This story belong to Purpleskies, and I just translate it.
Please don't reupload this story!
This is MY BELOVED KAISOO STORY LINE
NOCTURNA SUPPRESSIO
Summary :
Do Kyungsoo sangat menyukai tinggal di alam mimpinya. Dia menghabiskan banyak waktu hanya untuk bermimpi, menemukan sebuah kehidupan yang lebih baik dari pada kenyataan.
Tapi apa yang membuat Kyungsoo gagal untuk menyadari bahwa tidak semua mimpi indah akan terjadi seperti apa yang mereka—mimpi itu—tampakkan.
Foreword :
"Apakah kau lelaki yang ada di mimpiku?"
"Wow. Itu adalah hal paling murahan yang pernah aku dengar."
NOCTURNA SUPPRESSIO
*Please read the special note from Me at the end of this story*
Kyungsoo mendudukan dirinya di atas rerumputan dengan kedua lutut yang ditekuk nyaman. Ia mendongak dan mengamati langit berhiaskan awan kelabu membentang di atasnya. Ia sadar bahwa hujan akan segera datang, tapi Kyungsoo tidak memperdulikannya. Langit mendung memang sudah tampak sejak pertama kali ia datang ke sini, tapi ia tidak keberatan akan hal itu. Terserah hari ini akan terjadi hujan atau tidak, Kyungsoo tidak keberatan.
Ia perpikir merasa perlu melepas sepatu dan merasakan kotoran di antara jari-jari kakinya. Tetapi, hal itu urung dilakukannya ketika ia menyadari betapa susahnya membersihkan kotoran itu nantinya. Akhirnya Kyungsoo membenamkan jemarinya ke tanah, sementara tangan yang satunya menggapai-gapai langit hendak rasanya menyentuh awan. Ketika berkas sinar itu melewati jarinya, diapun memainkan jemarinya. Tutup. Buka. Dia melihat sinar matahari langsung dengan mata terbuka menyebabkan pandangan sedikit berkunang-kunang. Mata Kyungsoo terasa silau.
Suasana kali ini terasa dingin dan juga sedikit berangin, tetapi ia tetap merasa nyaman. Berbaring di atas rerumputan biasanya akan membuat kulit terasa gatal, tetapi sekarang ini rerumputan itu seolah-olah terbuat dari bantal. Jika itu terasa masuk akal.
Kyungsoo menarik napas dalam ketika ia menaruh tangannya di atas dada. Ia suka seperti ini. Dia suka sendirian. Seperti terjauh dari segalanya. Hal ini dapat membuatnya merasa tenang.
Kyungsoo merasa melayang jauh dan memutuskan untuk mengambil waktu yang lama untuk tidur siang yang sudah ditunggunya sejak tadi pagi. Mungkin ia bisa tidur sekitar satu jam. Pikirnya ketika suatu bayangan terasa sedang berada di atasnya. Walaupun matanya sedang terpejam, gerakan akal Kyungsoo mengatakan untuk segera membuka mata, dan oh, ia melihat seseorang sedang metapnya.
Ia menatap sosok itu untuk beberapa saat. Mencoba untuk mengenali siapakah sosok itu, tetapi ia tidak bisa melakukannya karena terhalang cahaya di atasnya. Kyungsoo berusaha bangkit ketika melihat cara orang itu menatapnya. Tetapi, ketika ia baru saja berusaha duduk, ia merasakan tanah mulai menggoncangnya.
Menggoncangnya.. Kyungsoo merasakan hal ini terasa aneh dan sedikit menjengkelkan. Ia seharusnya sedang tertidur sekarang, dan orang tadi serasa berdiri menjauh darinya, sesaat kemudian tanah bergoncang lagi.
"Kyungsoo,"
Kyungsoo membuka matanya dan melihat teman sekelasnya. Byun Baekhyun membangunkannya.
"Hey," kata Baekhyun tetap dengan menggoncang-goncangkan bahu temannya itu. Tangan Kyungsoo mencengkram kepalanya sendiri dan segera bangun dari tidurnya.
Semuanya hilang. Rerumputan, langit kelabu, semua hilang dan tergantikan dengan jejeran meja dan kursi di depannya. Kyungsoo memutar pandangan dan tersadar bahwa masih berada di kelas ekonomi, kelas terakhir untuk hari ini. Dan ia mengngingat awalnya ia hanya ingin mengistirahatkan kepalanya di atas meja beberapa saat yang lalu. Hampir semua orang sudah meninggalkan ruang ini, dan hanya ada beberapa saja yang masih di dalam untuk mengemasi alat tulis mereka, dan sang professor sedang menatapnya dengan tatapan mengincar.
"Professor Lee ingin bertemu denganmu setelah ini." kata Baekhyun seraya menunjuk Professor Lee yang sudah keluar ruangan dengan dagunya dan membiarkan Kyungsoo mengerang seraya membereskan alat tulisnya sendiri.
"Kenapa?"
"Kenapa?" Tangan Baekhyun menyodorkan notebook Kyungsoo dan sang pemilik langsung memasukkannya ke dalam tas. "Kyungsoo, kau sudah melewatkan setengah pelajaran mata kuliah ini."
Kyungsoo hanya mendesis. Melewatkan setengah dari mata kuliah hari ini berdampak tidak baik untuk dirinya.
"Dan, kenapa kau terlihat sangat lelah?" Tanya Baekhyun setelah mereka keluar ruangan. "Ini adalah hari Senin. Dan, kau kembali ke rumah mu akhir pekan lalu. Apakah 2 hari tidak cukup untuk istirahat?"
Baekhyun menyentuh lengan Kyungsoo dan mendorongnya ke samping bahunya. "Ah! Kecuali kalau kau melakukan sesuatu pada akhir pekan lalu."
Kyungsoo terkekeh dan sedikit menyenggol bahu teman sekamarnya sekaligus sahabat terbaiknya itu. "Tidak. Akhir pekanku membosankan." Kata Kyungsoo dengan air wajah langsung berubah murung setelah mengatakan hal itu. "Tetapi ini sedikit.. sedikit keras."
Baekhyun mengangguk, dan memilih tidak membahasnya lebih lanjut. Kyungsoo bersyukur atas hal itu. Kyungsoo menghela napas ketika mengingat bagaimana orang tuanya selalu bertengkar dan bertengkar setiap mempunyai kesempatan. Ia tidak memiliki selera untuk tidur ataupun makan karena mereka selalu bertengkar ketika makan malam. Terkadang, ia hanya bisa duduk dan memakan makan malamnya dengan diam dan berusaha mengacuhkan pertengkaran kedua orang tuanya. Hal-hal seperti tagihan, pekerjaan dan lainnya Kyungsoo berusaha mencobanya untuk menghilangkan masalah keluarga dari pikirannya.
"Baiklah, jangan pernah pulang ke rumah. Aku tidak pernah tahu, kenapa kau tetap melakukan hal itu." kata Baekhyun saat ia berjalan di sebelah Kyungsoo dengan satu tangan yang memainkan rambutnya sendiri.
"Kau hanya merindukanku, Baek." Kata Kyungsoo dan buru-buru pergi menjauh sebelum Baekhyun mengujaminya dengan pukulan.
Kyungsoo terkekeh lagi, menikmati setiap waktu ketika ia membiarkan dirinya tertawa. Yang Kyungsoo tahu, ia tidak terlalu banyak tertawa hari ini. Pikirannya hanya tertuju pada kampusnya, tinggal jauh dari orangtua dan mencari pekerjaan akan membuat hidupnya jauh lebih mudah. Kyungsoo berpikir jika ia bebas maka hidupnya akan menyenangkan. Tetapi, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan sendiri, Do Kyungsoo akhirnya menyadari bahwa hidupnya sebetulnya membosankan.
Kyungsoo selalu dibayangi rasa bersalah setiap waktu, tetapi ia berusaha untuk mempercayai diri sendiri bahwa ini bukan salahnya. Bukan salahnya ia mendapatkan pekerjaan yang buruk dan juga upah yang minim. Ini juga bukan salahnya ia gagal di kelas hari ini—karena ketiduran. Hubungan rumah tangga kedua orang tuannya berada di ujung tandukpun, itu juga bukan kesalahannya. Sekalipun ia tidak memiliki teman selain Baekhyun, itu juga bukan salahnya. Ia hanya tidak punya waktu untuk mencari teman.
Tetapi kadang-kadang, Kyungsoo rasa ini adalah salahnya. Salahnya untuk memilih hidup sengsara.
Ia berusaha dengan sekuat mungkin untuk mengubah kehidupannya. Ia mencoba bekerja dengan lebih giat, mencoba mengembalikan nilainya, dan mencoba memperbaiki hubungan rumah tangga kedua orang tuanya. Tetapi, pada akhirnya semua tidak membuahkan hasil. Kyungsoo terlalu lelah untuk peduli.
"Aku akan menemuimu kembali ke dorm?" tanya Baekhyun ketika mereka menghentikan langkah di depan ruang professor. Pandangan Kyungsoo menatap pintu itu sekilas sebelum ia menghela napas dan mengangguk.
"Jangan berpikir untuk menungguku. Aku akan bekerja sebelum kembali ke dorm." Kata Kyungsoo dan Baekhyun hanya memberikan sebuah senyuman simpati padanya sebelum beranjak pergi.
Kyungsoo mengetuk pintu dan mendengar suara samar yang menyuruhnya masuk, kemudian ia mulai membuka pintu dan melihat professornya sedang membersihkan meja.
"Silahkan duduk, Kyungsoo." katanya dengan nada suara seperti ini-akan-menjadi-pembicaraan-yang-sangat-lama, dan Kyungsoo ingin menunjukan rasa penolakan ketika harus duduk di depan meja professornya ini. Ia menaruh tas di sebelah kaki dan tangannya berada di pangkuannya.
"Saya pikir, kau sudah tahu kenapa Saya memanggilmu kemari." Kata professor yang sering di panggil professor Lee itu. "Ini adalah kali ketiga kau tertidur di kelasku."
Kyungsoo menundukan kepalanya sebagai tanda maaf. "Saya minta maaf, Prof."
"Apakah kau pikir kelasku tidak menarik untukmu? Apakah ini terlalu membosankan?" tanyanya dan Kyungsoo menggelengkan kepala. "Lalu, apa Do Kyungsoo?"
Kyungsoo menutup matanya frustasi. Bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada professor Lee kenapa ia tertidur di semua kelasnya karena ia terlalu lelah? Atau menjelaskan kenyataan bahwa ketika ia mencoba untuk belajar tetapi tidak ada satupun yang masuk ke otak?
Kyungsoo mendengar professornya menghela napas dan ia menatap sang professor itu.
"Kyungsoo…" Professor Lee memulai perkataan dengan melepas kacamatanya dan mulai menatap halus muridnya itu. "Saya, sebetulnya tidak pernah melakukan hal ini kepada murid saya, tetapi ini membuat saya merasakan bahwa saat ini sedang berurusan dengan anak SMA meskipun saya tahu kau bukan anak SMA lagi."
Kyungsoo tetap terdiam dengan memainkan jari-jarinya.
"Tetapi, beberapa bulan yang lalu kau menunukan potensimu kepadaku dan menggunakannya untuk menjadi mahasiswa terbaik." Ujar professor Lee kemudian, menatap ke arah Kyungsoo seperti orangtua, dan Kyungsoo tidak menginginkan tatapan itu. "Apa yang terjadi?"
"Saya akan berusaha, Prof." Jawab Kyungsoo dengan kepala masih tertunduk.
"Well, saya berharap kau bekerja lebih keras. Saya tidak suka melihatmu gagal di pelajaranku." Kata professor Lee seraya menyenderkan badanya ke kursi. "Apakah kau mengikuti program beasiswa?"
Kyungsoo mengangguk. "Ya, Prof."
"Satu akademi?"
Kyungsoo mengangguk dengan malu-malu. "Ya, Prof."
Professornya kembali mengangguk. "Baiklah. Dan, kau tahu apa yang akan terjadi jika kau gagal di salah satu pelajaran?"
Kyungsoo pastinya sudah tahu. Dia sudah membaca penerapan system itu tiga kali. Satu kali gagal di suatu mata pelajaran, maka beasiswanya akan dicabut darinya.
"Saya tahu, Prof." Jawab Kyungsoo dengan lirih.
"Bagus. Saya harap kau melakukan sesuatu untuk memperbaiki ini. sampai ketemu Kyungsoo, orang-orang kuliah untuk mendapatkan beasiswa, dan—"
Kyungsoo tidak mengeluarkan suaranya ia tetap menatap tangannya. Dia tidak membutuhkan ceramah untuk dirinya. Dia tahu apa yang harus ia hadapi ketika ia memutuskan untuk memasuki perguruan ini.
Universitas. Ini terlihat seperti ide yang bagus. Pekerjaan yang baik. Pengatahuan yang lebih banyak. Bertemu dengan orang-orang baru. Semua itu terdengar sangat menyenangkan dan menarik. Tetapi, Kyungsoo hanya bisa berpikir tentang besasiswanya sekarang.
Kyungsoo menatap jauh ke luar jendela dan ia menyadari bahwa hari ini akan turun hujan lagi. Ia mengetuk kepalanya ketika mengingat bahwa ia meninggalkan payungnya di meja nakas karena berpikir ia tidak akan membutuhkan barang itu hari ini.
"Jadi, saya menyarankan agar kau lebih konsentrasi dan bekerja lebih keras." Professor Lee menyelesaikan ucapannya membuat Kyungsoo tertarik ke luar dari pikirannya.
Kyungsoo mengangguk dan mengucapkan permintaan maaf berkali-kali sebelum akhirnya bergegas keluar dari ruangan dan berjalan ke lorong yang kosong. Ia menyentakkan tasnya dan bernapas lega karena bisa terjauh dari percakapan lebih jauh tentang masa depannya, kemudian ia berjalan cepat keluar.
Gelap, dan Kyungsoo bersyukur hujan sudah reda. Ia mengadahkan kepalanya menuju langit senja yang siap berganti, ia tersenyum melihat bagaimana langit malam ini akan bertabur bintang. Kyungsoo menghentikan langkahnya sekedar mengagumi indahnya langit untuk beberapa saat.
Ia tidak bisa mengingat kapan terakhir kalinya ia berhenti sekedar melihat bintang-bintang. Biasanya ia akan mengabaikan hal sekecil ini. Ia sedikit senang karena tidak membawa payung lagi ia membayangkan bagaimana jika duduk sebentar untuk menikmat pemandangan yang indah ini.
Sebuah pergerakan kecil tertangkap di matanya, ia mengalihkan pandangan dari bintang untuk melihat seseorang yang berdiri di seberang halaman parkir. Ini terlalu gelap untuk Kyungsoo mengetahui siapa yang berdiri di sana, tetapi ia tahu ada seseorang yang berdiri di sana. Awalnya Kyungsoo berpikir bahwa itu adalah seorang mahasiswa atau dosen yang sedang berjalan dan terhenti ketika melihat Kyungsoo.
Kyungsoo menatapnya kembali, bertanya-tanya siapa itu. Semuanya tentang hal ini terasa sangat tidak asing dan ketika ia memilih untuk berjalan mendekat, dia merasakan tanah mulai berguncang.
Kyungsoo berhenti, menatap sekeliling dan terbangun dengan hal yang pertama kali dilihat adalah ruang professornya.
"Baiklah, sekarang ceramahku tidak cukup untukmu, kau lebih memilih tidur ketika saya berbicara denganmu?" tanya professor Lee, suaranya hampir terdengar marah dan Kyungsoo cepat-cepat berdiri dan membungkukan badan.
"Saya minta maaf, Prof. Saya tidak bermaksud.. Saya benar-benar minta maaf karena saya tertidur atau apapun itu. Saya be—"
Kyungsoo menatap jam dinding yang sepertinya memberikan peringatan bahwa ini sudah pukul 6.
Sialan. Kyungsoo menatap lurus kemudian membungkuk dalam untuk entah keberapa kali kepada professor Lee.
"Saya minta maaf, Prof. Saya benar-benar minta maaf. Tetapi, saya benar-benar harus pergi sekarang." Kyungsoo langsung menyampirkan tasnya ke bahu dan Professornya ikut berdiri melihta tingkah Kyungsoo.
"Saya belum selesai denganmu, Do Kyungsoo!"
"Saya tahu, dan saya benar-benar minta maaf." Kata Kyungsoo meminta maaf dan berjalan ke arah pintu.
"Do Kyungsoo—"
Kyungsoo membungkuk sekali lagi dan keluar dari ruangan tanpa sepatah kata lagi.
Tertidur di depan professor! Astaga ada apa denganmu?! Kyungsoo bertanya kepada dirinya sendiri dengan nada kesal ketika ia berjalan dengan cepat menuju keluar dan menaiki bis untuk pergi bekerja. Berlaku seperti itu tentu saja akan membawanya menuju posisi buruk nantinya dan ia tidak memikirkan hal itu sekarang ketika ia hampir saja gagal di kelasnya tadi pagi.
Kyungsoo tahu jika Professor Lee marah kepadanya ketika ia memutuskan bergegas keluar. Ia sudah terlambat untuk bekerja. Jadwal jaga kasir untuk Kyungsoo dimulai dari jam enam sore jadi dia tidak bisa kehilangan pekerjaan ini.
Pekerjaan Kyungsoo adalah menjadi kasir di toko roti kecil untuk setiap empat jam perhari. Gajinya tidak seberapa memang, tetapi ini adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa ia jalani di tengah-tengah kesibukan jadwalnya sebagai seorang mahasiswa. Dia membenci ini, ia sangat berharap mereka akan memberikan pekerjaan sebagai asisten memasak, tapi malah sebaliknya. Ia sangat menyukai melakukan sesuatu di dapur. Tetapi, mereka tidak menginginkan seorang 'anak' berada di sana. Begitulah kata mereka. Wajahnya sangat cocok untuk bertemu dengan pelanggan. Bahkan pemilik toko ini mengatakan hal itu dengan tersenyum sumringah. Jadi, Kyungsoo bosan dengan memasang wajah itu kepada para pelanggan setiap malam dan memberikan senyuman lebar ketika mengambil pesanan mereka dan terkadang memberikan beberapa pilihan kepada para pelanggan.
Ini adalah pekerjaan yang baik, Kyungsoo ingin mencoba menyakinkan dirinya sendiri setiap hari. Dia membutuhkan pekerjaan ini ketika Ayahnya kehilangan pekerjaannya dan hanya tinggal Ibunya yang bekerja. Dia hanya ingin membantu mereka.
Kyungsoo menyelesaikan pekerjaannya pukul sepuluh malam dan ia juga membantu pemilik toko untuk menutup tokonya. Dan beberapa menit kemudian ia sudah kembali ke dormnya, dia sangatlah lelah sekalipun untuk membuka note ataupun mengganti bajunya. Ia terlalu lelah. Pada akhirnya ia membuang badanya ke tempat tidur nyamannya dan jatuh terlelap.
NOCTURNA SUPPRESSIO
Ia membaringkan badanya di atas rerumputan dan bernapas di udara yang sejuk. Sendirian. Itulah yang ia mau.
Ini adalah tempat yang aneh. Pikir Kyungsoo ketika ia memutar pandangannya. Tak jauh di sebelahnya terdapat bulan yang sangat besar. Ini terlalu dekat dan Kyungsoo berpikir ia bisa menyentuhnya. Dan di sampingnya lagi ada matahari, cahaya terang berwarna orange dan sangat dekat, tetapi ia tidak merasakan panas sedikitpun. Ini adalah sebuah pandangan yang ganjil tetapi ia terlalu bingung, menikmati saat-saat seperti ini sendirian. Karena ini, berada di suatu tempat, sendirian. Hal inilah yang membuatnya merasa jauh lebih baik.
Kyungsoo mengulurkan tangannya ke udara, bermain dengan cahaya ketika seseorang berdiri di dekatnya, mengintip ke arahnya. Kyungsoo menarik uluran tangannya dan terkejut ketika ia menatap sosok itu.
Kenapa ini terasa tidak asing? Pikir Kyungsoo ketika ia berusaha mendudukkan badanya. Ia membiarkan pengelihatannya memutar ke sekeliling, dan pengelihatannya menemukan seorang laki-laki berdiri di sampingnya.
Dia tinggi, Kyungsoo baru menyadari setelah benar-benar memperhatikannya. Kyungsoo mendorong dirinya sendiri untuk berdiri dan melihat ke arah wajah laki-laki itu yang malah melempar tatapan balik untuk Kyungsoo. Wajah ini bukan sesuatu yang asing, ia pernah melihat wajah ini sebelumnya. Atau, mungkin tidak. Pikirnya. Dia tidak pernah tahu ada seseorang yang mirip dengannya—laki-laki itu maksudnya.
Tetapi, ia merasa tidak asing. Kyungsoo berdiri di sini, kakinya menapak dengan pasti di tanah, ketika laki-laki itu tersenyum tipis ke arahnya menampilkan barisan gigi putih yang kontras dengan kulitnya yang berwarna tan.
"Siapa—" Kyungsoo kembali memperhatikan sosok itu dari atas hingga ke bawah, masih mengamati. "Ka—kamu siapa?"
Laki-laki itu menatap ke arahnya, masih dengan tersenyum ketika sesuatu yang berisik berdering di sampinginya. Kyungsoo menutup telinga dengan kedua tangannya, melihat sekelilinya untuk mencari tahu asal suara berisik itu. Suara itu terasa sangat melengking dan Kyungsoo menginginkan suara itu berhenti.
Laku-laki itu menatapnya dengan pandangan terhibur sebelum beranjak dan berjalan menjauh. Terpengaruh dengan suara berisik tadi.
"Tunggu!" kata Kyungsoo, tetapi ketika ia baru saja akan melangkahkan kakinya ke depan, ia melihat langit mulai memecah dan merasakan kain lembut berada di punggungnya.
Kyungsoo terbangun dan meraba-raba sekitar untuk menghentikan alarmnya. Ia duduk di atas tempat tidurnya untuk beberapa saat, ia berusaha untuk mengingat kembali mimpi itu lagi, tetapi pikirannya malah menjauh dan potongan terakhir juga ikut menghilang.
Kyungsoo mengusap matanya dan memandang sekilas ke arah jam dinding dan ia mendengking ketika mengetahui ia sudah terlambat sekarang.
NOCTURNA SUPPRESSIO
"Kenapa kau tidak membangunkanku?"
Baekhyun mengalihkan pandangan dari notesnya ke atas ketika Kyungsoo menjatuhkan diri di sebelah tempat duduknya. Sang professor mentap ke depan, professor yang beda hanya memberikannya tatapan tajam karena datang terlambat sebelum membalikan badan menuju papan tulis lagi.
"Aku membangunkanmu." Kata Baekhyun lirih setelah professor itu membalikkan badanya menatap papan tulis. "Kau bilang, kau akan bangun lima menit lagi waktu itu."
Benarkah? Kyungsoo lantas mengeluarkan catatannya dan mulai mencatat apapun yang ia lihat di papan tulis. "Seharusnya setelah lima menit kau membangunkanku untuk terakhir kali."
Baekhyun menatap Kyungsoo sekilas dengan senyuman minta maaf sebelum kembali menatap catatannya. "Maaf. Aku sedang terburu-buru tadi."
Kelas mereka berjalan sangat lambat dan Kyungsoo sudah mencatat semua yang berada di papan tulis, ia juga sangat paham dengan mata kuliah ini tanpa tertidur walaupun ia merasa matanya terpejam beberapa kali. Dan, untuk yang terakhir. Aku tidak akan membiarkan Baekhyun mengulangi semua kejadian tadi malam.
Setelah kelas mereka selesai, Kyungsoo sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa pegal dan mengambil tasnya sebelum berjalan keluar kelas menuju perpustakaan bersama Baekhyun. Mereka mempunyai banyak waktu luang saat ini, walaupun begitu Kyungsoo tidak ingin melakukan apapun selain tidur. Kyungsoo tahu bahwa ia harus mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan minggu depan.
"Akhirnya, kau bisa tidur sekarang." Kata Baekhyun dengan nada bercanda setelah mereka berdua mengambil tempat di sudut belakang ruang perpustakaan. Kyungsoo menggelengkan kepala seraya mengeluarkan bukunya.
"Tidak akan. Aku belum menyelesaikan tugas dari Professor Lee." Keluh Kyungsoo.
Baekhyun bersiul pelan. "Tenggangnya masih besok."
"Aku tahu." Kata Kyungsoo. Dahinya mengkerut setelah membuka halaman tugas di bukunya.
Kyungsoo menyandarkan kepalanya di atas meja dan mulai mengerjakan tugas. Kyungsoo bertanya pada dirinya, apakah kehilangan banyak waktu untuk tidur dapat menimbulkan lingkaran hitam di matanya yang berharga? Seharusnya begitu. Pikir Kyungsoo seraya menulis asal-asalan di kertasnya. Jika tidak, lalu…
Kyungsoo mengehentikan pikiran secepatnya kemudian menyenderkan punggungnya pada senderan kursi dan menyesap teh yang berada di depannya. Ia menaruh pena dan melenturkan jari-jarinya, menikamati rasanya sebagai satu-satunya orang yang duduk di café kecil sekarang. Matahari sudah mulai beranjak menuju peraduan. Ia bisa melihat warna merah muda bercampur orange lembut mengelilingi langit di atasnya.
Sebuah tangan memasuki khayalannya. Kyungsoo menyenderkan badan dan balik menatap seseorang yang menyiapkan sebuah cake itu. Sesaat kemudian Kyungsoo mengalihkan pandangan menuju makanan yang disajikan tadi, ia mengangguminya. Strawberry berada di atas dengan cream yang berada di sekitarnya.
"Terimakasih." Kata Kyungsoo memulai. "Tetapi, aku tidak memesan apapu—"
Kyungsoo menghentikan kalimatnya ketika ia mendongak menatap orang yang mengantarkan cake itu. Ia adalah seorang Namja. Seorang Namja tinggi dengan senyum yang menawan, jajaran gigi putih sangat kontras dengan pewarnaan kulit tan yang dimilikinya.
"Aku…" Kyungsoo mengerutkan dahinya, merasa kenapa ini terlihat tidak asing? Dia juga terasa tidak asing.
"Strawberry Shortcake pesanan anda, Tuan." Ujar Namja itu dan Kyungsoo merasakan suara lembut dan tajam—bukan berarti kasar—dari Namja itu.
"Aku tidak memesan apapun." Jawab Kyungsoo lambat, masih sibuk mengamati si 'pengantar' itu karena ia merasa seperti ia pernah bertemu Namja ini di suatu tempat.
"Apakah kita pernah bertemu?" tanya Kyungsoo dan Namja satunya malah membalas dengan tersenyum. Ini lagi, senyum yang terasa tidak asing. Dan, oh.. Kyungsoo merasakan seseorang mengguncang-guncangkan bahunya. Kyungsoo berpegangan pada pinggir meja, ia yakin bahwa tehnya akan tumpah akan tetapi tiba-tiba muka Baekhyun muncul begitu saja di hadapannya.
"Kembali ke dunia nyata, Kyungsoo." suara Baekhyun memenuhi alat pendengaran Kyungsoo, ia lantas merengut dan menjauhkan kepalanya dari Baekhyun. Kyungsoo mengerjapkan mata dan membawa pengelihatannya berkeliling, dan akhirnya ia menyadari bahwa ini masih berada di perpustakaan. Pengunjung perpustakaan menaruh pandangan pada mereka berdua membuat kepala perpustakaan menghadiahkan tatapan tajam pada Baekhyun dan Kyungsoo—dengan maksud menyuruh mereka diam.
"Sssshhtt!" Kyungsoo menarik Baekhyun untuk duduk kembali. "Tidak usah keras-keras! Kau tahu? Aku masih bisa mendengarmu!"
"Kau mendengarku, huh?" kata Baekhyun seraya menyilangkan dada dengan senyum menggoda. "Kalau begitu, apakah kau mendengarkanku ketika aku mengatakan bahwa aku menyelesaikan tugas bagian terakhirmu?"
Kyungsoo mengerjap. Ia lantas mengambil kertas tugasnya dan menemukan tulisan tangan Baekhyun tertera di sana—di bagian terakhir tugas Kyungsoo.
"Terimakasih." Kata Kyungsoo setelah menghembuskan napas panjangnya, dan sekarang tangannya mengusap-usap dahi. "Aku minta maaf, aku hanya benar-benar—"
"Lelah. Aku tahu, Kyung." Kata Baekhyun seraya mengerutkan dahi. "Tapi, apakah kau yakin kau baik-baik saja? Kau selalu tertidur di waktu dan tempat yang tidak tepat akhir-akhir ini."
Kyungsoo mengangguk dan tersenyum ke arah sahabatnya. "Aku baik-baik saja. Seperti katamu tadi, aku hanya terlalu lelah."
Baekhyun mengambil dan menyampirkan tasnya seraya membantu Kyungsoo berdiri. "Baiklah kalau memang begitu. Kajja, kita terlambat untuk mata kuliah selanjutnya."
Kyungsoo mengerang ketika ia membiarkan Baekhyun menariknya keluar dari perpustakaan.
NOCTURNA SUPPRESSIO
Tukang pencuci piring. Kyungsoo diturunkan menjadi tukang pencuci piring.
Kyungsoo menendang kerikil yang berada di tanah dan bejalan ke depan menuju dormnya. Dia marah sekaligus lelah karena berita yang datangnya tiba-tiba dari bosnya tadi. Bertepatan ketika Kyungsoo datang lebih awal untuk bekerja.
"Keponakanku ada di sini, dan dia membutuhkan pekerjaan, jadi dia akan mengambil alih menjadi kasir untuk sementara. Dan, untukmu Kyungsoo, kau akan beralih mengerjakan mencuci piring." Kata Bosnya dan Kyungsoo ingin sekali membalasnya dengan perkataan : "Bukankah kau bilang aku lebih baik menyapa dan bertemu pelanggan?" tetapi Kyungsoo masih mengingat bahwa ia masih membutuhkan uang dan pada akhirnya Kyungsoo hanya bisa menggigit bibir sebagai jawaban.
Kyungsoo menghentakan kakinya di anak tangga pertama, ia membungkukan bahu dan kepalanya rendah. Terserah. Mungkin bekerja mencuci piring itu tidak terlalu menyedihkan.
Kyungsoo memasuki ruangan yang ia tempati bersama Baekhyun yang sekarang sudah tertidur dengan headphone. Tanpa menghidupkan lampu utama, Kyungsoo melemparkan tasnya ke salah satu sudut ruangan dan langsung mengganti baju yang lebih nyaman sebelum menggiring tubuh lelahnya ke bawah selimut.
Ia memasang alarm dua jam sebelum kelasnya dimulai dan tidak memperdulikan bahwa ia sudah tertidur bahkan sebelum kepalanya menyetuh bantal.
NOCTURNA SUPPRESSIO
Kyungsoo berjalan terburu-buru melewati jalan, mengutuk hujan. Sepatunya sudah basah kuyup dan ia mengomel sepanjang perjalanan ketika merasakan cipratan air di bawahnya. Pakaiannya melekat padanya seperti kulit kedua dan ia bertanya-tanya pada diri sendiri untuk yang ketiga kalinya kenapa ia tetap tidak bisa mengingat untuk membawa payung?
Sebuah mobil melesat dan membuat Kyungsoo berhenti dan memegang dadanya mengatur napas, ia menengok ke sana-kemari untuk mencari tempat berteduh. Dia merasa sangat kedinginan sekarang dan ketika ia menyebrang jalan, sebuah payung besar memberikan tubuhnya perlindungan dari titik air. Kyungsoo kaget setelah ia mendongak dan melihat siapa yang memegangi payung itu. Namja itu..
Dia..?
Kyungsoo tahu siapa dia. Ia telah melihat sebelumnya. Dia lupa kapan dan di mana ia melihat tapi, Kyungsoo tahu wajahnya. Namja tinggi dengan kulit gelap dan senyum menawan.. wajahnya membuat Kyungsoo mengingat rerumputan dan juga cake, tetapi, lagi-lagi Kyungsoo tidak bisa memahami apa hubungannya dengan ini?
"K—au, si—siapa?" tanya Kyungsoo dengan gigi bergeletak karena kedinginan dan Namja satunya hanya memutar pandangan ke sekeliling.
"Ayo." Katanya dan menggenggam tangan Kyungsoo dan menuntunnya ke seberang jalan.
Tangan Namja ini hangat dan halus, Kyungsoo terasa seperti yang menggenggam tangan ini. Tangan ini adalah satu-satunya benda yang bisa membuatnya hangat sekarang dan ia sangat menginginkan kehangatan ini. Semuanya terasa menjauh dari sesuatu yang berunsur beku dan dingin.
Mereka berbelok di ujung jalan, berjalan terus melewati jalanan yang ramai. Kyungsoo sama sekali tidak merasa asing dengan Namja ini, dengan tangan hangat yang masih membungkus kedua tangan dinginnya. Kyungsoo mencuri pandangan ke arah Namja itu di sela-sela langkah mereka, ia masih bertanya-tanya dimana ia melihat Namja ini sebelumnya hingga hujan selesai barulah ia sadar. Namja itu memperlambat jalan dan menurunkan payungnya, sementara Kyungsoo mengusap wajah dengan tangannya.
"Terimakasih." Kata Kyungsoo, membetulkan bajunya. "Tapi, kenapa kau membantuku?"
Namja itu hanya melemparkan pandangannya ke badan Kyungsoo yang basah kuyup, dan untuk Kyungsoo sendiri, ia merasa malu dengan tatapan yang Namja itu berikan kepadanya.
"Aku hanya kebetulan lewat." Namja itu mengangkat bahu acuh seraya menatapnya kembali dan Kyungsoo bisa melihat sepasang mata indahnya. Menakjubkan. Pikirnya. "Kau terlihat membutuhkan bantuan."
"O—oh? Terimakasih." Jawab Kyungsoo kemudian, dan tiba-tiba ia teringat di mana ia melihat Namja ini sebelumnya.
Café itu dan padang rumput.
"Kau…" Mata Kyungsoo menatapnya hati-hati. "Apakah kau lelaki yang ada di mimpiku?"
Namja itu malah tertawa untuk beberapa saat dan Kyungsoo bisa mendengar alunan tawa yang indah di telinganya.
"Wow. Itu adalah hal paling murahan yang pernah aku dengar." Namja itu lantas menyeringai. "Tapi aku akan menerimanya."
Apa? Kyungsoo menganga menatapnya kemudian menggeleng. "Tidak. Tidak bukan seperti itu maksudnya."
Namja itu hanya bersanda di tiang lampu jalan terdekat, menatap Kyungsoo dengan tersenyum.
"Aku hanya bertanya karena… kau terlihat tidak asing."
Lagi-lagi, Namja itu hanya mengangkat bahu dan tidak menjawab dan Kyungsoo memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut sebelum Namja itu mulai menuduhnya sudah tidak waras.
"Well, terimakasih… um…" Kyungsoo menatapnya dan tersadar bahwa ia tidak tahu nama Namja yang berdiri menyender di tiang lampu jalan itu. "Siapa namamu?"
Tetapi, belum sempat Kyungsoo mendengar jawabannya, sesuatu yang berisik mulai berdering di telinganya dan sebelum ia sempat mengucapakan terimakasih dengan cara semestinya, Kyungsoo merasakan bahwa ia terbangun.
To Be Continue
Well special thanks to~! Purpleskies who is gave me a permission to translate this story.. And, once again.. i do not own this story. this story belongs to Purpleskies.
Well.. Raein kembali dengan ff translate yang berjudul Nocturna Suppressio.. hehehe.. singkat cerita, ini adalah ff paling saya sukai makanya saya translate ini, maaf untuk typo di ff Default State Of Being. Sebetulnya waktu aku edit tuh ff udah bener, tapi waktu upload document dan publish malah jadi kaya gitu.. maaf untuk readers yang kemarin sempat bertanya di review Default State Of Being.. saya minta maaf. Untuk author Sexy Rose terimakasih sudah mau menemani saya ketika sedang mentrasnlatekan fic ini hehehe XD. And my dearest silent readers! One comment doesn't hurt that much.. so please give a comment. kalian para readers, boleh merekomendasikan ff ini untuk dibaca dan review, tetapi, jangan pernah menyarankan orang lain atau diri kalian sendiri untuk me reupload story ini tanpa ijin..
maaf kalau masih ada typo yang tersisa..
Terimakasih untuk semuanya..^^
Read original story :
www . asianfanfics dot com /story/view/387220/1/nocturna-suppressio-exo-kai-k yungsoo-kaisoo
*tolong hilangkan spasi serta kata 'dot' itu diganti dengan tanda titik untuk membaca original story.
Last Word Review and Favorite please! :)
