Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu, tapi di suatu kelas, masih tersisa 2 orang individu berbeda kelamin yang ternggelam dalam kesunyian.
"Heh? Ini aneh? Bisa kau ulang kembali kalimatmu Gremory-san, karena untuk beberapa menit yang lalu aku yakin ada yang salah dengan pendengaranku." Sang pria yang yang diperkirakan berada di umur 25-nya memecahkan keheningan itu dengan senyum kikuk.
Wanita yang mengenakan seragam sekolah dengan rambut Merah menyala menarik nafas panjang dan menghembuskannya lalu memandang lurus pada mata pria yang lebih dewasa darinya itu dengan pandangan serius. "Aku menyadarinya bahwa aku juga mencintaimu dan aku sangat menyesal atas semua yang aku lakukan dulu. Kali ini aku berjanji akan berubah menjadi lebih baik. Karena itu kumohon berikan aku kesempatan kedua, Naruto-sensei!"
Tawa pria itu tenggelam. Senyum kikuknya luntur menjadi lengkungan terbalik. "Maaf." Setelah mengatakan itu dia berbalik dan mulai melangkah menuju pintu keluar. Secara samar dapat di dengar suara isakan yang tertahan dan permintaan maaf dari wanita lawan bicaranya, tapi pria itu tidak berbalik atau melirik sedikitpun.
"Kita sekarang adalah guru dan murid, tidak akan pernah lebih dari itu." Segera setelah mengatakan itu, pria itu keluar dari ruangan itu meninggalkan wanita itu sendirian sambil menangis.
Tangan wanita itu terkepal kuat menahan isakan sementara air mata mengalir menuruni pipi putihnya. Wanita itu menyapu air matanya dengan punggung tangannya. "Aku tidak akan menyerah! Akan aku buktikan aku bisa berubah!" tegasnya menngenggam tangannya sendiri dengan kuat meyakinkan tekadnya.
Nama wanita itu adalah Rias Gremory, putri perusahaan besar di jepang. Memiliki figur tubuh yang sangat menakjubkan untuk anak seusianya, dia selalu mendapat peringkat sebagai gadis tercantik di sekolahnya. Dengan penampilannya saja dia bisa membuat semua laki-laki normal untuk jatuh cinta padanya. Tapi pada momen ini, satu-satunya laki-laki yang diharapkannya, pria yang dulu pernah dia lepaskan dan selalu dia sesali, menolaknya dengan dingin. Rias tahu dia sendirilah yang menyebabkan rasa sakit dihatinya. Dia sendirilah yang terlalu menyakiti pria itu dulu, dan karma tertimpa padanya.
Rias mencintai pria itu, dia akan berusaha untuk meraih cintanya lagi. Dia tidak bisa menyerah sekarang.
.
.
.
3 Tahun Yang Lalu ...
Disebuah ruangan pribadi Mansion Gremory, dua orang pria duduk di sofa berhadapan. Salah satunya adalah sang kepala keluarga Gremory, Zeoticus Gremory. Dan yang satunya lagi adalah pria berambut pirang paruh baya.
"Minato, aku mengerti dengan perasaanmu. Tapi pertunangan ini sudah berjalan 2 tahun. Kau yakin-"
"Zeoticus-sama, aku menyetujui pertunangan ini karena dulu aku pikir ini akan membuatnya bahagia. Tapi setelah melihat hasilnya, aku berubah pikiran," potong Minato Namikaze, pria pirang itu dengan tegas. Zeoticus terdiam tidak dapat membalas. Beliau menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Baiklah. Aku akan menghormati keputusanmu. Lagipula dalam hal ini yang bersalah adalah putri kami."
Minato tersenyum tipis. "Terima kasih, Zeoticus-sama. Dengan ini urusanku disini selesai, aku permisi," ucap Minato seraya berdiri. "Sudah mau pulang? Biarkan aku mengantarmu hingga ke teras," ucap Zeoticus seraya berdiri juga menatap pada Minato yang menuju pintu keluar.
Minato menoleh dan melambaikan tangannya sambil tersenyum. "Tidak perlu, aku bisa sendiri. Kau sibuk bukan? Maaf sudah menyita waktumu, aku permisi," ucap Minato sopan lalu keluar ruangan. Zeoticus menatap pada pintu keluar dengan pandangan bersalah.
Sementara itu di luar ruangan itu, setelah Minato keluar dari ruangan Zeoticus dia bertatapan dengan anggota keluarga Gremory yang lainnya, tapi berkelamin wanita dengan kisaran umur 15 tahun. "Ara, Rias-chan, ada yang bisa kubantu?" tanya Minato dengan sopan dan senyum di wajahnya. Gadis remaja itu bertingkah gugup dan agak ragu untuk membuka mulutnya. "Ano, Minato-Ojii-sama, tentang Naruto-kun, -"
"Kau sudah mendengar pembicaraan kami dari awal bukan? Kalau begitu semuanya sudah jelas." potong Minato dengan wajah tersenyum. Rias menjadi semakin gugup. "T-Tapi -"
"Kalian tidak punya hubungan apa-apa lagi, tidakkah kau senang? Akhirnya kau bisa berkencan dengan siapapun yang kau mau. Dan jangan khawatir, kali ini Naruto tidak akan ada untuk mengganggumu lagi," ungkap Minato tanpa melunturkan senyumannya. Rias terdiam dengan mata bergetar. "A-Apa maksudmu?" Minato tidak merespon dan hanya tersenyum seraya melangkah menuju pintu keluar Mansion.
Minato bersiap menaiki mobilnya saat pintu mansion terbuka lebar dan Rias berlari ke arahnya. Rias berhenti di depan Minato lalu membungkuk 90 derajat. "Aku tahu tindakanku tidak dapat dimaafkan, tapi aku benar-benar menyesal atas semuanya! Aku ingin minta maaf pada Naruto-kun! Kumohon dengan sangat beritahu aku dimana dia!"
Sebagai orang tua, bukan hal yang salah jika Minato marah pada perempuan ini karena telah menyakiti putranya. Tapi sebagai orang dewasa, Minato tahu bahwa tidak benar untuk menaruh dendam pada gadis seusianya. Terlebih lagi jika gadis itu telah menyesali perbuatannya dan rela menundukkan kepalanya. "Angkat kepalamu, Rias-chan," ucap Minato dengan nada tulus tanpa sarkasm seperti sebelumnya.
Rias mengangkat kepalanya perlahan dan Minato dapat melihat air mata yang menggenang di pelupuk matanya dan bekas air mata di pipinya. Minato menghela nafas lemah. "Aku tahu bahwa kau benar-benar menyesal, tapi aku tetap tidak bisa membantumu. Sebagai orang tuanya, aku akan melakukan semua yang kubisa untuk kebahagiannya. Karena itu aku harap kau mengerti," ucap Minato lembut menenangkan Rias.
Tetapi bukannya berhenti menangis, air mata malah kembali menetes dari manik green-blue itu. "Aku benar-benar bodoh karena terlambat menyadarinya. Aku ingin bertemu dengannya lagi. Aku ingin minta maaf. Aku ingin bersamanya. Aku mencintainya," ungkap Rias terisak dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
Minato mengalihkan pandangannya dengan senyum lemah pada pernyataan Rias. "Naruto pasti akan senang mendengarnya jika kau mengatakannya sebulan yang lalu," gumam Minato pelan seraya berbalik memunggungi Rias. "Seluruh keluarga Namikaze dan juga ayahmu telah sepakat tidak akan memberikan bantuan apapun padamu terkait tentang Naruto. Tapi dilain sisi, kami tidak akan ikut campur jika kau memutuskan untuk memperbaiki hubunganmu dengannya. Tapi ingatlah, keputusan terakhir ada ditangannya. Jika kau menyakitinya lagi, kami Namikaze tidak akan menahan diri." Setelah mengatakan itu, Minato menaiki mobilnya dan melaju meninggalkan mansion Gremory.
Rias terduduk bersimpuh sambil menyeka air matanya dengan sesegukan. "Terima kasih," cuma kata itu yang dapat diutarakan Rias atas respon Minato. Hal itu sangat berarti bagi Rias, karena dengan begitu, dia masih memiliki kesempatan bersama Naruto.
Mungkin tanpa bantuan dari keluarga Namikaze dan keluarganya sendiri akan sangat sulit, tapi selama Namikaze tidak menggangu saat dia mencoba memperbaiki hubungan mereka, itu artinya masih ada harapan. Mungkin Naruto akan membencinya saat mereka bertemu lagi, tapi Rias akan menerimanya dan sedikit demi sedikit memulai hubungan mereka dari awal. Rias menyesal telah menyakiti Naruto, karena itulah dia akan membuktikan penyesalannya dengan tidak menyerah sekecil apapun harapannya. Karena itulah yang di ajarkan Naruto padanya.
"Aku ingin bersama Naruto-kun. Aku tidak akan menyerah."
.
.
.
Sejak hari itu, Rias tidak pernah putus harapan. Bahkan setelah setahun berlalu, dia juga tidak menyerah. Sekarang Rias bersekolah dia SMA Kouh kelas 1 dan tidak ada perkembangan. Dia mencoba segala cara. Bertanya pada teman-teman SMP-nya yang melanjutkan SMA di luar Kouh, bertanya pada kenalannya di luar kota bahkan luar negeri tentang keberadaan pria pirang tersebut. Tapi semuanya nihil, tidak ada kemajuan.
Terlebih lagi karena dia sudah SMA, waktunya menjadi terbagi antara kehidupan SMA-nya dan mencari keberadaan Naruto. Saat dia terlalu fokus mencari Naruto, nilainya turun dan mendapat ceramah dari orang tuanya.
Waktu terus berlalu dengan cepat, tapi Rias tak kunjung mendapatkan petunjuk. Hingga pada pertengahan semester 2 kelas 2, secercah harapan datang padanya.
Saat dia sedang berselancar di internet untuk mengerjakan tugas laporannya, matanya tertuju pada sebuah gambar yang berisi sekelompok remaja SMA yang menangkat piala besar beserta beberapa guru berpakaian formal di foto itu. Disana tertulis judul 'SMA Konoha Berhasil Meraih Juara Utama pada Olimpiade Sains Tingkat Prefektur dan Meneruskan ke Tingkat Nasional'
Matanya tertuju pada satu orang. Seorang guru muda berambut pirang yang berada di sisi paling ujung gambar tersebut. Tidak salah lagi. Beberapa kali dia mengucek matanya, gambar itu tidak menghilang. Dia tidak sedang berkhayal, dia telah menemukan Naruto.
Dengan segera Rias mengetik di pencarian internet SMA Konoha lalu memeriksa daftar guru yang mengajar disana. Dan akhirnya dia menemukan namanya. Disana tertulis 'Naruto Uzumaki' sebagai guru Matematika. Rias akhirnya menyadari kesalahan dalam metode pencariannya selama ini. Dia selalu bertanya pada kenalannya tentang Naruto Namikaze, tak pernah sekalipun ia kepikiran bahwa Naruto akan mengganti nama belakangnya.
Rias bergegas keluar dari kamarnya dan berlari menuju ruang kerja ayahnya. "Otou-sama, kau di dalam?" panggil Rias seraya mengetuk pintunya. "Masuklah," ucap yang di dalam setelah jeda keheningan beberapa saat.
Rias tanpa menyia-nyiakan waktunya masuk dan melihat ayahnya yang duduk di meja kerjanya dengan sebuah laptop terbuka di depannya. "Rias, ada apa sayang?" tanya Zeoticus melihat putrinya yang kelihatan bersemangat dan senyum puas di wajahnya. Rias mendekati meja ayahnya. "Otou-sama, aku ingin di pindahkan ke SMA Konoha," tegas Rias semangat dengan tangan menggebrak meja ayahnya. Zeoticus memundurkan wajahnya dan berkedip beberapa kali karena sedikit terkejut dengan pernyataan dan tindakan putrinya.
"Ada apa ini tiba-tiba?" tanya Zeoticus gugup karena efek terkejut. "Naruto-kun! Aku menemukannya! Dia menjadi guru di SMA itu jadi aku ingin dipindahkan kesana!" Jelas Rias singkat, padat dan jelas. Zeoticus berkedip sebentar dan tertawa pelan. "Naruto? Kau yakin kau tidak salah informasi?" tanya Zeoticus memastikan.
Rias lalu menjelaskan kronologi bagaimana dia dapat menemukan Naruto. Dia menyuruh ayahnya untuk membuka artikel dengan judul yang diingatnya di internet untuk membuktikannya. Zeoticus menuruti perintah putrinya dan melihat artikel yang berisi Naruto di dalamnya. Zeoticus tersenyum kecil. "Kau benar. Dia di SMA Konoha," ucap ayahnya pasrah.
"Otou-sama sudah tahu tentang ini? ... Maaf, aku lupa. Tidak ada bantuan untukku," gumam Rias pelan, semangatnya tadi hilang entah kemana. "Maaf merahasiakannya darimu. Tapi ini merupakan bagian dari perjanjiannya," balas Zeoticus dengan senyum lemah.
Rias menggeleng pelan. "Tak apa, aku mengerti. Jadi bagaimana dengan permintaanku tadi? Apa itu melanggar perjanjian?" tanya Rias pelan. "Perjanjiannya hanyalah agar aku tidak membantu mencari dan ikut campur dalam urusan kalian. Aku bebas untuk memindahkanmu ke Konoha," jawab Zeoticus dengan senyum lembut. Ekspresi Rias kembali ceria. "Benarkah?!" tanya Rias meyakinkan.
Ayahnya mengangkat tangannya menghentikan kesenangan Rias. "Tapi tidak untuk semester ini. SMA Konoha hanya menerima murid pindahan pada tahun ajaran baru. Jadi kau harus bersabar untuk beberapa bulan lagi."
Senyum Rias luntur sebentar pada kalimat pertama ayahnya tapi segera kembali ke senyum cerianya setelah mendengar keseluruhan penjelasan. "Aku tidak masalah. Asalkan aku dapat bertemu lagi dengan Naruto-kun, beberapa bulan akan aku tunggu dengan senang hati," ucap Rias dengan tulus.
"Hee~, kalau begitu aku yang akan menambah syaratnya."
Rias otomatis berbalik melihat keambang pintu dimana wanita berambut coklat berdiri disana. "Okaa-sama?!" Wanita itu yang merupakan ibunya, Venelana Gremory tersenyum licik. "Kau hanya akan di ijinkan pindah sekolah jika kau berhasil mendapat nilai sempurna, minimalnya 90 dari seluruh mata pelajaran yang ada di ujian!" tegas Venelana dengan serius.
"EEEHH?! Okaa-sama kau terlalu berlebihan! Terlebih lagi, bukankah Okaa-sama harusnya mendukungku, kenapa kau malah mempersulit keadaanku!" gerutu Rias.
Venelana mengacungkan telunjuknya pada wajah Rias. "Aku belum mendengar jawabanmu, gadis muda? Take or not?" tantang Venelana dengan seringaian. Rias menggembungkan pipinya dan menggerutu pelan. "Mou, baiklah. Kuterima tantangan itu. Tapi jika aku berhasil, Okaa-sama, semua koleksi anime dan action figure Okaa-sama jadi milikku," tantang Rias balik menunjuk pada wajah ibunya.
"Eh? Bagaimana kau tahu?" Wajah Venelana sukses shock berat. Sementara Zeoticus menutup mulutnya meredam tawanya melihat ekspresi istrinya saat putrinya menyebutkan rahasia gelapnya. "Vene-chan, si Otaku kelas berat," gumam Zeoticus menahan tawanya.
"Tadi kau bilang apa, Anata?" tanya Venelana yang sukses membuat sang kepala rumah tangga merinding.
"Aku akan kembali ke kamarku untuk belajar. Okaa-sama jangan menggangguku," ucap Rias melewati Ibunya dan berjalan lurus menuju kamarnya. "Rias-chan, bisa permintaan yang lain saja? Okaa-sama sudah mengumpulkan semua itu sejak masih SMP. Rias-chan!" Venelana berusaha menawar permintaan Rias dengan sesuatu yang lain. Tapi Rias tidak memperdulikannya dan terus berjalan. "Aku tidak dengar!"
Saat Rias sudah menghilang dari pandangannya, Venelana tersenyum dan kembali masuk kedalam ruang kerja Zeoticus. "Jadi? Bagaimana dia bisa tahu dimana Naruto?" tanya Venelana. Zeoticus mengangkat bahunya. "Keberuntunganmu menurun padanya?" ucapnya tidak yakin. Venelana tertawa lemah "Serius, Kushina-chan tidak akan percaya padaku meski kuceritakan seperti itu," gumamnya. "Aku sependapat. Dia pasti curiga jika kita membantunya." respon Zeoticus.
Venelana menghela nafas dan berjalan kesamping Zeoticus untuk melihat artikel di internet yang ada gambar Naruto. "Tidak terasa sudah hampir 3 tahun sejak terakhir kali kita melihatnya," ucap Venelana. "Aku harap Naruto-kun tidak terlalu membenci Rias-chan sekarang ini," lanjut Venelana berharap.
Zeoticus tidak merespon, tapi di dalam, dia mengharapkan untuk kebahagian putrinya.
.
.
.
Skip ...
Sekarang ini, Rias telah berdiri di depan gerbang SMA Konoha. Hari ini adalah hari pertamanya sebagai siswi di sekolah ini. Akhirnya setelah melewati ujian semester dengan persyaratan kejam ibunya, yang mana membuat Rias harus belajar non-stop sebelum ujian dan berujung dia sakit demam sehari setelah ujian berakhir, akhirnya Rias dapat masuk ke sekolah tempat Naruto berada.
Karena figur tubuhnya yang terlalu bak model, tak ayal menjadikannya pusat perhatian bagi murid-murid lain, meski si empunya sendiri tak sadar.
Rias menghela nafas panjang dan memantapkan tekadnya. "Yosh! Aku siap."
"Jangan hanya melongo di depan gerbang, murid pindahan. Bel masuk sebentar lagi berbunyi," ucap seseorang yang lewat di samping Rias.
Rias tertegun mendengar suara itu, dan lebih terkejut saat melihat sosok yang melewatinya. Postur tubuh tinggi tegap yang di balut setelan serba hitam dan rambut pirang model berantakan melintas melewatinya, melewati gerbang dan berhenti tepat di depannya. "Naruto-kun ..."
Pemuda itu membalikkan badannya menghadap Rias. "Apa yang kau tunggu? Kau belum mengenal tempat-tempat di SMA ini bukan?" tanya Naruto. Rias tidak merespon seakan dia tidak mendengar pertanyaan Naruto.
'Ctak!'
"Ittai~" ringis Rias memegangi dahinya yang di sentil jari Naruto, menariknya dari lamunannya. "Sudah sadar dari mimpinya, putri tomat?" tanya Naruto setengah mengejek. "Siapa yang kau sebut tomat? Kuning?" respon Rias dengan refleks. Rias menutup mulutnya dengan wajah memerah saat menyadari tindakannya.
Naruto tersenyum. "Jika kau bisa membalas ejekanku, artinya kau baik-baik saja. Kalau begitu ikuti aku, aku akan mengantarmu keruang kepala sekolah," ucap Naruto seraya berbalik dan berjalan lebih dulu. Rias menatap punggung Naruto tertegun dengan senyuman hangat yang baru saja di berikan oleh Naruto.
"Ayolah, jika kau melamun lagi, aku serius akan meninggalkanmu," teriak Naruto yang berhenti dan menoleh pada Rias yang tidak bergerak dari posisinya. Merasa Rias meresoon pada panggilannya, Naruto kembali melanjutkan langkahnya. "Tunggu aku, Naruto-kun!" panggil Rias berlari mengejar Naruto.
"Panggil aku sensei, tomat berjalan!"
"Naruto-sensei, berhenti memanggilku tomat!"
"Baiklah, tuan putri manja."
"Jangan panggil aku itu juga!"
Bagi siswa-siswi di SMA Konoha yang melihat itu menganggapnya sebagai sebuah pemandangan unik dan memunculkan berbagai macam gosip tentang apa sebenarnya hubungan antara guru muda dengan murid pindahan itu mengingat pembicaraan mereka yang terdengar akrab.
.
.
.
Game Of Love
Disclaimer : Masashi Kishimoto & Ichie Ishibumi
This Fict : Kiryuu Asuka
Main Cast : Rias Gremory, Naruto Uzumaki (Namikaze)
Genre : School Life, Slice of Life, Hurt/Comfort, Romance and Family
Tags : Age Gap, Broken Engagement, Female Protagonist, Modern Day, OOC, Regret, Slight Mainstream (?), Slow Burn
Summary :
Kau memanen apa yang kau tanam. Mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan diriku. Aku menyakitinya dan dia meninggalkanku. Aku mencoba untuk meraih cintanya lagi tapi dia menolakku. Aku menolak untuk menyerah sebagai penebusan kesalahanku. Aku benar-benar mencintainya, karena itulah aku akan terus berjuang untuk mendapatkan cintanya lagi. Aku hanya tidak ingin menyesal tanpa melakukan apa-apa.
.
.
.
Salam kenal untuk para reader dan author senior yang membaca cerita dari author pemula seperti saya. Saya sudah lama menjadi silent reader dan akhir-akhir ini tertarik untuk coba-coba membuat fanfic sendiri. Saya tahu fict saya masih sangat berantakan untuk selera kalian, jadi saya akan sangat menghargainya jika kalian bersedia memberikan komentar dan memberikan masukan tentang bagian mana yang harus di perbaiki, atau bisa juga memberi saran tentang kemana fict ini akan berjalan. Soalnya saya masih belum memikirkannya terlalu jauh, palingan cuma sampai chapter 3 yang sudah ada di kepala saya.
Sekali lagi salam kenal dan mohon kerja samanya. Sekian dari saya, salah khilaf mohon maaf. Mohon read and reviewnya. Wassalam.
