampu-lampu jalan kembali menyala. Bercak-bercak darah telah lenyap. Bulan yang tadinya menampakkan cahaya agak kehijauan pun kini bersinar normal lagi. Dengan rasa sedikit penasaran, ia pun mengambil ponselnya lagi dan melihat bahwa ponselnya itu kini sudah menyala. Lalu ia berjalan lagi.
Sesampainya di tempat tujuan, Ruuki langsung membuka pintu depan, dengan harapan pintu tersebut tidak dikunci atau masih ada orang di dalam yang belum tertidur. Dan kedua harapannya terkabul. Pintu itu tidak terkunci dan begitu ia masuk, ia melihat seorang gadis berambut merah panjang sedang duduk di sofa sambil membaca koran dan seorang pemuda berambut abu-abu yang baru saja berjalan melewati gadis yang sedang duduk itu.
"Ah, aku sudah menunggumu," kata gadis berambut merah itu.
"Maksudmu, aku?" tanya Ruuki, sembari gadis asing itu menghampirinya.
"Namaku Kirijo Mitsuru, dan pemuda yang disana adalah Sanada Akihiko. Selamat datang di asrama Iwatodai," ucap Mitsuru sambil tersenyum.
"Err, asrama ini…campur?" tanya Ruuki lagi.
"Ya, begitulah. Selain aku dan Akihiko, masih ada Takeba Yukari. Arisato Minato adalah anggota baru asrama ini yang baru sampai beberapa saat yang lalu, sebelum kau sampai disini. Nah, Akihiko tolong kau antar Misaki ke kamarnya," pinta Mitsuru dibalas dengan anggukan Akihiko. Kemudian Ruuki pun mengikuti Akihiko ke lantai tiga.
Ruuki tidak tahu bahwa ternyata asrama itu cukup besar. Dan sebenarnya mungkin terlalu besar untuk ditempati hanya oleh lima orang –dan bahkan hanya tiga orang saja sebelum dia dan seorang anak baru lagi datang ke tempat itu.
Sesampainya di depan kamar Ruuki, Akihiko memberikan kunci kamar kepada gadis itu dan menanyakan sebuah pertanyaan yang menurut Ruuki agak aneh.
"Apakah di jalan tadi ada suatu kejadian yang tidak biasa?" tanya pemuda itu.
"Maksudnya?"
"Yah, seperti keadaan di sekitarmu tidak normal mungkin?"
"Oh…Tidak, tidak ada kejadian-kejadian semacam itu," jawab Ruuki sambil menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, kalau memang tidak ada apa-apa, tidak masalah. Tetapi jika terjadi sesuatu tadi, tolong jangan pernah ceritakan kepada siapa pun, oke? Nah, selamat malam," ucap Akihiko lalu pergi ke lantai dua.
Ruuki membuka pintu kamarnya dan memasukkan barang-barangnya ke dalam. Lalu ia menggerai rambut biru panjangnya yang dari tadi ia ikat dua selama perjalanan. Tidak sanggup lagi untuk membereskan barang-barangnya, ia pun terlelap di kasur saking lelahnya.
.
.
Pagi pun tiba dan Ruuki sudah mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah barunya. Selama di Hokkaido ia sudah terbiasa bangun pagi –subuh malah, karena ia harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan membereskan rumah. Kebiasaan bangun paginya itu tidak bisa ia hilangkan begitu saja disini, itulah sebabnya ia sudah bangun sejak pukul empat dini hari. Masih mengantuk memang, karena ia baru terlelap sekitar pukul duabelas lewat di tengah malam.
Saat ia sedang menyisir rambutnya, pintunya diketuk oleh seseorang dari luar. Gadis itu pun menaruh sisirnya di meja lalu menyambut orang yang mengetuk pintu kamarnya. Dibukanya pintu itu dan didapatinya seorang gadis berambut coklat susu dan mengenakan sweter merah muda di luar seragam sekolahnya.
"Selamat pagi! Kau pasti Misaki Ruu, kan? Aku Takeba Yukari, kau boleh panggil aku Yukari," kata gadis berambut coklat susu itu dengan nada ceria.
"Oh, selamat pagi Yukari-san. Kalau begitu kau juga boleh memanggilku Ruuki. Teman-temanku di Hokkaido biasa memanggilku dengan nama itu," balas Ruuki.
"Baiklah, Ruuki. Jadi, kau sudah siap untuk pergi ke sekolah? Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu dan Minato-kun!" kata Yukari dan dijawab anggukan kepala Ruuki.
Ruuki mengambil rasnya dari kursi dan mengikuti Yukari keluar dari asrama bersama dengan Minato –laki-laki kurus berambut biru tua yang tampangnya agak emo. Mereka bertiga naik kereta dari stasiun menuju sekolah. Selama perjalanan, Yukari menjelaskan kepada dua orang teman barunya tentang tempat-tempat sekitar Iwatodai. Dan Ruuki pun baru tahu kalau Yukari dan Minato seumuran dengannya, sedangkan Mitsuru dan Akihiko adalah murid kelas duabelas.
Sesampainya di SMA Gekkoukkan, Ruuki dan Minato langsung melihat ke papan pengumuman untuk melihat mereka masuk ke kelas mana, sedangkan Yukari langsung menghampiri teman-teman klub memanahnya. Setelah melihat ke papan pengumuman, Minato pergi meninggalkanya untuk ke kamar kecil sedangkan Ruuki diajak Yukari pergi ke aula.
Setelah pidato awal tahun diberikan, murid-murid masuk ke kelas masing-masing. Di kelasnya, Ruuki langsung mengambil tempat duduk di paling depan –seperti yang biasa ia lakukan di sekolah lamanya. Tanpa menghiraukan sekitarnya, ia duduk tenang mendengarkan kata sambutan dari sang wali kelas, yaitu Toriumi-sensei.
Begitu bel berbunyi, Toriumi-sensei keluar dari kelasnya. Yukari pun segera menghampiri Ruuki yang tempat duduknya hanya selisih satu kursi. Ya, Ruuki sekelas dengan Yukari dan Minato. Saat sedang mengobrol dengan Ruuki, tiba-tiba Yukari menghampiri meja Minato yang di depannya ada seorang laki-laki yang mengenakan topi bisbol.
"Astaga, masakah aku harus sekelas denganmu lagi!?" kata Yukari kesal. Ruuki yang penasaran segera menghampiri teman barunya itu.
"Itu namanya takdir Yuka-tan!" ujar lelaki itu.
"Apa yang ingin kau lakukan pada Minato-kun?" tanya Yukari.
"Tidak ada maksud buruk, kok, hanya ingin menyapa teman baru. Dan hei! Bukankah kau anak baru juga?" tanya laki-laki itu pada Ruuki dan gadis itu mengangguk.
"Perkenalkan, nona manis, namaku Iori Junpei! Teman Yuka-tan!" ucap pemuda bertopi bisbol itu dengan bangga.
"Teman? OGAH!" ujar Yukari lalu menarik Ruuki menuju pintu.
"Ayo pulang, Minato-kun!" ajak Yukari sebelum ia dan Ruuki keluar kelas.
.
.
Suatu ketika, saat bulan penuh, entah kenapa Ruuki terjaga dari tidurnya. Ia tidak bisa tidur. Ada perasaan dan firasat yang tidak enak yang menyelimuti hatinya. Seakan sesuatu sedang terjadi. Karena khawatir, ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan berganti baju, berniat untuk turun ke lantai satu. Baru saja ia akan membuka pintu kamar, seseorang telah lebih dulu mengetuk pintu kamarnya dengan keras dan tergesa-gesa.
"Maaf, aku masuk, ya!" ujar orang dari luar –Yukari.
"Yukari-san, ada apa?" tanya Ruuki.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, ayo ikut, kita harus keluar!" seru Yukari.
"Oh, bawa ini, untuk jaga-jaga," kata Yukari lagi sambil menyerahkan sebuah pisau lempar pada Ruuki. "Dan kau juga bawa ini, Minato-kun," kata Yukari sambil menyerahkan pedang pendek pada Minato yang ada di belakangnya.
Kemudian mereka pun berlari ke lantai satu, agar mereka bisa keluar lewat pintu belakang. Tetapi tiba-tiba Mitsuru menghubungi Yukari dan berkata bahwa sesuatu yang mengejar mereka tidak hanya ada satu, ada juga yang mengejar lewat pintu belakang. Dengan cekatan Yukari langsung memandu Ruuki dan Minato untuk berlari ke atap, dengan harapan mereka akan aman disana.
Sesampainya di atap, Yukari dengan segera mengunci pintu dan langsung menarik nafas lega. Gadis bersweter merah muda itu kemudian memastikan bahwa pistolnya masih ia bawa.
Belum semenit berlalu, ketiga remaja itu mendengar sesuatu yang datang. Ternyata "monster" yang mengejar mereka ada juga yang memanjat lewat dinding asrama. Dengan diselimuti rasa takut, Yukari mengambil pistolnya –evokernya, dan mengadahkan benda itu ke dahinya.
Makhluk-makhluk itu semakin dekat, dan tangan dari salah satu makhluk itu menyerang tangan Yukari sehingga evokernya terlempar. Benda berbentuk pistol itu terjatuh tepat di sebelah Ruuki. Evoker yang ada tulisan "SEES" itu diambil Ruuki dengan agak ragu. Dan entah apa yang sedang ia pikirkan, gadis itu mengarahkan evoker tersebut ke dahinya sebelah kanan, lalu mengucapkan sebuah kata dengan perlahan.
"Per…so…na…"
.
.
~TBC~
.
.
Chapter 1 selesai~
Gimana? Gimana? Baguskah? Jelekkah? Pasti jelek. Sial =="
Fei akan berusaha update sebisa dan sesempatnya ya! :3
REVIEW!
