Hallo semua, Hana kembali membenahi fanfic ini. Niatnya sih, mau di publish ulang. Tapi, entah kenapa, Hana malas publish ulang. Jadi, cuma Hana edit saja. Yang udah baca mungkin berminat review lagi? ^^ Review ne, ne, ne? ^^


ENJOY


Kamichama Karin © Koge-Donbo

Playboy

Warning : GaJe, Aneh, Sulit dipahami, OOC, Typo & Miss Typo, De Es Be.


1 : I Hate You


"P.U.T.U.S! Kau paham kan?" ucapku meninggikan suara di awal dan mengejanya. Aku menatap sosok di depanku datar—Rika Karasuma. Sedikit merasa jengkel karena ia sama sekali tak mengerti ucpanku yang kuucapkan sejak tadi. Dia ini bodoh atau apa sih? Kenpa tak juga paham-paham!

"Kenapa? Kenapa kita putus Kazune?" tanya Rika yang menahan tangis di depanku.

"Karena aku tak menyukaimu! Kau itu sudah tak kuanggap pacar lagi! Kau membosankan!" kataku sambil berjalan pergi meninggalkannya.

Rika kini menanggis dengan histeris. Tapi aku tak menggubrisnya. Dia kan sudah bukan siapa-siapaku, jadi buat apa aku urusnya? Malah merepot bukan jadinya kalau aku mengurusnya? Dia juga sangat menyebalkan, manja, dan genit pula! Aku menyusuri jalan menuju kantin. Beberapa siswi yang berada di sekitarku. Berteriak histeris karena melihatku. Ya, aku—Kazune Kujyou—adalah siswa dengan wajah yang di atas rata-rata, aku pintar, dan juga kapten klub basket di sekolahku. Wajar bukan kalau banyak fansgirl yang mengerubungiku? Tapi, aku tak menggubris mereka. Dengan santai aku berjalan melewati mereka.

Di kantin, aku bertemu Jin Kuga sahabatku yang sering menjadi rivalku sekaligus pacar adikku yang tersayang—Kazusa dan Michiru Nishikiori sahabat lamaku yang tengah asyik makan siang. Mereka seperti merasakan kehadiranku dan menenggok ke arahku.

"Bagaimana? Kau jadi putus sama Rika?" tanya Jin saat aku duduk di sampingnya.

"Ya," jawabku singkat.

"Dasar playboy!" ucap Michi sambil menggeplak kepalaku dengan tangan kananya. Aku mengusap kepalaku dan menatap Michi tajam. Sedangkan Michi? Dia hanya tersenyum atau lebih tepatnya nyengit tiga jari padaku. Aku mendengus melihat perilakunya.

Michi bilang jika aku playboy? Ya, aku memang playboy di sekolah ini. Aku sudah bergonta-ganti pacar puluhan. Ah... tidak, kurasa lebih! Mungkin sudah ratusan kali aku bergonta-ganti pacar. Ya, aku memang mudah bosan pada seorang. Bosan? Langsung ganti! Itu adalah kebiasaan yang sudah terprogam di kepalaku secara otomatis.

.


.

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Tapi, aku belum juga pulang. Itu karena menunggu adik kembarku—Kazusa Kujyou. Aku menyandarkan tubuhku pada batang pohon sakura di taman sekolah. Kutatap jam tangan putih yang berada di pergelangan tangan kiriku. Kini sudah jam 14.55 JST.

"Lama sekali," ucapku sambil mendengus sebal. Aku tak suka menunggu, apalagi menunggu seorang perempuan terlalu lama. Mereka itu lama dan lambat, tapi itu tak berlaku untuk adikku. Tapi, kali ini aku akan sabar menunggu adikku. Tak lama, Kazusa datang bersama seseorang. Aku menarik napas pelan. Lega, karena Kazusa segera tiba. Berarti, aku akan segera pulang dan bermain dengan PSPku.

"Maaf, agak telat!" ucapnya saat di dekatku.

Aku hanya mengangguk pelan. Kutatap orang yang berada di sampingnya. Gadis dengan rambut brunette yang diikat dua, mata dengan iris berwarna emerald—Hanazono Karin. Itulah nama gadis itu. Aku menarik napas panjang. Aku menyabarkan diriku, karena pulang dengan Karin. Cewek yang amat, sangat, banget menyebalkan dan cerewet minta ampun. Kami segera pulang bersama, aku berjalan di samping kanan Kazusa dan di sisi kirinya Karin. Suasanya sunyi menyelimuti kami, sampai ketika Kazusa memecah keheningan.

"Karin, kau akan datang dengan siapa di pesta dansa sekolah?" tanya Kazusa.

"Aku tak tau. Yang jelas tidak bersama monster kelinci pirang yang buruk rupa di sampingmu itu," jawabnya enteng.

Apa? Monster kelinci pirang yang buruk rupa? Hei dengarkan dulu nona jelek dan ancur! Kau itu monster coklat yang jelek tau! Aku benar-benar benci padanya. Sungguh menyebalkan sekali dia! Kazusa yang mendengar itu hanya tertawa. Ia menyikut lenganku sambil tertawa. Aku mendengus kesal mendengar ucapan gadis jelek itu.

"Aku juga tak ingin datang dengan cewek jelek sepertimu!" balasku sambil menjulurkna lidah dan berlari di depannya. Saat aku berlari, aku menabrak tiang listrik. Otomatis, aku jatuh. Kami-sama! Dahiku rasanya amat sakit karena membentur tiang listrik yang keras itu. 'Kenapa harus ada tiang di depanku sih?' batinku dan menatap tiang listrik pembawa masalah itu tajam. 'Aish... Appo!' aku mengusap dahiku dengan pelan.

"Dasar baka! Lihat kemana kau berlari!" ejeknya sambil menjulurkan lidah ke arahku. Aku menggeram pelan mendengar ucapannya. Kazusa segera membantuku berdiri. Aku menatapnya tajam. Dia sama sekali tak takut, malah dia semakin menjulurkan lidahnya dan menatapku dengan tatapan meremehkan. Aku mendengus. Segera aku mendekatinya dan mendorongnya hingga ia jatuh.

"Hei! Dasar playboy jangan berani-beraninya kau melakukan hal itu lagi!" teriaknya dengan lantang.

"Kenapa? Takut?" ucapku tak kalah keras dengan suaranya.

Ia menatapku dengan tajam. Dan! PLAK!—tamparan yang panas dan tak seharusnya mengenai wajah tampanku ini menghiasi pipi kananku. Cap 5 jari berwarna merah menghiasinya. Aku menatap Karin tajam. Tapi, aku terkejut, saat melihat manik emerald itu tengah menatapku dengan sangat marah. Matanya benar-benar mengisyaratkan kalau ia amat marah padaku. Kazusa yang melihatnya kaget. Ia sedikit berjalan mundur dari kami berdua.

"Dengar Ugly Prince! Jangan kau buat aku tambah marah padamu! Karena membuat Rika menangis. Dan aku tak pernah takut padamu! Kau ini hanya playboy cap kaki 5 yang memuakkan!" teriak Karin lalu segera pergi.

'Gadis aneh, jelek, menyebalkan! Dasar monster mata hijau! Kau itu jelek sekali! Sangat amat jelek bahkan!' omelku padanya. Kazusa menatapku cemas.

"Kazu-nii! Kau baik-baik saja?" tanya Kazusa cemas. Hal itu terlihat dari raut wajah dan suaranya.

"Ya, aku tak apa. Ayo kita pulang," aku segera menarik tangan Kazusa dan berjalan pulang. Kazusa mengangguk. Dan segera melanjutkan perjalanan menuju rumah. Aku memegang pipiku yang luar biasa sakit karena cewek jelek bernama Karin itu. Sesampainya di rumah, segera kuobati bekas tamparan plus luka terbentur tiang itu. Aku benar-benar benci padanya! Akan kubalas kau Karin! Ingat itu! Camkan ucapanku! Aku tak akan berbohong!

.


.

Esoknya, aku sudah menyiapkan rencana untuk balas dendam pada Karin. Semalam, aku menemukan cara jitu untuk balas dendam dengan Karin. Bel istirahat makan siang sudah berbunyi, aku segera pergi menunggu Karin di tempat biasanya makan siang dengan teman-temannya bersama Michiru dan Jin Kuga. Tak lama Karin, Kazusa, dan Miyon datang. Karin terkejut saat ia melihatku. Ia menatapku tajam. Aku hanya tersenyum simpul menatap tatapannya.

"Apa maumu?" tanyanya dingin sambil duduk.

"Ih~ Kok dingin sih? Nanti aku tak suka lagi lho!" jawabku sambil mendekatinya. Matanya melotot ke arahku. Tapi, aku tak perduli dengan itu. Aku berjalan semakin mendekatinya. Tangannya sudah bersiap siaga memberi tamparan atau mungkin tonjokan yang lebih dari kemarin. Aku menunjukkan setangkai bunga mawar. Matanya terbelalak. Mulutnya sedikit menganga karena shock. Begitu pula orang-orang yang berada di sekitarku. Ia menatap heran bunga mawar yang aku tunjukan pada Karin.

Jin yang tak percaya hal itu segera mencubit pipi Kazusa dan berakhir naas karena Kazusa memukul kepala Jin dengan keras. Michi menepuk pipinya perlahan. Mencoba mengatakan bahwa ia tak bermimpi. Dan Miyon? Dia hanya shock melihat apa yang aku lakukan.

"Jangan bercanda!" ucap Karin sambil mengambil ancang-ancang untuk menampar. Ia kini akan menamparku. Tapi, segera kutahan tangan kanannya dengan tangan kiriku. Ia terkejut bukan main. Aku selipkan bunga mawar itu di antara rambut brunettenya.

Rona merah tipis menghiasi wajahnya. Dia malu? Yep! Sepertinya rencanaku akan berhasil. Aku menyeringai sesaat. Aku yakin rencanya ini akan sukses "Sudah ya!" ucapku sambil berlalu dam melambaikan tangan padanya. Sambil meneriaki namanya. Aku meninggalkan Michiru dan Jin yang masih terheran-heran. Tak lama, Michi dan Jin mengejarku. Kuamati Karin dari jauh. 'Ini baru awal rencanaku! Tunggu saja nanti!' batinku sambil menyeringai puas.

"Apa kau gila? Memberi setangkai mawar pada Karin? Bisa-bisa kau mati di tangan Karin!" ucapku Jin yang masih shock dengan kejadian tadi.

"Mungkin," jawabku enteng. Dan berjalan bertambah cepat. Meninggalkan Jin dan Michi yang masih shock setengah mati atas kejadian 5 menit yang lalu.

"Dia sudah tak waras lagi," bisik Michi pada Jin dan dijawab Jin dengan anggukan kepala mengiyakan.

.


.

Bel pulang sudah bergema memenuhi seluruh lingkungan sekolah. Semua siswa-siswi kelasku berteriak senang. Yoshi-sensei segera mengakhiri pelajaran Biologinya dengan berdoa. Setelah itu siswa-siswi berhamburan keluar kelas dengan tergesa. Kini, hanya tinggal Karin, Kazusa dan aku yang berada di kelas.

"Ayo kita pulang!" ucapku sembari menarik tangan Kazusa dan Karin bersemangat.

Karin diam tak merespon. Jadi, aku dapat menariknya dengan tenang. Entah kenapa kurasa tangan Karin amat hangat. Aku merasa nyaman saat menyentuh tangan dengan kulit berwarna putih itu. Tapi, segera kutepis pikiran aneh itu. Saat sampai di luar gerbang sekolah. Karin menjauh dariku, atau lebih tepatnya menjaga jarak dariku. Karena aku berada di tengah dengan di sisi kanan Karin dan sisi kiri Kazusa.

"Hei Karin!" ucapku.

"Hn?" hanya itu yang terucap dari bibir Karin. Ia menatap jalanan datar. Bunga mawar yang kuselipkan di rambutnya masih rapi di tempatnya. Aku menyeringai tipis. Aku segera menatapnya dengan tatapan lembut.

"Sudah dapat pasangan untuk pesta dansa besok?" tanyaku ramah.

"Belum," jawabnya datar tanpa menoleh ke arahku.

"Aduh... Panas nih!" gurau Kazusa sambil mengipas-ngipaskan tangannya pada dirinya—berusaha menjadi kesejukan.

Aku menatap tajam ke arah Kazusa. Tatapan tajam yang mengisyaratkan 'Jangan-katakan-yang-aneh-aneh-atau-kan-akan-menyesal!' . Kazusa yang melihatku hanya tersenyum jahil. Lalu hanya nyengir tak jelas. Aku menarik napas panjang. Kazusa sedikit mencondongkan tubuhnya padaku.

"Kau nanti suka lho Kazu-nii!" bisiknya di telingaku. Aku sama sekali tak menggubrisnya. Kami berjalan hingga saat sampai di perempatan jalan. Karin berjalan ke arah selatan sedangkan Kazusa dan aku ke arah utara.

"Sampai jumpa sweety!" teriakku pada Karin.

"Jangan panggil aku sweety bodoh! Dasar Ugly Prince!" balasnya berteriak dengan ketus. Aku menyeringai. Aku yakin rencanaku ini akan berjalan lancar. Aku berlari menuju rumah. Meninggalkan Kazusa di belakang.

"Kau sangat aneh ini melebihi dari biasanya Kazu-nii!" ucap Kazusa.


To Be Continue


.

.

What do you think?

Is it a bad story?

Leave your opinion in review please!