Wedding Ring

.

Chapter 1

.


Baekhyun, Chanyeol, Kai, EXO.

.

ChanBaek

.

Genderswitch, OOC, Typo(s)


Mengenakannya adalah bukti cinta tanpa akhir dan sebuah komitmen. Berbentuk bulat, tanpa awal, tanpa akhir, menggambarkan kehidupan yang terus berputar seperti roda, ada kelahiran, kematian, kebahagiaan dan kesedihan. Saling menerima kekurangan dan melengkapi kesempurnaan..

.

.

.

"Yeoboseyo, Baekhyunnie?"

"Oppa, bisakah kita bertemu di taman sekarang?"

"Jangan pergi sebelum aku datang, mengerti?"

"Ya."

Chanyeol membawa mobilnya seperti orang kerasukan, sudah hampir pergi sedari tadi sebelum Krystalㅡasisten pribadinyaㅡmengingatkan tentang rencana makan malam dengan relasi bisnis mereka, ia tidak dapat menolak kali ini, jabatan tertinggi di perusahaan mendiang orang tuanya mengharuskan Chanyeol selalu menjalin hubungan baik dengan para relasinya.

Chanyeol tahu ia sudah sangat terlambat untuk datang ketempat yang mereka janjikan, juga kenyataan kekasihnya itu tidak suka menunggu, bahkan Baekhyun pernah dua kali meninggalkan kencan mereka karena Chanyeol datang terlambat. Chanyeol menginjak rem mobilnya mendadak melihat sosok gadis mungil berambut hitam panjang memakai sweater berwarna soft pink dengan celana jins hitam disisi jembatan yang ia lewati.

"BAEKHYUN-AH, HAJIMA!" teriak Chanyeol melihat tubuh gadis itu semakin menepih kearah pembatas jembatan yang dibawahnya terdapat sebuah sungai dengan arus deras.

Brukk!

Mereka jatuh terduduk setelah Chanyeol menarik Baekhyun kesamping jalan, memeluknya erat. "Aku tahu kau ada masalah tapi bunuh diri bukan jalan untuk keluar." rancau Chanyeol.

"A-apa?ㅡYA! LEPASKAN AKU, BODOH!" berusaha keluar dari pelukan erat Chanyeol, Baekhyun kesal, perbuatan Chanyeol membuat pantatnya terasa sakit karena bersentuhan langsung dengan aspal jalan.

"Tidak. Kau berniat loncat ke sungai itu bukan jika aku melepaskan pelukanku?" tuduh Chanyeol.

"Hah?!"

"Sudah tidak apa-apa, jangan pikirkan apapun. Ada aku yang akan melindungimu." Baekhyun semakin melongo mendengar ucapan ngawur mulut kekasihnya.

"Oppa.." panggil Baekhyun lirihㅡmelunak.

"Ya."

"Kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun khawatir, sempat terpikir ada yang salah dengan otak Chanyeol atau mungkin efek jatuh barusan? Ehㅡtapi yang terbentur aspal itu bagian pantat? Bukan kepala! Ah, entahlah..

"Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu, sayang. Kau baik-baik saja?ㅡjangan meloncat kesungai itu, eum?" sejak awal Baekhyun sudah kesal pada Chanyeol, emosinya makin memuncak melihat perilaku tak jelas pemuda itu, mendorong tubuh Chanyeol hingga pelukan mereka terlepas, Baekhyun berdiri menepuk sebentar celananya yang kotor, menatap tajam Chanyeol disana.

"KAU!ㅡ" telunjuk lentik gadis itu menunjuk tepat pada wajah Chanyeol. "AKU SUDAH DUA JAM LEBIH MENUNGGUMU, BODOH!"

Chanyeol segera berdiri dengan raut kebingungan. "Bukankan kau mengatakan kita bertemu di tamㅡ"

"YA, KAU BENAR!" selanya. "JIKA SAJA PONSELKU TIDAK KEHABISAN BATERAI DAN JIKA SAJA TAK ADA BERANDAL SIALAN YANG MEMBAWA LARI TAS BERSERTA DOMPETKU, AKU MUNGKIN SUDAH BERADA DI TAMAN SEKARANG DAN TAK PERLU BERJALAN KAKI SEJAUH INI! AKU LELAH, LAPAR, JUGA HAMPIR MENANGIS. SEKARANG KAU BERPIKIR AKU BERNIAT BUNUH DIRIㅡ" Baekhyun mengatur nafasnya sejenak. "ATAS DASAR APA KAU BISA BERPIKIR SEPERTI ITU, HAH? KAUㅡ" tangan mungil gadis itu mengepal, terayun kuat memukul dada bidang kekasihnya, membuat sang korban meringis sakit. "DASAR BODOH, BODOH, BODOOHH hiks.."

Greb~

Chanyeol menangkap tangan Baekhyun, beralih memeluk tubuh mungil itu. "Hiksㅡhiks.."

"Tidak apa-apa, menangislah.."

"A-aku hiksㅡlelah sekali.."


~o0o~


"Jadi kau benar-benar dirampok?" mata besar Chanyeol membulat sempurna.

Baekhyun mengangguk, memasukkan gulungan besar kimbab kedalam mulut, menguyahnya cepatㅡkelihatan lapar sekali. "Mereka tidak melukaimu 'kan?" tanyanya khawatir.

"Tidak, oppa. Mereka hanya anak brandal yang menginginkan uangku. Kau lihat, mereka sama sekali tak menyentuhku." jelas Baekhyun berniat mengambil gulungan kimbab kedua ketika tangan Chanyeol mulai berulah menarik makanan itu menjauh.

"YA! Aku lapar. Berikan piringnya!"

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aish, kau ini! Biarkan aku makan dengan tenang dulu." Baekhyun mendengus kesal.

Chanyeol menggeleng pelan melihat kelakuan gadis itu, menyodorkan kembali makanannya. "Segera habiskan. Aku akan mengantarmu pulang setelah ini."

Baekhyun membanting tubuhnya kebelakang sofa panjang apartemen Chanyeol, meniup poni yang sudah mulai memanjang hampir menutupi matanya. "Aku tidak mau."

"Baekㅡ"

"Aku ingin keluar dari rumah itu." selanya.

"Perjodohan lagi?" tebak Chanyeol. "ㅡkali ini siapa?"

"Lelaki bermarga Wu. Kurasa kali ini serius."

"Kau tahu, aku tidak akan membiarkan itu terjadi." kilat cemburu terlihat jelas dimata Chanyeol. "ㅡtidak akan ada yang bisa merebut kekasihku."

"Oh, katakan itu pada seseorang yang kerap mengataiku bocah ingusan."

Senyum Chanyeol mengembang. "Kau cantik." pujinya, senyum Baekhyun hampir ikut mengembang sebelumㅡ "Meski hanya bocah ingusan." dan itu segera lenyap.

"Ya! Kau mulai lagi." gerutu Baekhyun. "Jika aku hanya bocah ingusan berarti kau seorang pedofil."

"Tskㅡaku belum tua." Baekhyun terkekeh melihat raut kesal Chanyeol. "Aku akan datang menemui ibumu untuk melamarmu."

"Uhukㅡ"

"Ya!" Chanyeol segera menyodorkan gelas air sementara Baekhyun meneguknya dengan rakus, mendorong kimbab yang menyumbat tenggorokannya.

"Oppa, kalau becanda jangan keterlaluan." kesalnya.

"Aku serius."

"Tapiㅡ" gadis itu mengigit bibir bawahnya resah. "Aku bahkan belum lulus."

Chanyeol yang menyadari raut panik kekasihnya beralih memeluk pundak sempit gadis itu, membuatnya bersandar nyaman pada dada bidangnya. "Tentu saja calon istriku ini harus menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu sebelum menikah." bisiknya. "Aku sangat mencintaimu dan selalu merindukanmu berada didekatkuㅡitu sebabnya kau harus menjadi asisten pribadiku suatu hari nanti."

Raut wajah Baekhyun berubah sebal. "Lalu bagaimana dengan Krystal Jung? Asistanmu yang genit itu? Kau menyukainya 'kan?ㅡkau selalu bermain mata dengannya." sangat sensitif mendengar kata 'asisten pribadi' teringat pada gadis genit berambut panjang sedikit bergelombang di kantor kekasihnya, ia cemburu.

"Aish, kami tidak memiliki hubungan lain diluar pekerjaan."

"Dia cantik." komentar Baekhyun.

"Kau jauh lebih cantik." balas Chanyeol.

"Dia pintar."

"Kau akan lebih pintar darinya beberapa tahun kedepan."

"Dia genit."

"Aku tidak akan pernah tertarik karena kau jauh lebih menggoda."

"APA YANG KAU BICARAKAN?" teriak Baekhyun kesal karena ucapan Chanyeol tampak seperti lelaki mesum.

Chanyeol mengusap telinganya yang berdengung. "Aigo~ kau gemar sekali berteriak. Aku bisa tuli."

"Sudah sepantasnya, kau memang sudah tua 'kan?" ejek Baekhyun.

"Mana ada?ㅡaku baru dua puluh empat tahun bulan kemarin." balasnya tak terima sementara Baekhyun tertawa puas berhasil mengerjainya. "Dengar." pintanya. "ㅡmeski bukan hari ini, aku tetap akan mengantarmu pulang."

"Yeol!" Baekhyun protes.

"Baek!" delikan mata besar Chanyeol membuat Baekhyun memutar bola matanya malas, mengerti apa yang lelaki itu inginkan.

"Chan. Yeol. Op. Pa. Puas?"ㅡlelaki itu akan kesal ketika Baekhyun mulai memanggil namanya tanpa embel-embel 'oppa'.

"Ulangi lagi! Aku tidak dengar."

"Aish, kau benar-benar sudah tua dan tuli rupaㅡKYAAAA.." Chanyeol mendorong tubuh mungil itu hingga terjatuh diatas sofa, mengunci pergerakan Baekhyun disana.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" ronta Baekhyun.

"Menghukum kekasihku." bisik Chanyeol. "ㅡsebutkan namaku dengan benar baru kulepaskan."

Baekhyun mendengus kesal, menutupi rasa gugupnya. "Park Chanyeol."

CUP~

Baekhyun terbelalak mendapat kecupan singkat itu.

"Salah!"

"Tapi itu memang namamu." protesnya hampir merengek.

"Jangan protes!"

"EumㅡYeolli?"

CUP~

Chanyeol melakukannya lagi. "Masih salahㅡkau sengaja ya?

"Apa?!"

"Melakukan kesalahan berulang kali agar aku terus mengecup bibirmu. Kau menyukai bibirku 'kan?" tuduh Chanyeol.

"Aish, fitnah macam apa itu?" desis Baekhyun mempoutkan bibirnya kesal, sangat gugup berdekatan dalam posisi seintim ini.

"Sebutkan dengan benar, Baek!" desak Chanyeol.

"YeolㅡAh, Ch-chanyeollie op-oppa." ucap Baekhyun mulai merasa sesak, terhimpit tubuh tinggi Chanyeol.

Chanyeol menyeringai. "Itu baru benar."

CUP~

Kecupan ringan berlanjut dengan lumatan bibir tebal Chanyeol, Baekhyun mendorong bahu pemuda itu hingga tautan mereka terlepas. "Kau curang. Kau bilang akan melepaskanku jika jawabannya benar." protes Baekhyun sekali lagi.

"Ini hadiah karena jawabanmu sudah benar."

"MWOYA?!" Baekhyun melotot tak percaya, menatap Chanyeol horor. "Aku tidak maㅡKYAAAAA.. Lepashhh! Hmmppt..."


~Wedding Ring~


"Selamat ulang tahun, Jonginie."

Tawa ringan terdengar disana. "Terima kasih."

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Eumㅡaku baru bangun tidur." jawabnya serak.

Chanyeol mendengus. "Kurangi hobi begadangmu."

"Aku mengerti."

"Seharusnya kau lebih memperhatikan kesehaㅡ"

"Yeol." sela Kai. "Apa kau masih berniat menyuruhku kembali ke korea?"

"Tentu."

Kai mengerang tak suka. "Aku memiliki kekasih disini, bisakah aku membawanya serta?ㅡaku tidak bisa meninggalkannya."

"Tidak. Aku tahu kau hanya bermain-main dengan mereka."

"Aku tidak."

"Aku yakin itu lebih dari satu gadis. Tebakanku benar?"

"Setidaknya aku tidak akan membuat mereka semua hamil."

"Astaga, Park Jongin!" Chanyeol memijat pangkal hidungnya. "Berhenti menjadi liar!ㅡaku akan meminta paman Kim menjemputmu dua hari kedepan."

"Kemarin kau bilang minggu depan. Ini tidak adil!" protes Kai.

"Aku tidak peduli. Segera berkemas!" pesan Chanyeol sebelum memutuskan sambungan mereka.


~o0o~


"Selesai." Baekhyun menepuk tangannya dengan senyum merekah, gembok berwarna merah itu terpasang sempurna di pagar Namsan Tower. "Cinta kita akan abadi 'kan?"ㅡtangan gadis itu melingkari perut Chanyeol disampingnya.

"Semoga." balas Chanyeol terkekeh, mengacak gemas rambut panjang kekasihnya. "Ayo kita pulang. Ini sudah hampir sore."

Baekhyun mengangguk. "Tapi aku lapar. Kita pergi makan dulu, ya?" pintanya.

"Baiklahㅡsetelah ini aku akan mengantarmu pulang kerumah."

"Rumahmu?" tanya Baekhyun.

"Rumahmu." jawab Chanyeol.

"Rumahku?"

"Ya. Rumah tuan Oh."

"Aku tidak mau pulang." gadis itu bersendakap dengan raut cemberut.

"Sayang, dengarkan aku.." pinta Chanyeol lembut. "Ibumu mencarimu, dia khawatir."

"Dari mana kau tahu?"

"Oh Sehun mengirim pesan padaku, karena ponselmu tidak aktif."

"Tapi lelaki bermarga Wu ituㅡaku tidak mau."

"Katakan jika dia mengusikmu, aku akan menghajarnya." tampaknya Chanyeol berhasil meyakinkan kekasihnya setelah melihat senyum tipis gadis itu.

"Baiklah. Aku akan pulang."


~o0o~


Sehun kembali memarkir motornya setelah melihat sebuah mobil memasuki halaman rumah, pemuda itu mendekat tepat ketika Baekhyun keluar. "Noona.."ㅡtanpa sungkan segera memeluk gadis itu. "Akhirnya kau pulang."

"Ehemㅡ" pelukan mereka terlepas melihat tatapan risih Chanyeol.

"Hyung, terima kasih." Chanyeol menjawab dengan anggukan samar. "Aku harus pergi, kita bertemu lagi nanti." pamit Sehun.

"Hati-hati di jalan, Sehun-ah." pesan Baekhyun.

"Masuk dan segera istirahat, Baek." titah Chanyeol, tepat diambang pintu Nanaㅡibu angkat Baekhyunㅡmenyambut mereka.

Nana menilik Baekhyun remeh. "Masuk!" perintahnya yang segera dituruti gadis itu. Chanyeol hampir pergi ketika Nana memanggilnya. "Aku tidak ingin berdebat dengan suamiku mengenai masalah ini, kuharap lain kali kau tidak ikut campur."

"Jika mengenai Baekhyun, itu akan menjadi urusanku." balas Chanyeol.

"Tidakㅡjangan memaksaku untuk membencimu, cukup suamiku." sejak awal Nana memang tidak benar-benar membenci Chanyeol, persaingan perusahaan menjadi alasan utama. "Kau masih muda, tampan, dan juga kaya, tidak sulit bagimu mencari gadis lain."

Chanyeol mendengus pelan. "Aku tidak tertarik." pemuda itu segera pergi.


~o0o~


"Selamat datang, Jongin." sambut Chanyeol melihat Kai masuk, paman Kim mengikuti dibelakang menarik kopernya.

"Tsk, membosankan!" gerutu Kai. "Dimana kamarku? Aku lelah."

"Pergilah keatas, bibi akan membawakan makan siangmu."

Langkah Kai terhenti. "Jangan ganggu tidurku!" setelahnya segera naik dengan cepat.

"Jerman merubah adikmu terlalu banyak." komentar paman Kim.

"Aku belum terlambat 'kan?"

Paman Kim menggeleng pelan.

.

"Kau mau kemana?"

"Oh, kau dirumah?" Kai balik bertanya melihat Chanyeol duduk di sofa ruang tamu, fokus pada bukunya.

"Hanya memastikan kau tidak membuat ulah." jawab Chanyeol tanpa menoleh.

"Aku bukan anak kecil." desis Kai. "ㅡpinjamkan mobilmu."

"Untuk?"

"Pergi keluar. Aku butuh hiburan."

"Ini sudah malam."

"Kau pikir aku bodoh tidak bisa membedakan siang dan malam."

"Kendalikan emosimu."

"Park Chanyeol, kauㅡ"

"Cukup." Chanyeol menutup bukunya, berjalan menghampiri. "Besok pagi paman Kim akan mengantarmu kesekolah baru." infonya sebelum pergi dari hadapan Kai.

Raut Kai menggelap, sejak awal kembali ke Korea memang ide buruk.


~o0o~


"Hei, kudengar ada murid baru disekolah kita."

"Laki-laki?"

"Ya, pindahan dari Jerman."

"Apa dia tampan?"

"Sangat."

"Kyaa~ semoga dia masuk kekelas ini."

"Aku juga berharap begituㅡbla.. bla.. bla.."

Telinga Sehun berdengung mendengar kumpulan siswi itu bergosip, sangat berisik. Ponsel Sehun bergetar, sebuah pesan masuk, senyum tipis segera terbentuk dibibirnya.

.

Kai membenci Chanyeol sebanyak ia membenci dirinya sendiri, pemuda itu membuatnya terjebak ditempat menyebalkan ini, sekolah. Lihat tatapan para siswi yang menilik setiap sudut penampilannya dengan kagum, Kai benci menjadi pusat perhatian.

"Anak baru, huh?"

Tiga orang siswa menghalangi langkahnya, Kai menatap mereka sebal. "Minggir!" pintanya selagi masih memiliki kesabaran.

"Menarik." komentar salah satu dari mereka. "ㅡkita perlu memberinya sambutan."

Kai mendengus kesal ketika seseorang menarik pundaknya, membuat kesabaran pemuda itu habis, ia segera menoleh danㅡbugh!

Salah satu dari mereka jatuh tersungkur, memekik sakit, dua lainnya hampir membalas tapi pekikan para siswi yang memperingatkan kedatangan seorang guru membuat niat itu urung. Kai menjauh, tak peduli sang guru memintanya berhenti, tepat dibelokan koridor seseorang menabraknya. Kai mendesis, baju bagian depannya basah karena tumpahan jus.

"Maafkan aku." Baekhyun tampak terkejut. "ㅡaku tidak sengaja menabrakmu."

"Kau tidak punya mata, hah?" sentak Kai.

"Ya! Kau tidak dengar dia sudah meminta maaf?" Sehun yang bersama Baekhyun angkat bicara.

"Gadis jalang ini." ejek Kai lirih namun cukup terdengar.

Sehun terbelalak. "Jaga ucapanmu!"

"Sehun, sudahlah.."

"Pasangan konyol."

"Kauㅡ"

Bugh!

"SEHUN-AH!" pekik Baekhyun. Kai bangkit setelah tersungkur, menatap Sehun nyalang.

"Tidak. Tidakㅡhentikan! Kalian tidak bisa saling memukul di sekolah." lerai Baekhyun, tubuh mungilnya berdiri dibelakang Sehun.

"KAU PIKIR AKU PEDULI?!"

Bugh!

Brukk~

Kedua mata pemuda itu terbelalak. "Noona!"

.

"Memukul kakak kelas dihari pertama masuk sekolah. Kau sungguh luar biasa, Park Jongin."

"Aku tahuㅡtidak perlu memujiku." senyum menyebalkan itu Kai perlihatkan. Chanyeol mengurut pelipisnya, kepalanya mendadak berat. "Mereka berkata aku di maafkan karena ini hari pertamaku, tapi mereka tetap mengadu padamu."

"Kau berharap aku tidak mendengar ini?ㅡaku selalu mengawasimu, bocah!"

"Ya, ya, ya, lakukan sesukamu." ucapnya. "Keluar dari kamarku, aku mau tidur."

"Aku belum selesai."

"Yeolㅡ"

"Hyung." sela Chanyeol. "ㅡpanggil aku hyung, sialan."

"Kau terlalu kuno."

"Ini Korea jika kau lupa." Chanyeol mengingatkan.

"Baik. Baik. Hyungㅡkau puas? Sekarang keluar dari sini. Aku mengantuk."

Chanyeol menuruti, keluar dari sana setelah memadamkan lampu. Beberapa menit berlalu kedua mata Kai tak kunjung terpejam, ingatan pemuda itu kembali pada kejadian tadi pagi, pertemuan mereka.

Sehun dengan amarah meluap menarik paksa Kai menuju ruang kesehatan. "Berhenti menyeretku!"

"Minta maaf, bajingan!" sentak Sehun. "ㅡkatakan maaf pada Baekhyun noona."

"Ini bukan salahku."

"Dia terluka karena pukulanmu."

"Itu tidak akan terjadi jika kau tak menghindar, sialan!"

Baekhyun yang duduk di ranjang ruang kesehatan terkejut menyadari kehadiran mereka. "Kau tidak kembali kekelas?" tanyanya pada Sehun.

"Aku perlu memastikan bajingan ini meminta maaf padamu."

"Sehunㅡ"

"Tinggalkan kami." pinta Kai.

"Mengapa harus?"

"Aku ingin bicara berdua."

"Tidakㅡ"

"Tidak apa-apa, Sehun-ah." sela Baekhyun. "Kembalilah kekelas."

"Baiklah. Aku akan meminta ijin untuk mengantarmu pulang." Baekhyun menjawab dengan anggukan.

Kai melihat blazer merah Baekhyun dengan noda darah tergantung, beberapa diantaranya juga menetes pada seragam putih yang ia kenakan, Baekhyun mengalami mimisan karena pukulan itu.

"Aku minta maaf." ucap Kai datar meski ada sedikit penyesalan, sebelum ini ia tidak pernah memukul wanita.

"Aku juga minta maaf padamu." balas Baekhyun. "Dimana blazer-mu? Aku akan mencucinya."

"Apa?"

"Itu kotor karena tumpahan jus, bukan?"

"Tidak perlu." balasnya sinis.

Tangan terulur Baekhyun membuat Kai tersentak. "Aku Byun Baekhyun. Lalu kau?" bahkan gadis itu masih tersenyum dengan wajah pucat.

"Kai."

.

.


TBC


.

.

.