hisashiburi desu!
waah, lama ga aplot. saya kangen sama ffn, dan tiba-tiba pengen aja bikin angst. bahahaha padahal pr numpuk. sebenernya ada sih ff yang udah hampir jadi, tapi saya bermasalah sama endingnya. XD
saya udah kapok bikin ff pake bahasa inggris...
...hmm, saya rasa cukup untuk pembukaan hangatnya,
silahkan menikmati ff kelima saya^^
Kuroshitsuji © Yana Toboso
I do not own anything
Just for an 'if' for Season 1, Episode 24.
Tragedy/Angst/a bit OOC
Ia menyandarkan kepalanya di pundak butlernya yang loyal. Ia terus digendong sampai butlernya menurunkannya di atas kursi batu—yang berada di Island of Death.
Sang kelabu memecah keheningan. "Disinikah tempat terakhirku?"
Sang butler menjawab, "Ya." tuan mudanya menghela napas, melihat banyak burung gagak yang sedang bertengger di pohon cemara. "Sebastian,"
"Jangan lupa berikan jasadku untuk burung gagak itu," ujar sang tuan muda. Sang butler tertawa kecil, "Ah, Anda sungguh baik. Baiklah, Tuan Muda." dengan itu keheningan kembali menerpa mereka berdua.
"Apakah itu akan terasa sakit?"
Butlernya menjawab, "Iya, tapi saya akan membuatnya terasa selembut mungkin—"
Sang kelabu menyangkal kalimat sang butler yang belum selesai. "Buatlah sesakit mungkin. Ukirlah rasa sakit itu ke dalam jiwaku."
Sang butler terdiam, lalu tersenyum menutup matanya sambil meletakkan tangan kanannya ke dada kirinya dan membungkuk—
"Yes, My Lord."
Ya, tuan mudanya pasti akan jadi sangat lezat.
Sang butler berbaju hitam tersebut berdiri tegak kembali, berjalan menuju tuan mudanya yang sedang duduk di atas kursi batu. Tanpa tangan kirinya, sang butler masih bisa mengelus pipi tuan mudanya yang halus.
Sang Tuan Muda melihat ke arah mata sang butler, seolah memohon ampun pada iblis di depannya. Iblis itu perlahan melepas eyepatch yang digunakan tuan mudanya, dan sang kelabu menutup matanya.
Sang butler membasahi bibirnya, dan mendekat ke arah tuan mudanya, menempelkan bibirnya. Menutup matanya, ia—
"—Sebastian—"
Matanya terbelalak. Ia menatap tuan mudanya yang menyandarkan kepalanya ke pundak kirinya dengan mata yang tertutup. Ia terus menatapnya sampai hujan datang membasahi bajunya—baju mereka berdua.
Sebastian masih tidak percaya. Tuan Mudanya baru saja memanggilnya. Dia yakin.
Sebastian menghaluskan tatapannya. Ia melepas tailcoat-nya dan meletakkannya di atas kepala tuan mudanya.
"Tuan Muda, Anda bisa sakit jika berdiam di sini terus."
Seekor burung gagak yang bertengger di salah satu pohon cemara menatap mereka berdua, menggerak-gerakkan kepalanya dengan penasaran, lalu mengepakkan sayapnya, seolah memberitahu bahwa hal itu adalah hal yang menarik. Terbang mendekat, ia mendarat di kursi batu yang diduduki oleh Ciel. Sebastian tidak angkat bicara, ia terus menatap wajah tuan mudanya—
"Tuan Muda, apa saya diijinkan untuk menangis?"
—yang tersenyum.
Seorang Earl Ciel Phantomhive tersenyum,
Untuk kali pertama dan terakhirnya.
Hah, akhirnya kelar juga =3=
emang ga mau bikin panjang-panjang, tapi saya juga ga mau bikin poetry. XD
RnR please? :D
ripiw sukur, kaga juga gapapa :3
Thanks for reading~
