Hajimemashite, welcome to our company.
This our first story, ok then without too much word I say
Jeng jeng jeng
Betrayal Faith of Destiny
Pair : Neji Sasuke
Rated : T+ (nyari aman dulu, next chapt gak janji XD *plak)
Inspired from song, lagu yang bukan cuma enak buat di denger tapi sangat bermakna, sense yang kanpeki banget.
Ok kochi de Staff 1
Saa~~~ Selamat menikmati
Takdir? Apa itu takdir? Terlalu banyak orang yang beralibi pada takdir, yang tak pernah kumengerti, sebenarnya apa itu takdir?
"Heh bocah! Orangtua mu sudah mati, tak ada keluargamu yang tersisa haha" seorang bapak tua berkata kasar dihadapan seorang bocah laki-laki sembari menendang 2 jasad bersimbah darah. Bocah itu hanya terus saja menangis sejadi-sejadinya sembari memeluk jasad kedua orang tuanya.
"terima saja takdirmu ini bocah, takdirmu yang kejam!" untuk terakhir kalinya bapak tua itu berbalik saat akan meninggalkan tempat yang akan menjadi kenangan paling buruk bagi si bocah. Dan kini hanya tertinggal tangisan pilu yang entah kapan akan berakhir.
Sebenarnya apa yang kulakukan di dunia ini? Berusaha untuk apa? Hidup untuk apa? Untuk takdirku? Takdir yang bagaimana? Takdirku yang kejam?
Diabaikan sendiri dengan penyangkalan diri yang tiada akhir, tak ada yang begitu peduli pada bocah itu setelah kedua orang tuanya meninggalkannya saat itu, kepedulian padanya hanya kedok dan topeng kepalsuan suatu empati yang mereka tunjukkan alih-alih karena kakeknya. Semuanya palsu, memuakkan.
"sasuke! Apa yang kau lakukan disana nak?" terlihat seorang kakek berperawakan masih tegap memperhatikan seorang bocah yang hanya termenung di beranda rumahnya meskipun langit sedang menangis deras. Bocah bernama sasuke itu tidak bergeming sedikitpun akan panggilan dari kakek itu masih saja sibuk dengan lamunannya, hingga si kakek menghampirinya dan menepuk pelan bahunya
"Apa yang kau pikirkan nak, disini hujan deras kau bisa sakit, ayo kita masuk" ucap sang kakek sembari mengusap pelan sasuke.
Masih belum ada respon dari sasuke kecil, masih saja termenung dengan tatapan kosong. Sang kakek memutuskan untuk duduk di samping sasuke menatap rintikan tangisan langit yang terus saja turun. Hening tak ada pembicaraan dari sang kakek ataupun sasuke, hanya ada suara air hujan yang mencapai tanah dan permukaan benda lainnya. Hanya kesunyian sampai sasuke menoleh pada sang kakek dan
"Ojii-san apa itu takdir? Apa takdir yang membuat tou-san dan kaa-san meninggal?"
Sang kakek hanya menatap wajah sasuke sembari tersenyum lemah, dia usap pucuk kepala sasuke, respon yang cukup aneh mengingat pertanyaan yang dilontarkan anak berumur 10 tahun. Masih dengan mengusap pucuk kepala sasuke
"Sasuke kau harus paham sesuatu, dunia ini diciptakan dengan maksud dan tujuan. Makhluk yang berada di dunia ini juga ada dengan maksud dan tujuan, begitu juga kita manusia" jeda sejenak
Usapan dipucuk kepala sasuke menghilang, senyuman serta tatapan ramah sang kakek pun berubah menjadi tatapan penuh keseriusan saat sang kakek menatap lurus pada halaman rumahnya.
"Satu hal yang pasti, dunia ini tidak abadi sasuke. Semua ini pasti akan ada akhirnya. Mungkin untuk saat ini tou-san dan kaa-san mu sudah mengakhirinya lebih dulu dibandingkan kita. Dibandingkan kakek dan kau sasuke" jeda lagi sang kakek menarik nafas panjang, menjelaskan hal seperti ini pada anak seumuran sasuke memang harus perlahan.
Di sisi lain sasuke terlihat antusias mendengar jawaban kakeknya, terlihat sesekali dia menatap langsung pada wajah sang kakek yang sedang berbicara. Sang kakek menoleh pada sasuke lagi menatapnya langsung
"Dan semua ini telah ada alurnya sasuke, alurnya sudah ditentukan. Alur dunia ini, juga kita manusia. Bagaimana kita hidup, seperti apa wajah kita, siapa orang tua kita, siapa pasangan kita, dan kapan saat kau berakhir semuanya telah ditentukan. Bahkan mungkin jawaban kakek saat ini pun sudah ditentukan."
Senyuman lagi yang tersungging untuk sasuke kecil yang masih penasaran akan maksud jawaban kakeknya. Sasuke tatap wajah kakeknya, tatapan polos seorang anak yang kebingungan
"Juga akhir dari tou-san dan kaa-san mu juga sudah ditentukan. Alur dari semua ini lah jawaban dari pertanyaanmu barusan sasuke. Mengenai apa itu sebenarnya takdir." Jeda sejenak, sasuke menampakkan wajah tak percayanya
" Mungkin yang membunuh tou-san dan kaa-sanmu bukan takdir ini, tapi takdir sudah memperkirakan ini." Lanjut sang kakek
Lantas setelah ini hening, berbeda dengan keheningan sebelumnya dimana sasuke memikirkan semua ini sendiri, kebingungan. Sasuke tidak percaya dengan apa yang dibicarakan kakeknya, jadi semua kesulitan yang dia alami selama ini sudah ditentukan? Kemalangannya selama ini, telah diatur.
Lama hingga sang kakek berdiri dan berbalik menuju pintu beranda rumahnya.
"Sasuke ayo kita masuk, kakek tak mau kau jadi sakit. Ayo!" kata sang kakek sembari menarik sasuke berdiri dan masuk ke dalam rumahnya.
Takdir dan takdir, kenapa harus kita berjuang saat akhir sudah dipastikan? Kenapa harus kita bersusah payah saat kepastian ini telah diatur?
Tahun berlalu dan kini sasuke bukan lagi sasuke yang dulu yang hanya bisa termenung menyalahkan dirinya sendiri karena melihat orang tuanya mati terbunuh tanpa bisa melakukan sesuatu. Kata bunuh mungkin sudah layak baginya sekarang.
8 tahun sudah berlalu, semenjak perbincangan dengan kakeknya saat itu semuanya telah terpatri dalam benaknya. Hal yang otomatis saat sasuke tahu jawaban kakeknya, yaitu merutuki takdirnya sendiri.
Sasuke tumbuh dengan mengutuk takdirnya sendiri, namun setidaknya selama 5 tahun terakhir masih dengan pengertian kakek yang menjaganya. Tidak hingga hari dimana takdir mengambil hal yang berharga bagi sasuke, lagi. Kakeknya meninggal tepat saat sasuke mulai bisa menerima takdirnya.
Seluruhnya telah jelas bagi sasuke, semuanya tak ada pengecualian. Keputusan telah membimbingnya pada takdir yang seharusnya untuk sasuke.
International School of Tokyo, sasuke pada pagi hingga sore hari berada disini. Dengan segala hiruk pikuk kehidupan yang dia buat se normal mungkin disini.
Sasuke dengan semua kesempurnaannya, ketampanan, intelegensi, prestasi, kepopuleran di tambah nama marga keluarganya membuat sasuke tanpa celah, begitu pandangan semua orang mengesampingkan fakta bahwa sasuke sangat amat menyedihkan begitu yang selalu dia anggap.
Sasuke bersosialisasi dengan sangat mudah, kata ramah tersemat untuknya. Para gadis bahkan terpana hanya karena sasuke lewat dihadapannya. Para lelaki memandangnya dengan tatapan iri.
Pukul 09.00 sasuke mengikuti kelasnya seperti biasa, dia membuatnya menjadi senormal mungkin, inilah jalan yang dia pilih dan tak akan ada seorangpun yang dapat menyelamatkannya, tidak siapapun.
"Sasuke! Bacakan paragraf yang kau buat!" suara sensei membuyarkan semua renungannya, dengan terpaksa sasuke berdiri.
"baik sensei!" responnya cepat seperti biasanya, sasuke memegang catatannya hendak membaca sesuatu namun tak ada torehan sedikitpun disana. Semua yang dipikirkannya barusan tiba-tiba muncul kembali di kepalanya
Life can always lead your heart astray, but that is not sin, to change the life you though you must try to begin. This is the path that we choose and there is no who can save you now, so trust in one voice, there is nothing to lose but there is nothing to gain when you standing and waiting for fate light the way this is our destiny, have faith with me, the endlessly long night will find come to end
"hanya itu yang baru saya buat sensei!" akhirnya, saat diksi yang selama ini dikatakan kakeknya perlahan berakhir dibenaknya.
Dan riuh tepuk tangan menggema dari seluruh siswa di kelas itu, entah apa yang membuat semua orang disini terbawa akan suasana pada diksi yang dibacakan sasuke.
"Itu sangat bagus sasuke. Takdir bukan untuk diratapi melainkan untuk di jalani, dijalani dengan sepenuh hati agar tujuan yang kau inginkan tercapai." Tegas sensei yang berada di kelas itu.
'Deg' sasuke merasakan perasaan ini lagi, perasaan menyakitkan ini saat sensei itu mengatakan hal mengenai takdir. Tanpa sadar tangannya meremas kemeja pada dada kirinya, matanya terpejam melihat sekelebat kejadian yang telah terjadi selama hidupnya.
"sensei! Sasuke terlihat kesakitan!" tiba-tiba seru seorang siswa di samping sasuke pada senseinya.
Sensei berperawakan tegap bernama Asuma dengan segera menghampiri sasuke, dengan wajah cemas dia
"Sasuke? Kau tidak apa-apa? Kau pucat?" dengan tergesa bertanya akan keadaan sasuke
"Tidak sensei, aku hanya .. hanya sedikit sakit disini" jawab sasuke sembari kembali meremas kemeja pada dada kirinya
Dengan cepat sensei tersebut memapah sasuke keluar kelas, hendak membawanya ke ruang kesehatan agar sasuke dapat beristirahat dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Kalian semua lanjutkan paragraf yang tadi, aku akan keluar sebentar membawa sasuke ke ruang kesehatan" tukas cepat sang sensei
"baik sensei!" dan riuh teriakan kegembiraan siswa terdengar sesaat setelah sensei dan sasuke menjauh dari ruangan kelas.
Apakah sejak awal itu sudah di tentukan? Kekuatan besar itulah yang memandu umat manusia, jadi itu takdir? Aku mengutuknya, aku akan mengutuk takdirku sendiri.
Sesampainya di ruang kesehatan dibaringkannya sasuke, keringat dingin memenuhi wajahnya, terlihat sasuke sudah pingsan saat diperjalanan menuju ruang kesehatan. Asuma sebut saja nama sensei itu, segera memanggil dokter yang bertugas.
Namun belum sempat meninggalkan ruangan asuma terpana karena sasuke yang membuka matanya lantas duduk dan menatap senseinya dengan tatapan bengis.
"Apa yang kau katakan tadi sensei? Mengenai takdir kah? Camkan satu hal ini sensei! Takdir tak akan pernah berubah meski kau berusaha, karena takdir seseorang telah ditentukan sejak mereka lahir" sergahnya tegas secara cepat pada senseinya yang hanya berdiri mematung melihat tingkah siswa terbaiknya.
Sasuke berdiri lantas menghampiri asuma, sampai sebatas 15 cm wajah mereka berhadapan, sasuke menyeringai seram dan tiba-tiba dia tergeletak tak sadar setelahnya.
Ada yang tidak beres dengan sasuke pikir asuma, tak langsung memindahkan sasuke yang tergeletak, asuma hanya menatapnya tak percaya dengan apa yang terjadi.
Sadar dengan keadaan sasuke asuma segera memindahkannya ke pembaringan.
Kembali asuma dikejutkan lagi dengan kata-kata yang keluar dari mulut sasuke meski kesadarannya telah hilang sepenuhnya.
"Aku mengutuknya, aku mengutuk takdirku sensei" asuma terpaku kedua kalinya.
Terdiam menatap siswa terbaiknya selama ini, sasuke tak pernah menunjukan masalah apapun sebelumnya, tidak pernah bahkan dengan iri dengki teman-teman padanya. Menatap bingung wajah sasuke saat ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu sasuke?" lirih asuma ditengah kebingungannya
Beberapa menit kemudian dokter yang bertugas datang, dan segera menangani keadaan sasuke.
.
.
To be continued
hohoho XD saya potong ceritanya disitu karena saya pikir kalo kejauhan nanti gak sesuai harapan. Untuk yang kebingungan dengan yang saya tulis mohon di maklum ya haha XD
Anyway XY company punya 2 staff. Staff 1 ang Staff 2, untuk chapter 1 ini yang set semuanya saya Staff 1 haha *plak
Staff 2 lagi ribet sama urusan RL nya dulu *saya juga lagi ribet sebenernya*malah curhat XD*di tendang reader
Mohon bantuannya ya semua, buat yang mau flame sok aja, saya terima asal jangan kebanyakan *apa maksud*guling2
Bagi yang mau meninggalkan jejak berupa saran, masukan, atau mungkin ide kreatif *plak* silakan review XD
Kami akan sangat senang. ^w^d
Silent reader juga kami hargai bagi yang mau baca OuOd
だったら、それだけじゃまた みんあ~~~~~!!! *pergi pake teleport*
