:.:K o h o k u H i g h S c h o o l:.:

.

.

.

.

.

D I S C L A I M E R

Kohoku High School © Dijah-hime

NARUTO © Masashi Kishimoto

Warning: AU

.

.

.

.

.

Hari ini tepat minggu ke tiga aku memasuki sekolah ini. Sampai saat ini aku belum menemui kesulitan yang berarti perihal pelajaran, tapi ada hal yang selalu dan aku akan terus merasa agak malas jika berurusan dengan yang satu ini. Setiap tahun saat kenaikan kelas apalagi saat masuk ke SMA baruku ini. Para murid perempuan itu pasti selalu menyerbu untuk menyatakan perasaan padaku, mencoba mencari perhatianku, dan hal—yang menurutku sangat mengganggu lainnya. Ah, sesulit itukah menampik pesona seorang Uchiha Sasuke? Mau apalagi, aku tidak mungkin menyalahkan diriku sendiri kan.

Tanganku masih sibuk menekan keypad ponsel. Tombol hijaunya berpendar. Terdengar nada panggilan yang panjang, tetap tak diangkat rupanya. Kami-sama, kumohon jaga dia. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, maaf.

Gomenasai, Hime-chan...

"Mau sampai kapan duduk di situ, hei? Aku sudah selesai. Ayo pulang!"

Dengan gerakan cepat kumasukkan ponselku dalam saku celana. Tanpa melirik orang yang bicara padaku, aku menyandang ransel hitamku dan turun dari meja. Berjalan cepat menuju pintu kelas.

"Hei, Sasuke! Tunggu!"

Aku memperlambat langkahku sebelum dia meneriakiku dengan kalimat-kalimat tak penting lainnya. Aku tidak suka, dia itu berisik sekali. Entah kenapa aku masih tahan berteman dengan Naruto, orang yang bisa dibilang sifatnya teramat sangat berbanding terbalik denganku ini.

"Terima kasih ya, sudah menemaniku piket. Haha..."

"Hn."

"Ada perkembangan dengan dia, bagaimana?"

Pertanyaan Naruto itu sontak membuatku berhenti melangkah dan mengalihkan pandanganku ke arahnya sambil tersenyum kecut,

"Belum."

Raut wajahnya berubah kecewa, tapi dengan cepat kembali memasang seringai sumringahnya ke arahku. Tangan kanannya menepuk bahuku,

"Pokoknya Kau tidak boleh menyerah, ya! Harus tetap semangat! Pasti... Aku yakin Dia tidak melupakanmu."

Aku tersenyum tipis mendengar ucapannya itu,

"Terima kasih... Naruto."

'karena terus menyemangatiku'

Ya, mungkin ini salah satu alasan kenapa aku masih bertahan di sisi bocah ini.

:.:Kohoku High School:.:

Bel tanda istirahat usai telah berhenti berdentang sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi entah kenapa aku merasa malas untuk bangkit dari posisi tiduranku sekarang. Seperti ada sesuatu yang menahanku di atap gedubg sekolah ini untuk tetap memandang langit, membiarkan rambut ravenku bebas terbawa tiupan angin. Aku masih menatap langit dengan pandangan kosongku sebelum ada suara aneh yang mengusik gendang telingaku. Semakin kutajamkan pendengaranku, dan sekarang lebih terdengar seperti pagar pembatas atap yang dipukul.

Aku perlahan bangkit dari posisi tidurku, berjalan sedikit mengendap ke sumber berisik itu. Seorang gadis. Memukul pagar pembatas atap berulang-kali dengan kepalan tangannya yang mungil. Aku masih bergeming menatapnya, kulihat kepalan tangannya sudah memerah bahkan kulitnya pun sudah tergores dan mengalirkan sedikit cairan merah kental.

Merasa terusik dengan keberadaanku mungkin, gadis berambut pink tua sepunggung itu menghentikan pukulannya dan beralih menatapku.

Kau tahu, bukannya aku sombong atau apa, tapi biasanya... salah, maksudku selalu. Setiap kali ada gadis yang berhadapan denganku, apalagi saat bertatapan dengan kedua onyx-ku secara langsung. Gadis-gadis itu pasti akan langsung menunduk dengan wajah memerah, mendadak gugup, dan yang paling menyebalkan adalah berteriak histeris lalu pingsan. Aku pernah mengalaminya, hei! Selalu.

Tapi gadis di depanku sekarang ini malah menatapku tajam, auranya terasa tidak asing bagiku. Entah kenapa dibalik tatapannya yang penuh kebencian menatapku itu tersembunyi satu hal yang dulu juga pernah kurasakan. Sepi... dia kesepian. Satu hal yang terlintas di pikiranku saat ini adalah

'Aku ingin berteman dengannya'

Sial, sebenarnya kenapa aku ini.

"Sampai kapan Kau mau menatapku, heh!" teriakannya menyadarkanku yang sejak tadi terdiam.

Aku... terdiam lama menatap seorang gadis. Uchiha, sebenarnya kau kenapa?

"Ah, maaf—"

Lihat, bahkan sekarang aku meminta maaf padanya. Ke mana ego-mu yang selangit hei, Uchiha? Aargh!

"Dasar aneh!"

Gadis itu berjalan melewatiku menuju pintu beranjak turun dari atap, tapi lagi-lagi aku melakukan hal bodoh lainnya. Aku menarik lengannya, sukses membuat pandangan menyeramkannya terarah padaku lagi. Aku hanya bisa menelan ludah melihatnya.

"Apa yang Kau—"

"Tanganmu..."

Dia agak melunakkan pandangannya, aku tersenyum lega—

"APA URUSANMU, HAH?"

Aku melepas tarikanku di lengannya dan langsung mengarahkannya ke atas untuk menyelamatkan kedua telingaku dari lengkingan suaranya. Aku menyipitkan pandanganku. Dan saat membuka kedua mataku lagi, gadis itu menghilang.

:.:Kohoku High School:.:

Sudah terlanjur telat untuk memasuki kelas Asuma-sensei. Sebaiknya aku tidur di UKS saja.

Saat membuka pintu geser UKS, aku bersyukur sedang tidak ada petugas yang berjaga. Jadi aku bisa bebas membolos hari ini. Sesekali menghilangkan imej siswa teladan ternyata tidak buruk juga. Tapi mataku langsung membulat kaget begitu melihat seseorang yang sedang berbaring tidur di salah satu tempat tidur di sana. Tanpa sadar aku tersenyum tipis.

Ah, kita bertemu lagi rupanya.

Aku berjalan mendekati ranjang tempanya tidur sekarang, mataku tiba-tiba terpusat ke kedua tangannya yang dikepalnya erat. Nampak lukanya yang ditutup plester berlapis-lapis yang dilekatkan sembarangan.

Apa dia tidak bisa mengobati lukanya dengan benar?

Aku langsung mengambil kotak P3K di lemari dekat rak besar yang ada di UKS, menggeser satu kursi ke samping ranjang gadis itu. Dan sekarang tebak apa yang aku lakukan?

Aku mengobati luka-luka di tangannya!

Sebenarnya apa yang aku lakukan? Aku sendiri bingung. Hn...

Sebisa mungkin aku melakukannya dengan sangat perlahan, aku tidak mau dia tiba-tiba bangun dan meneriakiku lagi. Itu merepotkan. Aku agak kaget begitu dia berjengit sedikit saat aku membersihkan lukanya dengan alkohol. Untungnya dia tidak terbangun.

Selesai. Tanpa sadar aku tersenyum melihat hasil kerjaku mengobati lukanya.

"Oh, aku ketiduran lagi. Aargh!" Gadis itu menggeliatkan badannya sedikit dan mendudukkan tubuhnya, tatapannya berubah mengerikan begitu melihatku yang tepat duduk di sebelah tempat tidurnya.

"Apa yang Kau lakukan di sini, hah?"

"A-aku, hanya ingin... minggir! Aku ingin istirahat."

Aku mendorong tubuhnya terus ke pinggir tempat tidur sampai dia melompat turun dan sepertinya mengambil ancang-ancang untuk meneriakiku lagi, aku yang sudah membaringkan tubuhku di tempat tidur sekarang langsung menutup rapat mataku.

Aku menaikkan sebelah alisku begitu tak mendapati teriakan gadis itu, kubuka sebelah mataku untuk melihat apa yang dia lakukan. Gadis itu mengangkat kedua tangannya, memerhatikannya yang sudah terbalut rapi karena 'ulahku'. Aku menangkap raut kaget dari wajahnya, saat dia menatapku— aku yang masih melihat dengan satu mataku hanya memamerkan seringaianku. Kedua tanganku terlipat di depan dada,

BUGH

"Aakh! Hei, apa yang Kau lakukan?"

Aku spontan bangkit dari posisi berbaringku dan mulai mengelus kaki kananku yang dengan tanpa perasaan dipukulnya tepat di tulang keringku. Bisa kau bayangkan rasa sakitnya?

"Seharusnya Aku yang bertanya seperti itu! Dan kenapa Kau mengikutiku, orang aneh!"

"Begini caramu berterima kasih, hah?" balasku tajam.

Dia menggeram kesal menatapku, dengan cepat dia berbalik dan melangkah keluar ruangan. Mulutku terbuka bersiap memanggilnya, tapi dengan cepat kukatupkan rahangku dengan kuat. Hampir saja aku memanggilnya, memangnya apa yang ingin kulakukan sih?

Menahannya agar tetap di sini?

Untuk apa?

Karena aku ingin mengenalnya, menjadikannya teman.

Aaaargh! Sebenarnya aku ini kenapa?

:.:Kohoku High School:.:

Bel pulang sekolah sudah berdentang keras sejak sepuluh menit yang lalu, tapi kami (baca: aku, Naruto, Kiba, dan Shikamaru) masih berjalan lambat sambil sibuk membahas taktik serangan yang akan kami lakukan, karena sore ini tim basket kami akan latih tanding dengan tim basket dari Aoi High School—sekolahnya berdekatan dengan sekolah kami, hanya berjarak beberapa ratus meter. Walapun masih kelas satu, kami sudah berhasil masuk ke tim inti. Dengan perjuangan yang tak gampang tentunya.

Aku masih memasang telingaku mendengarkan taktik yang sedang direncanakan Shikamaru—walau malas aku mengakuinya, tapi anak ini lumayan... pintar dalam hal tersebut. Oke, dalam bidang akademis juga. Aku kesal berat saat tahu dia dua kali merebut nilai terbaik dari empat kali ujian yang sudah dilaksanakan di kelas kami. Dua ujian sisanya? Tentu saja itu aku!—tapi saat aku mengedarkan pandangan ke bawah melalui jendela di sepanjang koridor, aku mendapati gadis dengan rambut pink tua sedang bergegas menuju belakang sekolah. Di belakangnya kulihat ada sekelompok anak laki-laki yang mengikutinya. Perasaanku tak enak. Tanpa sadar aku berhenti melangkah dan bergeming di sisi jendela.

"Oi, Sasuke!"

"Hn, ada apa?" aku berbalik menghadap Naruto yang sekarang sudah ada di sebelahku.

"Seharusnya Aku yang bertanya seperti itu. Kau tiba-tiba berhenti jalan dan hei, kau sebenarnya sedang melihat apa?"

Naruto mulai sibuk memperhatikan ke bawah jendela tapi sepertinya tidak mendapatkan pemandangan yang menarik. Dia dan juga teman-temanku yang lain buru-buru mengikutiku yang tiba-tiba saja melesat turun dengan sangat cepat.

"Sebaiknya jalan atau naik bus?" Kiba membuka suara begitu kami sudah sampai di gerbang sekolah.

"Bus saja, sepertinya kita sudah terlambat," jawaban Shikamaru mewakili kami yang hanya mengangguk.

Sesampainya di halte setelah semua teman-temanku masuk ke dalam bus, kakiku masih bertahan di pijakanku. Pak supir bus itu sepertinya mulai bosan menungguku naik,

"Hei, aku lupa ketinggalan sesuatu! Nanti aku menyusul!"

Setelah berkata itu aku langsung berbalik lari ke sekolah. Aku mulai membuang pikiran-pikiran aneh tentang gadis tadi dan sekelompok laki-laki bersamanya. Saat sudah sampai di sekolah aku masih saja berlari, dengan cepat melintasi aula. Sedikit lagi, aku sampai ke belakang sekolah. Aku agak kaget begitu mendengar suara berupa pukulan yang lumayan keras di dinding. Mereka berkelahi, sudah kuduga.

Kuharap... dia... baik—

Wow...

"Kau gadis yang mengerikan. Ah, syukurlah kau tak apa,"

Pemandangan ini benar-benar mengagetkanku. Bagaimana tidak? Dalam bayanganku seharusnya sekarang gadis itu sudah dalam keadaan sekarat atau paling tidak tubuh penuh luka dan susah bergerak. Tapi yang terjadi malah kebalikannya, sekelompok laki-laki—yang ukuran tubuhnya lebih besar daripada gadis itu yang memang agak mungil—itu sekarang malah bergelimpangan tak berdaya di sana-sini.

Gadis itu menjatuhkan pemukul besi yang ada di tangannya, berbalik menatapku. Sangat... menyeramkan. Tapi kucoba untuk tetap melawan tatapannya itu. Apa dia tidak menyadari ya, kalau aku hanya ingin jadi temannya? Aku melangkah mantap mendekatinya, menarik pergelangan tangannya dengan perlahan menuntunnya hingga UKS. Aku semakin mengeratkan genggamanku dan berusaha bersikap se-tidak peduli yang kubisa begitu gadis itu mulai meronta berusaha melepaskan genggamanku.

"Hei, bocah aneh! Lepaskan aku!"

"Jangan sok perhatian denganku, tuli!"

"Hei, kau!"

Saat sudah di dalam UKS aku langsung mengambil kotak obat di meja petugas dan mendudukkan gadis itu ke ranjang di sebelahnya. Aku bersiap mengobati kedua tangannya yang terluka parah sepertinya akibat perkelahian tadi. Perban yang sudah kubalut susah-payah tadi jadi kelihatan tak berguna.

Aku bingung melihat dia yang sekarang sedang menutup mata, seperti menahan sakit karena aku mengoleskan alkohol ke kulitnya yang sobek. Dia sepertinya berusaha untuk tidak mengeluh sakit sedikit pun. Tidak ada salahnya kan? Apa dia malu?

Sengaja kutekan agak kuat kapas yang kugunakan untuk mengoles alkohol ke telapak tangannya.

.

.

.

Masih belum ada reaksi, matanya masih menutup. Eh, sepertinya tadi mulutnya terbuka sedikit.

Kutekan lebih keras lagi kapasnya dan

BUGH

Dia memukul kepalaku! Sial!

:.:Kohoku High School:.:

"Aku Uchiha Sasuke," tanganku terulur ke hadapannya. Gadis itu menatapku datar, pandangannya masih saja tetap asing dan seolah menolak kehadiranku. Seakan dia tidak mau ada seorang pun yang masuk ke dalam dunianya. Dia lebih senang sendiri. Kupikir pukulannya yang tadi sukses besar membuat kepalaku kehilangan sebagian akal sehatnya!

Gadis itu turun dari ranjang, mulai melangkah menuju pintu keluar. Sebelum dia benar-benar menghilang, dia berbalik,

"Akasuna Tayuya. Dan Kau, enyahlah dari hadapanku."

BLAM

"Sama-sama."

Hebat! Dua kali aku menolongnya dan bahkan tak satu ucapan terima kasih pun keluar dari mulutnya. Oke, bukannya aku pamrih atau apa. Paling tidak itu salah satu bentuk sopan santun kita dalam bersikap kan? Grrr... anak itu, dia—

Drrrt... drrrrt... drrrrrrt...

"Hn?"

"Sasuke, skor kita ketinggalan jauh. Pelatih marah besar! Ditambah kau tidak datang, dia mengharapkanmu, tahu!"

"Apa? Oke, aku ke sana. "

Kenapa aku bisa lupa tentang pertandingannya? Hari ini jadi tambah rumit saja!

:.:Kohoku High School:.:

Kohoku High School

Keesokannya

Jam Istirahat

Di sini aku sekarang, atap sekolah. Masih terduduk di dinding batu pembatas yang tidak berkawat. Aku menarik napas dalam-dalam dan menutup mataku, membiarkan angin membuat rambut emo-ku terbang berantakan. Saat kedua mataku terbuka, tangan kiriku langsung mengambil ponsel dari saku celanaku. Setelah membukanya, aku langsung mengetikkan beberapa baris kalimat di sebuah kotak putih kosong yang keluar begitu aku mengklik bacaan "compose e-mail".

"Your e-mail's success sent!"

Sudah. Kuharap kau membalas yang satu ini. Paling tidak, semoga kau mau membacanya...

Drrrrt... drrrrt...

Eh, ada pesan masuk. Mungkinkah?

Aku langsung tersenyum kecut begitu tahu itu hanya pesan tak penting dari Naruto,

"From: Naruto-baka

Kau dmana? Hei, kami mncemaskanmu..."

Aku langsung mengetikkan balasan untuknya,

"To: Naruto-baka

Bkn urusanmu. Aku oke."

Setelah terkirim aku langsung memasukkan ponselku kembali ke saku. Mereka semua terlalu berlebihan. Walau aku keluar dari tim, hal itu tidak akan membuatku mati. Yah, walau agak sedih memang. Tapi kurasa itu bukan masalah penting. Aku bisa mencoba lagi tahun depan.

TAP

Tanganku reflek menangkap sebuah benda yang tiba-tiba terlempar ke hadapanku.

Sekaleng teh.

"Tayuya."

Dia makin mendekat ke arahku,

"Aku dengar kau dikeluarkan,"

Tanganku mulai membuka penutup kaleng yang ada dalam genggamanku sampai menimbulkan bunyi yang cukup kuat,

"Jadi, kenapa?" aku mulai meneguk tehku—yang dibelikan Tayuya, aku tahu.

Kulihat Tayuya mulai mengalihkan pandangannya berusaha tidak melihatku, kupikir aku baru saja melihat seraut rasa bersalahnya.

"Sudah kubilang, seharusnya kau tidak usah pedulikan aku!"

Aku tersenyum tipis, dia mulai meneriakiku lagi,

"Aku tidak peduli. Sisi positifnya aku bisa mendapatkan teman baru," lagi... aku menjulurkan tanganku ke hadapannya.

Tayuya diam, tapi perlahan tangannya terangkat dan balas menggenggam tanganku. Aku senang sekarang, benar-benar senang. Aku menariknya duduk tepat di sebelahku,

"Lagipula aku bisa mencoba tahun depan untuk masuk tim lagi. Jadi jangan terlalu mengkhawatirkanku, gadis pemarah."

"Aku bukan gadis pemarah, Uchiha!"

DUAGH

"Kenapa Kau suka sekali memukul kepalaku sih, ha?" Aku langsung balas menarik rambutnya yang terurai panjang.

"Akh! Karena Kau itu menyebalkan, aneh!"

BUGH

"Aduh! Kau lebih menyebalkan, gadis pemarah!" Aku langsung menarik rambutnya dengan memakai kedua tanganku (baca: menjambak rambutnya sekuat tenaga).

"Hei, kau! Awas, kau Uchiha!"

"Coba saja, pemarah!

"Rasakan ini!"

"Cewek lemah!"

"Uchiha bodoh!"

"Hei, sepatuku!"

"Kau yang mulai, bocah aneh!"

Ya, begitulah awal pertemanan kami yang manis. Diwarnai dengan serangkaian pukulan, tendangan, dan sedikit tarikan rambut. Hal itu berlangsung sampai bel masuk berbunyi. Dan aku tidak terlalu terkejut melihat tampang teman-temanku yang melongo sempurna begitu aku masuk ke kelas memakai seragam yang agak berantakan dengan wajah tampanku yang terhias lebam dan sedikit cakaran di pipi.

"Kau berkelahi dengan preman mana, Sasuke? Hahaha..."

Wajahku membentuk seringai kecil,

"Seorang teman baru."

:.:Kohoku High School:.:

Ada yang familiar dengan nama sekolah ini?

Bagi yang pernah baca Me and My OTAKU Girl pasti tau deh...

Is this secuel?

Hmm... bisa dibilang begitu, chapter 1 ini dimulai dengan Sasuke yang masih kelas satu SMA, fiksi ini lebih dominan ke friendship Sasuke dan teman-temannya sebelum Sakura kembali ke Tokyo. Oke, see ya at the next chap :)