Seorang pemuda melangkahkan kakinya menuju sebuah nisan yang sudah sering dia datangi. Perlahan, tangannya mengusap baut nisan itu.

"Hei, bagaimana kabarmu disana? Kamu bisa mendengarku kan? Aku sudah bahagia sekarang, ini semua tidak akan terjadi tanpa dirimu."

Semuanya berawal dari lima tahun yang lalu.

oOo

The Story of Broken Home

.

.

Sasuke Uchiha, Haruno Sakura, Fugaku Uchiha, Uzumaki Karin

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

©Aomine Sakura

.

.

Dilarang copas dalam bentuk apapun!

Don't Like Don't Read

Selamat membaca!

oOo

5 tahun yang lalu.

Seorang pemuda turun dari mobil sport berwarna merah dan masuk ke dalam cafe dengan nuansa klasik anak muda. Lagu I Lay My Love On You mengalun memasuki pendengarannya. Matanya menangkap gadis cantik dengan pakaian pelayan yang menyambutnya dengan senyuman merekah di wajahnya. Mata emerald gadis itu selalu berbinar setiap menyambut pelanggan yang datang ke cafe.

"Selamat datang, tuan!" sapanya.

Sasuke tersenyum tipis sebelum melangkahkan kakinya menuju salah satu meja dengan kapasitas dua orang. Tanpa melihat buku menu yang diletakan di meja, dia sudah hafal dengan semua menu di cafe ini.

"Bawakan aku kopi hitam dan jus Cherry. Lalu, bawakan aku dua porsi Spaghetti. Ah- bawakan juga es krim Vanilla dengan banyak Cherry diatasnya, kelurkan es krimnya setelah aku perintahkan."

Gadis dengan name tag 'Sakura' di dadanya menganggukan kepalanya dan segera mencatat pesanan yang dipesan oleh pelanggannya. Tersenyum, Sakura segera pamit untuk memberikan menu pesanannya ke dapur.

Sasuke tidak bisa menahan senyum tipisnya ketika pelayan yang bernama Sakura itu berjalan menjauh. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengecek berbagai macam pesan yang masuk.

Dia mengetikkan sesuatu setelah membaca pesan dari sahabatnya.

Oi Teme! Aku mengunjungimu di kantor dan sekertarismu bilang kamu sedang makan siang diluar. Aku ingin mengajakmu makan untuk menyambut kepulanganku dan kamu malah makan siang sendiri. Dasar teman durhaka! –Naruto

Hn. Hentikan sikap menyebalkanmu itu dobe. Aku akan mentraktirmu kapan-kapan.

Sudah tiga bulan dia selalu datang ke cafe Love yang di dominasi oleh anak muda. Untuk pengusaha muda sepertinya, dia memang seharusnya makan di restoran-restoran mewah dengan kliennya. Namun, dia memilih cafe Love karena pelayan yang menyambutnya tadi.

Dari pertama melihatnya saat Sasuke tidak sengaja masuk ke dalam cafe ini, dia sudah tertarik dengannya. Senyumnya yang menawan, rambut berwarna merah panjang sepinggangnya, dan suaranya yang terdengar ramah mampu menarik sesuatu dari dalam dirinya dan melupakan sejenak kepenatannya. Tiga bulan selalu makan siang di cafe Love, membuatnya hafal dengan segala menu yang disajikan di cafe ini.

"Hei! Dia datang lagi!" Chouji menyenggol lengan Shikamaru yang sedang terkantuk-kantuk.

"Apa sih kalian, nggak lucu!" sentak Sakura.

"Pemuda itu datang lagi?" tanya Shikamaru.

Sakura menganggukan kepalanya sebelum memberikan catatan menu pesanan kepada Chouji. Hari ini cafe tidak terlalu ramai dan mereka bisa sedikit bersantai hari ini.

"Dia memesan dua porsi kali ini? Padahal dia datang sendiri." Chouji keheranan ketika membaca menu yang ditulis oleh Sakura, "Kamu yakin tidak salah tulis?"

"Iya, aku yakin." Sakura menganggukan kepalanya.

"Apa jangan-jangan dia sedang menunggu seseorang?" celetuk Shikamaru.

Sakura memandang pemuda dengan balutan jas putih yang duduk di sudut ruangan dari balik kaca dapur. Dia tidak sengaja mengetahui nama pemuda itu ketika pemuda itu menyodorkan kartu kreditnya. Tentu saja dengan nama Uchiha Sasuke di kartu kreditnya.

Dia memang tertarik dengan pelanggannya yang bernama Sasuke itu, namun dia menepis semuanya dan berfikir jika tidak boleh tertarik kepada pelanggannya sendiri. Karena biar bagaimanapun, dia adalah pelayan dan Sasuke adalah pelanggan yang dalam kamusnya, pelanggan adalah raja. Lagi pula, gadis manapun pasti tertarik dengan Sasuke.

Sasuke mengangkat wajahnya dari ponselnya ketika Sakura datang membawa pesanannya. Sakura segera pamit setelah meletakan pesanannya diatas meja.

Sasuke memandang arloji di tangannya. Satu jam lagi dan semua penantiannya tidak akan sia-sia.

Seorang gadis dengan rambut pendek sebahu masuk ke dalam cafe. Sakura yang melihatnya segera menyambutnya dan membawanya masuk ke dalam dapur. Tak berapa lama, Sakura keluar dengan pakaian santainya.

Sasuke segera bangkit dari duduknya.

"Permisi."

Sakura yang merasa di panggil menolehkan kepalanya, dia segera melangkahkan kakinya mendekat.

"Maaf, jam shift saya sudah berakhir. Sebaiknya anda meminta rekan saya yang lain untuk melayani anda," ucap Sakura.

"Apa kamu ada waktu?"

Jeda sejenak. Sakura memandang Sasuke dengan pandangan tidak mengerti.

"Maaf?"

"Kali ini, anggap aku bukan pelangganmu dan kamu bukan pelayan di cafe ini. Bisakah kamu temani aku makan siang?" tanya Sasuke.

Sakura tidak mempercayai indra pendengarannya. Sepertinya sehabis pulang dari cafe dia harus memeriksakan kesehatan telinganya.

"Tapi.."

"Aku memaksa, jika kamu menolak."

Sakura tidak bisa menolak permintaan Sasuke dan memilih duduk di hadapan Sasuke sembari menyeruput jus Cherrynya. Sasuke kembali duduk dan tersenyum tipis.

"Jadi, bisakah kita saling mengenal sebagai seorang teman?" tanya Sasuke disertai anggukan dari Sakura.

Sejenak suasana menjadi canggung, Sakura menjadi gugup ketika berhadapan dengan Sasuke. Selama ini dirinya hanya menjadi pelayan dan Sasuke adalah pelanggannya, ketika di hadapkan satu sama lain dia menjadi gugup.

Sakura tidak bisa menolak ketika Sasuke memaksa untuk mengantar dirinya hingga rumahnya. Sebuah rumah sederhana yang gelap dan sepi.

"Kamu tinggal disini, sendiri?" tanya Sasuke.

"Ya." Sakura melepas safety beltnya.

"Kemana orang tuamu?" Sasuke memandang Sakura.

"Maaf, tapi aku tidak bisa mengatakannya."

Sasuke menarik nafas panjang. Dalam hati dia merutuki dirinya yang terlalu ingin tahu tentang kehidupan Sakura.

"Baiklah, aku harus masuk sekarang." Sakura membuka pintu mobil sebelum akhirnya namanya di panggil.

"Boleh aku minta nomor ponselmu?"

Sakura baru saja menyelesaikan kegiatannya membersihkan tubuhnya ketika ponselnya bergetar. Masih sambil mengeringkan rambutnya, dia mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk.

Ini aku, Sasuke. Kamu bisa mensave nomorku. -US

Sakura segera membalas pesan dari Sasuke sebelum akhirnya merebahkan dirinya diatas ranjang. Malam ini dia habiskan untuk berbalas pesan dengan Sasuke hingga rasa kantuk mulai menyerangnya. Dia sempat membaca pesan yang masuk sebelum kesadarannya hilang terbawa mimpi.

Baiklah, selamat malam. -Sasuke

Sasuke menghentikan mobilnya di sebuah universitas ternama di Jakarta. Matanya memandang kampusnya yang sudah lama tidak dia datangi dan dia merindukan masa-masa kuliah dahulu.

Sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempatnya. Bukan merk mobil atau warna mobil itu yang menarik perhatiannya, tetapi seseorang yang keluar dari dalam mobil tersebut.

"Tidak usah menjemputku, Naruto. Cafe dari kampus lumayan dekat kok. Iya, jangan terlalu memaksakan dirimu. Sampai jumpa besok."

Ya. Disana, Sakura berdiri dengan balutan kemeja dan celana jeans serta rambutnya yang terikat rapi. Ada sesuatu yang menyeruak di dadanya, apalagi ketika dia turun dari sebuah mobil.

"Sakura."

Sakura tidak bisa menahan keterkejutannya ketika melihat siapa yang menyapanya.

"Sasuke-san? Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Sakura.

"Hn. Jangan panggil aku dengan suffix-san. Dulu aku adalah mahasiswa di kampus ini," ucap Sasuke.

"Eh?" Sakura menjadi gugup karenanya, "Sebaiknya aku segera pergi untuk mencari bahan di perpustakaan. Permisi."

Sasuke tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sakura. Ada sesuatu yang dimiliki gadis itu yang membuatnya tertarik.

"Haruno Sakura. Siapakah dirimu?"

Sakura masuk ke dalam kelasnya dan segera duduk di bangku yang ada di pojok ruangan. Beberapa mahasiswi sibuk berdandan sembari menunggu dosen memasuki kelas, beberapa mahasiswa lainnya sibuk dengan ponselnya atau dengan komik yang mereka bawa. Sakura memilih untuk membaca buku yang dia pinjam di perpustakaan, dia bukanlah dari golongan yang berada dan dia harus bisa menjadi mahasiswa dengan IPK tertinggi jika ingin mempertahankan beasiswanya di kampus ini.

Seorang pria dengan jas putih memasuki kelas dan berhasil membuat kelas yang tadinya gaduh menjadi semakin gaduh dengan teriakan-teriakan para gadis di kelasnya. Sakura mengangkat kepalanya dan sukses membulatkan matanya melihat siapa yang akan menjadi dosennya hari ini.

"Hn. Namaku Uchiha Sasuke, saya dosen pengganti disini dan akan mengajar kalian."

Sasuke memandang sekeliling mahasiswa yang ada di ruangan kelas itu, tatapan matanya terfokus pada seseorang yang duduk di bangku paling belakang. Entah mengapa dia merasa harinya akan semakin berat setelah ini.

"Baiklah. Kita akan mulai kelas pada hari ini."

Sasuke menarik nafas panjang setelah kelas yang diaampu telah berakhir. Dia baru tahu jika mengajar sebuah kelas akan semelelahkan in.

"Sasuke-kun?"

Sasuke menoleh dan tersenyum ketika Sakura berada tepat di belakangnya.

"Kamu mau pulang? Mau aku antarkan?" tanya Sasuke.

"Ah- tidak perlu. Aku akan bertemu dengan dosen sebentar, sebaiknya aku segera pergi." Sakura tersenyum sebelum melangkahkan kakinya menjauh.

"Iya, maaf karena bapak tidak mengatakannya dari awal."

Sakura memandang dosennya dengan masker yang menutupi separuh wajahnya yang kini ada di hadapannya.

"Aku mau kamu membantu Sasuke sebagai dosen pengganti sementara."

"Eh? Kenapa harus saya?" tanya Sakura.

"Kamu adalah mahasiswi kesayanganku, sama seperti Sasuke. Dia dulu adalah mahasiswa yang paling pintar. Lulus kedokteran dengan nilai cumlaude dan hanya 3,5 tahun berada di kampus ini. Dia sama sepertimu, pintar dan cerdas."

"Kenapa saya tidak tahu sensei memiliki murid seperti dia?" Sakura tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.

"Dia angakatan dua tahun diatasmu. Kamu tentu tidak tahu, karena kamu mengambil cuti saat itu."

Sakura menganggukan kepalanya tanda dia paham dengan apa yang diucapkan oleh dosennya.

"Baiklah, kalau begitu saya harus permisi."

Sakura keluar dari ruangan dosennya dan menemukan Sasuke berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang. Pemuda dengan balutan jas itu tersenyum dan berjalan menghampirinya.

"Kamu mau ke cafe? bagaimana jika aku antarkan?" tawar Sasuke.

"Eh- tapi.."

"Tidak apa, ayo."

Sakura duduk memandang jalanan yang ada di luar. Perjalanan dari kampus menuju cafe tempatnya bekerja hanya butuh waktu lima belas menit jika menggunakan kendaraan. Akan tetapi, lima belas menit itu, baginya sekarang seperti satu jam.

"Apakah kamu memang selalu diam seperti ini?"

Sakura memandang Sasuke yang bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Apakah aku terlihat seperti orang yang pendiam?"

"Kelihatannya. Tapi, aku tetap menyukaimu kok."

Dia sepertinya harus memeriksakan kesehatan telinganya setelah ini.

"Apa? Kamu mengatakan sesuatu?" tanya Sakura menatap Sasuke.

"Hn. Tidak ada."

Sakura turun dari cafe setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan cafe, Sasuke membuka pintu mobilnya dan tersenyum tipis.

"Terimakasih atas tumpangannya." Sakura tersenyum.

"Sama-sama, tapi aku juga ingin makan siang disini."

"Benarkah?" Sakura memandang Sasuke, "Baiklah, aku akan bersiap-siap dulu."

Sasuke duduk di kursi tempat favoritnya, dia masih menunggu Sakura yang sedang berganti baju. Chouji menyenggol lengan Shikamaru yang sedang menjaga kasir.

"Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta," ucap Chouji.

"Aku tidak menyangka jika pemuda itu mau dengan Sakura." Shikamaru mengangkat bahunya, "Masa muda yang indah."

Sasuke mengambil ponselnya ketika sebuah pesan masuk, segera dia membacanya.

Oi Teme! Ayo kita makan siang! Traktir aku, ya! –Naruto

Dengan cekatan dia segera membalas pesan Naruto.

Hn. Temui aku di cafe Love.

Sakura keluar dari ruang ganti dengan membawa sebuah buku menu. Sasuke tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum ketika Sakura melangkahkan kakinya menghampirinya.

"Mau pesan apa?" tanya Sakura.

"Bawakan aku kopi hitam."

Sakura segera mencatat pesanan Sasuke.

"Ada lagi?"

"Hn. Tidak ada."

Sakura melayangkan senyumannya sebelum melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Masa muda itu indah sekali, ya."

Sakura melirik Chouji yang sedang tersenyum usil kearahnya.

"Apaan sih! Nggak lucu, tau!"

"Aku tahu kok, kamu terlibat cinta lokasi dengannya." Chouji mencoba menggoda Sakura.

"Kamu menyebalkan!"

Naruto keluar dari mobilnya dan memandang cafe di hadapannya. Tentu saja dia tahu cafe ini, karena Sakura juga bekerja di cafe ini.

Naruto melayangkan matanya menyusuri cafe dan menemukan sahabatnya itu duduk membalakanginya.

"Oi Teme!"

Sasuke menolehkan kepalanya dan menemukan senyum lima jari milik sahabatnya itu.

"Aku tidak menyangka kamu suka makan di cafe seperti ini," ucap Naruto disertai cengirannya.

"Begitukah sambutanmu setelah lama tidak bertemu?" Sasuke mendenguskan wajahnya.

Naruto tidak bisa menahan dirinya untuk merangkul pundak sahabatnya semasa sekolah menengah atas dahulu. Terkadang dia masih tidak menyangka jika jalan mereka sudah berbeda sekarang.

"Pesan saja sesukamu, biar aku yang bayar."

"Benarkah?" tanya Naruto dengan mata berbinar, "Panggilkan pelayannya."

Sakura datang tak lama membawa kopi hitam pesanan Sasuke.

"Naruto?"

"Sakura-chan?"

Sakura tidak bisa menahan keterkejutannya melihat siapa yang duduk di samping Sasuke.

"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Sasuke.

Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Bagaimana ya, aku mengatakannya. Aku dan dia adalah teman semasa kecil, bahkan kami berdua adalah tetangga."

"Benarkah?" tanyanya.

"Tapi itu dulu, sebelum aku pindah rumah," ucap Sakura, "Jadi, kamu mau pesan apa, Naruto?"

"Bawakan aku dua mangkuk ramen dan kopi hitam, tuan muda di sampingku yang akan membayarnya." Naruto melirik Sasuke yang ada di sampingnya.

"Baiklah, pesanan akan segera diantar."

"Kenapa kamu tidak mengatakan jika kalian sudah lama saling mengenal?" tanya Sasuke.

"Kamu tidak bertanya, jadi aku juga tidak bercerita. Lagipula, dia adalah adik kelas kita semasa SMA, dettebayou!."

"Apa?! Jadi dia adik kelas kita juga?" Sasuke memandang Naruto dengan pandangan tidak percaya.

"Memangnya kenapa?"

"Kenapa aku tidak tahu?"

"Siapa suruh kamu selalu memikirkan pelajaran? Berdiam diri di kelas atau perpustakaan, seperti katak dalam tempurung. Seseorang yang di pikirannya hanya ada belajar, belajar, dan belajar mana mungkin mengenal Sakura-chan, dettebayou!"

Sasuke mendenguskan wajahnya, dia merasa menjadi seseorang kutu buku yang ketinggalan jaman. Tetapi, memang itulah kenyataan yang terjadi padanya. Menarik nafas panjang, dia sudah siap untuk mengomentari ucapan Naruto yang sembarangan, ketika Sakura datang membawakan pesanan Naruto.

"Ini pesananmu," ucap Sakura.

"Duduklah disini dan temani aku makan." Naruto menunjuk kursi di hadapannya dengan matanya.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku harus kembali bekerja jika tidak ingin dipecat dari pekerjaanku."

Naruto mengangkat bahunya dengan cuek sebelum melahap Ramennya.

"Baiklah, tapi aku akan menjemputmu sepulang kerja."

Sakura sudah membuka mulutnya siap untuk protes, ketika Naruto memberinya tatapan peringatan agar tidak menolak ajakannya. Dirinya hanya bisa pasrah dan berjalan kembali menuju dapur.

Naruto melirik Sasuke yang memperhatikan Sakura hingga gadis itu hilang di balik pintu dapur. Melahap ramennya, tentu dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh sahabatnya itu.

"Kamu tertarik kepada Sakura-chan."

"Hn?" Sasuke memandang Naruto dengan pandangan bertanya.

"Kamu tertarik kepadanya."

Sasuke mendenguskan wajahnya dan memandang keluar jendela.

"Tidak mungkin aku tertarik kepadanya."

"Jangan bohong, aku mengenali tatapanmu itu."

Sasuke tidak bisa mengomentari ucapan Naruto yang terang-terangan sedang menggodanya. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Tentang kehidupan gadis yang tanpa dia sadari telah menarik perhatiannya itu.

"Dobe, ada yang membuatku penasaran tentang Sakura."

Naruto tersedak kopi yang diminumnya.

"Sudah aku duga kamu tertarik kepadanya-"

"Kemana orang tua, Sakura? beberapa hari yang lalu aku mengantarkannya pulang dan tidak menemukan keluarganya di rumahnya."

Naruto membulatkan matanya tidak percaya.

"Kamu bahkan sudah mengantarkannya pulang?" tanya Naruto tidak percaya.

"Dobe, jawab saja pertanyaanku."

"Aku tidak bisa mengatakan kehidupan Sakura kepadamu. Jika kamu mau, kamu bisa menanyakannya langsung kepadanya. Tapi yang pasti, kehidupan gadis itu tidak semudah yang kamu bayangkan."

Mendengar jawaban Naruto, membuatnya penasaran akan kehidupan gadis berambut merah muda itu.

Sakura keluar dari cafe tempatnya bekerja ketika hari mulai gelap, dia bisa melihat Naruto yang berdiri di depan cafe sembari memasukan tangannya ke dalam saku celana.

"Naruto? Kamu benar-benar menjemputku?" tanya Sakura tidak percaya.

"Tentu saja, ayo aku antarkan pulang."

Sakura duduk di dalam mobil Naruto dan membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Sahabatnya ini telah menjadi orang sukses yang memiliki sebuah perusahaan di Inggris. Rasa canggung menyelimutinya, mengingat sudah lama dia dan Naruto tidak bertemu.

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Teme?" tanya Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Teme? Siapa dia?" Sakura memandang Naruto dengan pandangan bingung.

"Sasuke Uchiha, tentu saja."

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya."

"Yakin? Sepertinya dia tertarik padamu."

"Itu tidak mungkin terjadi, Naruto. Mana mungkin orang kaya sepertinya tertarik kepada gadis sepertiku yang hanya bekerja di sebuah cafe, kamu jangan mengada-ada," ucap Sakura menahan tawanya.

Naruto mendenguskan tawanya.

"Taruhan saja, dia pasti tertarik kepadamu."

Sasuke meremas rambutnya frustasi. Di hadapannya berkas-berkas yang seharusnya dia teliti berserakan, pekerjaannya yang menumpuk membuat kepalanya pusing.

Pandangan matanya beralih menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Tetapi tidak dengan kepalanya, karena yang ada di pikirannya hanyalah gadis berambut pink dengan mata emeraldnya yang indah itu.

Dia sendiri heran dengan perasaannya. Banyak gadis di luar sana yang lebih sempurna, cantik dan segala kelebihannya. Entah mengapa, dia langsung jatuh cinta ketika melihat senyum gadis itu untuk pertama kalinya. Senyum yang mengingatkannya kepada mendiang ibunya.

Sakura tersenyum ketika Naruto menghentikan mobilnya tepat di depan rumahnya.

"Naruto, terimakasih untuk semuanya," ucap Sakura.

Naruto mengacak rambut pink Sakura dengan gemas.

"Kamu tidak perlu mengatakan hal itu, ibumu akan sedih jika kamu mengatakan hal ini. Ingatlah, beliau yang menitipkanmu kepadaku."

Sakura tersenyum dan memeluk Naruto dengan sangat erat. Dia bisa merasakan bau parfum Naruto yang menggelitik penciumannya, bau orang yang sangat dia rindukan.

"Aku merindukanmu, Naruto," bisik Sakura.

"Aku pasti terlalu lama meninggalkanmu," balas Naruto melepaskan pelukan Sakura, "Sebaiknya kamu segera masuk ke dalam rumahmu. Hari sudah semakin malam dan kamu membutuhkan tenagamu itu untuk kuliah dan bekerja."

Sakura menganggukan kepalanya dan segera keluar dari mobil Naruto. Mata biru saphirre Naruto mengikuti tubuh sahabatnya itu hingga hilang di balik pintu rumahnya.

"Sakura-chan, andaikan saja..."

-Bersambung-

.

.

.

Catatan kecil Author :

Jaaa.. Sakura muncul dengan fanfic SasuSaku lagi. Nggak tahu kenapa pengen bikin cerita tentang ini. Huhuhu TT nggak tahu mau dibuat berapa chapter, tapi kayaknya nggak panjang-panjang kok

Baiklaaahhh.. sampai ketemu di chapter selanjutnya!

-Aomine Sakura-