Sehun dan Jongin diseret ke ruang BK. Sebabnya pertengkaran sepele yang melibatkan adu jotos di kelas. Si guru BK sudah geram karena dua siswa ini sudah jadi langganan. Sebulan sekali jadi dua hari sekali dan rutin seperti minum obat untuk cepat sembuh.
"Rebutan perempuan?!" tanya guru BK dengan kepala plontosnya, suaranya menahan teriak tapi malah terdengar seperti tercekik.
"Bukan." Jongin angkat bicara setelah sepuluh detik diam. Dia melirik Sehun yang tidak minat duduk di kursi ini lagi.
"Lalu apa?! Mau kuadukan kepala sekolah lalu kalian dikeluarkan dari sini?!" Jongin tersenyum miring, terlihat menyebalkan dan guru BK yang menangani mereka hari ini harus menelan bulat-bulat rasa gondok.
"Coba saja kalau bisa," kata Jongin lalu dia bangkit dari duduknya. Mencekal lengan Sehun untuk ikut dengannya. Sehun berdiri, mengikuti langkahnya.
Ancaman guru BK cuma jadi angin lalu saja bagi mereka. Tidak ada rasa takut karena mereka sudah kelas tiga yang akan lulus tahun ini. Mau dikeluarkanpun akan percuma karena nama mereka sudah terdaftar untuk ikut ujian nasional.
"Jangan cari masalah lagi, Jong." Sehun duduk di bangku yang ada di atap sekolah sedangkan Jongin sedang merokok.
"Kau yang buat aku begini," kata Jongin. Matanya mengerling ke Sehun yang tidak terlalu peduli.
"Aku diam'pun akan jadi masalah bagimu, ya'kan?" Sehun mendesah berat dan dia dapat lemparan bungkus rokok serta pematiknya.
"Semua yang ada di dirimu adalah masalah bagiku." Jongin mengangkat singkat kedua alisnya. Dia menghisap dalam rokoknya dan membuang putungnya untuk diinjak.
"Coba kau terima, aku tidak akan jadi begini." cicit Jongin kecil tapi sepertinya Sehun dengar cicitannya.
"Kau tahu aku menolak karena apa."
Sehun membuka bungkus rokok Jongin lalu menyalakan pematiknya. Menghisap dalam dan menghembuskan asapnya perlahan, masuk ke hidung lalu kembali berhembus lewat mulut. Menyelip di antara gigi putihnya yang tidak pernah kuning walaupun sudah sering merokok.
"Kita itu bukan Romeo dan Juliet, Jong. Kalaupun iya kita malah lebih mirip Tom and Jerry. Kadang saling mengejar kadang saling kerja sama." Sehun memulai dengan kasual. Dia hisap lagi rokoknya dan asapnya keluar lewat hidungnya. Jongin pernah mencoba trik ini tapi hidungnya terasa panas dan terbakar. "Kau harusnya sadar di mana posisimu sekarang atau merubah sikaplah." tambahnya dengan tenang.
Dan Jongin langsung berlari padanya, menyerangnya dengan satu bogeman mentah di wajah tapi dia juga yang mulai melumat bibirnya. Rokok Sehun jatuh, mengenai celana panjang yang dipakai Jongin dan menimbulkan lingkaran kecil di sana. Lumatan Jongin kasar dan menuntut. Dia lebih mirip algojo yang penuh nafsu. Fakta bahwa Jongin mencintainya juga hari-hari dengan tonjokan atau bogeman berkelebat dalam kepalanya. Terputar bagai kaset rusak. Mereka ini bukan apa-apa selain teman yang saling menyakiti juga merusak.
Jongin berhenti dengan nafas tersenggal. Dia ngos-ngosan seperti selesai lari maraton. Belum selesai mengatur napaspun dia ditarik oleh Sehun dan mereka kembali bertautan.
"Menguntungkan sekali bisa jadi temanmu." Jongin tertawa setelah mengucapkan kalimatnya di depan wajah Sehun. "Kalaupun kau tidak ada aku cuma jadi meja yang cuma punya kaki tiga." tambah Jongin. Dia memeluk Sehun di pinggang.
"Aku hanya jadi sebatang kayu jika tidak ada kau." Sehun tertawa. Hidung mereka bergesekan lalu kembali tertawa karena geli. Dahi mereka sama-sama menempel, tenggelam dalam tatapan masing-masing.
End.
Terinspirasi dari cerpen Buddha Bar karya Dee Lestari =))
ps;aku tau ini rada gjelas:v
ps2;tolong ampuni aku karena tidak jelas
ps3;tidak kutentukan siapa uke siapa seme bisa jadi hunkai atau kaihun atau sekai terserah kalian=))
ps4;Terimakasih sudah baca dan meninggalkan review=))
