.

A CERTAIN ROMANCE

"Let's embrace the point of no return"

.

Pairing: Kaisoo (Jongin/Kyungsoo)
Rating: M (Mature, read at your own risk)
Genre: Romance, Drama (of course, it's me. Duh!)
Warning: Dirty Talk, Mature Content, Fail Smut, Cliche. Repeat, cliche, cliche, cliches.
Notes: Special for my dede-dede gemay Sinta and Sabrina. Me love ya both!

.


CHAPTER ONE
DISPOSITION


"Kau mendengarkan?" tanya Kyungsoo setengah jengkel, ujung pensilnya masih belum terangkat dari atas halaman buku tulis walaupun ia sudah selesai menjelaskan cara kerja rangkaian listrik lebih dari satu menit lalu.

Ia—seharusnya sudah berada di rumah. Namun permintaan dari seorang guru mengacaukan jadwalnya. Kyungsoo terpaksa harus menunda waktu pulang sekolah hanya untuk mengajarkan beberapa materi bagi seorang murid yang menurut Mr. Kang sangat butuh bimbingan.

Sialnya, Kyungsoo menerima permintaan itu tanpa mengetahui bahwa seseorang yang dimaksud adalah dia.

Lelaki yang duduk berseberangan dengannya ini memiliki banyak nama panggilan—Kai, Kkamjong, Kim Kai, tetapi Kyungsoo yang sudah muak memilih untuk mempertegas intonasinya dengan memanggil, "Kim Jongin," mengulang pertanyaan sebelumnya, ia melanjutkan, "kau mendengarkan?"

Jongin tetap tampak tidak acuh, bersiul kecil seolah tidak mendengarkan apapun sembari mengorek telinganya menggunakan kelingking. Melihat tanggapan yang ia terima, Kyungsoo segera menyambar kedua kaki lelaki yang berada di atas meja itu hingga terjatuh. Oh, ia sungguh tidak ingin membuang waktu untuk hal remeh semacam ini.

Pandangan Jongin akhirnya berpaling ke arahnya, terdapat satu seringai misterius yang lelaki itu simpan di sudut bibir.

"Aku tidak mendengarkan. Tahu kenapa?" Jongin menyandarkan dagu ke salah satu kepalan tangan, wajahnya mendekat ke Kyungsoo sepersekian centi. "Karena aku tidak peduli."

Mendengar itu, Kyungsoo mendengus sinis. "Menurutmu aku peduli? Ketahuilah, aku hanya menuruti perintah Mr. Kang."

Jongin tertawa mengejek, menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku tanpa melepaskan pandangan ke Kyungsoo. "Well, well, well. Do Kyungsoo—The Teacher's Pet." Lelaki itu mendesis jijik, "What was I thinking? Penjilat sepertimu pasti akan selalu patuh."

Mata Jongin memindainya sejenak dan Kyungsoo tahu persis apa yang Jongin tangkap darinya. Seragam berlipit rapi, sepatu hitam mengkilap, buku catatan terisi penuh, serta tulisan tangan teratur. Lelaki itu pasti menyimpulkan sesuatu yang sama dengan berpuluh orang yang mengenalnya.

"Dunia akan mudah menghancurkan lelaki naif sepertimu."

Tetapi, keliru.

Inilah yang membuat Kyungsoo menyukai dirinya sendiri—sang serigala berbulu domba. Penampilan serta postur tubuhnya begitu mudah menciptakan persona menyenangkan bagi lingkungan sosialnya. Kenyataan—bagaimanapun, berkata sebaliknya.

Do Kyungsoo jauh dari semua pemikiran orang-orang itu.

"Ah, begitu?" balas Kyungsoo tenang, senyum manis hilang berganti seringai yang serupa dengan milik Jongin. Ia dapat mendeteksi perubahan raut lelaki di hadapannya. Entah mengapa, Kyungsoo merasa begitu tertarik untuk membuat kejutan saat ini, tepat di wajah sombong Kim Jongin yang berangsur berhenti memasang mimik merendahkan. "Aku akan membuka satu rahasia khusus untukmu; aku sudah mengetahui lebih tentang segala sesuatu yang harus aku ketahui."

Bahu Jongin menegak, lelaki itu melepaskan sengal sumbang yang tidak meyakinkan. "Kau membual."

Dengan sorot persuasif, Kyungsoo menjawab cepat, "Butuh bukti?"

-[-].[-].[-]-

Kyungsoo berakhir di sudut sepi perpustakaan sekolah—berlutut dengan rambut tercengkram sementara Jongin mendorong masuk kejantanan lelaki itu ke dalam mulutnya. Suara benturan antara kepalanya dengan rak buku terdengar beberapa kali setiap Jongin menguatkan gerakan. Kedua tangan Kyungsoo mengerut di paha Jongin, berusaha mengimbangi permainan kasar lelaki yang tengah menguasainya.

"So, you're just a little slut, aren't you?" Bisik Jongin, jemarinya menghentak dagu Kyungsoo kuat untuk menemukan pandangan mereka.

Kyungsoo merespon dengan hisapan yang segera memancing serapah hingga Jongin tidak bisa menolak untuk menghujamkan miliknya lebih dalam lagi.

Jongin sungguh tidak bisa mengungkapkan dengan pasti seberapa banyak ia menyukai ini.

Lelaki yang sibuk mengulum miliknya itu masih mempertahankan wajah lugu. Bola matanya yang hitam memandang Jongin dengan kilat sensual. Sesekali, lidah Kyungsoo bahkan bermain. Memberi jilatan dari pangkal hingga ke ujung sebelum menelan seluruh miliknya dengan rakus.

"Seharusnya aku memanfaatkan bibirmu sedari dulu." Ucap Jongin parau. Klimaksnya sudah di tepi dan ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. "Gonna cum, baby."

Kalimat itu menjadi sinyal ke kungsoo untuk mempercepat gerakan. Ia memindahkan salah satu tangannya ke pangkal milik Jongin sebelum menyamakan irama dengan bibirnya yang mulai bengkak dan memerah.

"Fuck." Jongin berdesis bersamaan dengan cairan hangat yang memenuhi mulut Kyungsoo. "That's it. Take it all."

Sesuai perintah Jongin, Kyungsoo menelan semuanya. Memanjakan Jongin dengan sedikit pertunjukan ketika ia menjilat sisa-sisa yang ada. Kemudian seperti tidak terjadi sesuatu di antara mereka, ia bangkit, merapikan seragam sekolahnya sendiri. Memasukkan kemeja ke dalam celana serta menata rambutnya—menjadi Do Kyungsoo yang biasa Jongin lihat selama ini.

Isi kepala Jongin dapat dikatakan sudah berantakan akibat teka-teki terkait Kyungsoo yang mengejutkannya. Tetapi ia masih memiliki sedikit akal untuk merengkuh pinggang Kyungsoo, menghalangi lelaki yang hendak beranjak itu.

Oh, mustahil Jongin melepaskan mangsa yang sudah ada di genggaman begitu saja. "Tomorrow, same place, bring lube."

Di luar praduganya, Do Kyungsoo mengangguk.

-[-].[-].[-]-

Hubungan mereka terjalin berlandaskan pada satu kewajiban dan satu hak—Jongin harus mendengarkan semua materi yang disampaikan Kyungsoo dan sebagai timbal baliknya, Kyungsoo akan melakukan apapun yang Jongin mau.

Walaupun hal itu terdengar timpang bagi telinga umum, namun Kyungsoo adalah sesorang yang ambisius. Ia rela melakukan apa saja demi mendapatkan nilai tambahan untuk mempertahankan peringkat pertamanya.

Jadi, setelah Jongin menyelesaikan ujian kecil darinya sebagai bukti bahwa lelaki itu benar-benar memahami apa yang ia ajarkan, Kyungsoo tidak lagi menyuarakan protes ketika Jongin menariknya ke sudut yang sama kemudian melucuti celana seragamnya.

Lelaki itu membuat pipi kirinya melekat ke rak buku, bagian bawah tubuhnya telah terekspos secara sempurna, dan tidak lama kemudian beberapa tamparan mendarat di sana. Kyungsoo dapat merasakan mata Jongin tengah menjelajahinya dari belakang. Ia tetap berusaha diam dalam posisi yang sama, membiarkan jemari Jongin yang sudah berlumur lubrikasi berjingkat dari paha hingga ke bagian masuknya.

"I'm gonna fuck your brains out." Desah Jongin pelan, sebelum lelaki itu memasukkan kedua jarinya sekaligus ke dalam Kyungsoo. "Apa ada yang tahu bahwa kau bisa berbuat senekat ini demi sesuatu?"

Sindiran Jongin tidak berpengaruh apapun ke Kyungsoo. Ia tahu kalimat itu hanya untuk merendahkannya karena mereka berada pada dua sisi yang bertolak belakang. Sebagai balasan Kyungsoo justru menurunkan pinggulnya, memaksa jari Jongin jauh lebih ke dalam. Seberapapun Kyungsoo mencoba mengelak, tubuhnya tidak bisa berbohong bahwa ia juga mengantisipasi ini.

"Kau menyentuh dirimu sendiri semalam?"

Kyungsoo sudah menduga Jongin akan mengetahuinya. Mengingkari hanya akan jadi sesuatu yang percuma. "Yes, I did."

"Aku juga." Sahut Jongin sambil menarik jarinya keluar. Tangannya kini bekerja untuk merangsang miliknya. "Tahu apa yang aku bayangkan?" Ia menenggelamkan ujung kejantannya ke dalam Kyungsoo, "Bagaimana rasanya," perlahan, "berada di dalam," sangat, sangat, sangat pelan, "sini."

Kyungsoo menggigit bibir seketika seluruh milik Jongin memenuhinya. Punggungnya membungkuk semakin turun saat Jongin mulai bergerak dengan ritme sedang yang semakin lama semakin meningkat.

Geliat yang mereka hasilkan setelahnya adalah arti murni dari kata candu. Jongin menghujamkan miliknya ke dalam Kyungsoo, mengerahkan semua inderanya untuk sejenak berpusat pada dinding Kyungsoo yang menjepitnya kuat.

Sedangkan Kyungsoo terengah, nafasnya memburu bersama gerak pinggulnya yang frustasi. Ia menginginkan sesuatu yang lebih kotor—ia menginginkan Jongin mendominasinya secara utuh.

Seolah membaca apa yang ada di pikiran Kyungsoo, genggaman Jongin mendadak mengerat di pinggangnya. Kemudian hentakan-hentakan keras beruntun segera tercipta. Kyungsoo menutup mulutnya kuat, meredam suara desahan akibat sensasi yang mengusir akal sehatnya.

Jongin tiba-tiba menarik salah satu kaki Kyungsoo ke atas, menumpukannya di lipatan lengan sehingga ia dapat menghantamkan miliknya lebih dalam. Kyungsoo meloloskan lenguhan pelan dan Jongin menyayangkan mengapa situasi tidak mengizinkannya untuk mendengar suara indah Kyungsoo dengan jelas.

"Besok," Jongin berucap, "aku ingin mendengar semua suara yang keluar dari bibirmu." Ia menggeram sejenak karena kalimat itu ternyata membuat bagian dalam Kyungsoo berkedut meremasnya. "Kita bisa belajar di ruang tidurku. Lalu setelahnya, aku akan menyetubuhimu lebih dari ini dan kau akan meneriakkan namaku begitu keras hingga tenggorokanmu sakit."

Bersama itu, Jongin menahan hujamannya serta menghentikkan gerakan putus asa Kyungsoo yang berusaha mendorong miliknya untuk kembali masuk.

"Aku ingin mendengar jawabanmu dulu, sayang."

Kyungsoo tersengal pelan, peluh di pelipisnya berjatuhan hingga ke dagu. "Whatever, Kai. Just fuck me."

Jongin tertawa melecehkan. Ia mencondongkan diri hingga dadanya bersentuhan dengan punggung Kyungsoo. "I'll take that as a yes."

Kemudian ia menghentakkan Kyungsoo ke belakang. Keduanya mendesah, suara pertemuan tubuh mereka menggema begitu nyaring. Jongin menghujam dengan sangat liar, membenturkan miliknya ke titik kenikmatan Kyungsoo berulang kali.

Kyungsoo merasakan penglihatannya kabur saat Jongin meraih miliknya dan mulai memompa sesuai dengan irama gerakan mereka. Puncaknya menjemput dengan luar biasa, ia bahkan tidak menaruh peduli pada jajaran buku yang menjadi bernoda di hadapannya.

Sementara Jongin yang masih mengejar kepuasannya terpejam kuat. Berada di dalam Kyungsoo merupakan suatu kenikmatan yang tidak terkira. Ia merasa bisa menyetubuhi lelaki ini setiap hari tanpa rasa bosan. Tubuhnya mendadak tegang ketika Kyungsoo menoleh, wajah lelaki itu tampak sayu dan Jongin tidak bisa menahan rasa bangga karena itu adalah hasil perbuatannya.

Ia klimaks dengan hebat.

Setelah beberapa tarikan nafas, Jongin mencabut miliknya dari dalam Kyungsoo. Lelaki di hadapannya berbalik, mencari kertas tisu dari dalam ransel untuk membersihkan cairan Jongin yang kini mengaliri pahanya.

Ketika Kyungsoo mendongak, tatapan mereka bertalian sesaat. Terdapat jeda cukup lama yang meneriakkan intensitas begitu pekat. Pandangan Jongin mengarah lurus ke bibir Kyungsoo begitu pula sebaliknya. Kyungsoo mengambil satu langkah mendekat sedangkan Jongin tetap berdiam diri.

Mata mereka kembali saling mengikat—mungkin sedikit terlalu lama karena Kyungsoo tiba-tiba mengetahui bahwa Jongin memiliki warna mata seteduh musim gugur. Ia juga mengetahui bahwa jarak mereka semakin dekat karena ia tidak bisa lagi membedakan antara wangi parfumnya dengan parfum Jongin. Ia juga mengetahui bahwa ini adalah wilayah bahasa tubuh yang berbahaya—karena mereka tidak sepatutnya bertukar romansa.

Maka dari itu, Kyungsoo mengusap pipi Jongin cepat, kemudian tersenyum simpul. "Sampai bertemu besok."

-[-].[-].[-]-

Mereka bersetebuh seperti binatang.

Di meja belajar Jongin, dengan kedua kaki Kyungsoo terbuka lebar serta celana yang masih bergelantungan di mata kaki. Jongin terus mengumpat setiap kali Kyungsoo meneriakkan namanya. Dugaannya sungguh tidak meleset. Suara Kyungsoo dapat meningkatkan gairahnya sesederhana lewat lenguhan berdesibel rendah. Klimaksnya datang lebih cepat, bersamaan dengan ungkapan kotor Kyungsoo yang memohon Jongin untuk segera mengisinya.

Di atas tempat tidur, dimana Kyungsoo menungganginya. Memantul dengan telapak tangan bertumpu kuat di dada telanjang Jongin. Ranjangnya berderit, meringkik seiring tiap gerakan naik turun Kyungsoo di atasnya. Jongin menyukai posisi ini. Ia dapat melihat setiap perubahan ekspresi Kyungsoo. Mulai dari sentuhan samar yang membuat Kyungsoo terpejam, hujaman tiba-tiba yang menghasilkan desahan memabukkan, hingga 'ah, Kai' ketika lelaki itu menegang, kemudian keluar dengan cairan yang membasahi perutnya.

Di dalam ruang janitor yang gelap. Kaki Kyungsoo melingkar erat di pinggang Jongin, kepalanya terkulai pasrah di bahu lelaki yang terus menusuk ke dalamnya tanpa ampun. Di gudang lantai atas sekolah, dimana Jongin memaksa Kyungsoo untuk memandang keluar jendela. Memberikan sedikit unsur tantangan karena siapapun yang melintas di sana dapat melihat bagaimana wajah Kyungsoo ketika sedang disetubuhi olehnya.

Juga sesi quickie yang tidak terhitung di sela-sela waktu istirahat. Jongin sering berakhir dengan rambut berantakan juga kemeja terkoyak di beberapa bagian sementara Kyungsoo harus menutupi tanda kemerahan di bagian lehernya sedemikian rupa.

Dan bagian paling menarik dari semua itu terjadi hari ini—ketika ia bersilang jalan dengan Kyungsoo yang tengah bercakap dengan Mr. Kang. Lelaki itu memiliki keberanian untuk menyapanya secara santun, bahkan membungkukkan diri. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Seakan sepuluh menit lalu Kyungsoo tidak baru saja mengulum kejantanannya di toilet sekolah.

Mr. Kang yang menyadari kehadirannya segera menanyakan bagaimana proses belajarnya dengan Kyungsoo berlangsung. Jongin tersenyum atas kesempatan yang pria tua itu berikan padanya. Ia sungguh ingin menguji seberapa jauh Kyungsoo dapat menjaga ekspresi.

"Oh, kami belajar sangat keras." Jawabnya. "Bahkan melampaui batas waktu, karena terkadang aku terlalu bersemangat dan Kyungsoo selalu mau melayani permintaanku dengan senang hati."

Jongin melirik ke Kyungsoo, lelaki itu terlihat menunduk malu-malu seolah sedang menerima pujian dan bukan kalimat bermakna ambigu yang dapat menyudutkannya. Ia mendengus pelan, berpikir bahwa Kyungsoo pantas mendapat tanda salut atas kemampuannya dalam berakting.

Mr. Kang tertawa gembira. Menepuk pundak Jongin pelan sebab peningkatan nilainya akhir-akhir ini. Pria tua itu juga mulai mengutarakan ocehan panjang lebar terkait akademisnya. Namun Jongin tidak menggubris. Penglihatannya terpaku pada noda lengket di surai Kyungsoo. Ingatannya berkelebat pada beberapa menit lalu, dimana Kyungsoo tengah berlutut dengan mulut menganga—bersiap untuk menerima spermanya. Tidak dibutuhkan alasan lain bagi Jongin untuk meyakini noda apa yang berada di sana.

Sesaat setelah Mr. Kang menutup mulut, Jongin langsung menyambar dengan, "Ada sedikit noda di rambutmu, Kyungsoo."

Kyungsoo membelalak cepat. Ia buru-buru meraba bagian depan rambutnya dan menemukan noda apa yang Jongin maksud. Kening Mr. Kang berkerut, pria itu menyipit untuk melihat lebih jelas ke rambut Kyungsoo.

Jongin menanti dengan sabar, menununggu momen pertamanya untuk melihat seorang Do Kyungsoo salah tingkah.

Tetapi Kyungsoo mendadak tergelak kecil. Tidak ada rasa gugup maupun getar ganjil terdeteksi di suaranya. "Ah, anak-anak kelas menempelkan permen karet ke rambutku sebagai lelucon. Mungkin aku harus membersihkannya lebih teliti." Ucapnya dengan begitu tenang. "Terimakasih sudah memberi tahu, Kai-ssi. That's very kind of you."

Oh, Tuhan. Bajingan kecil itu seharusnya menjadi aktor.


DISPOSITION: TO BE CONTINUED


.

Author's Note

me: hm, pwp would be cute
also me: *writes 2K+ of how kaisoo fuck like bunnies and inserts plots everywhere*
me: oh, well. *shrugs* *continue typing*

HELLO! MISS ME? CZ I MISS YOU MUCH MUCH MUCH!

GUESS WHO FINALLY GOT HER BACHELOR'S DEGREE? *applaud me pls*

Okay, jadi ini cuma fic ringan yang pendek dan (terkesan nyampah) aja. Karena aku lagi sibuk banget sama kerjaan baru (YASS I GOT A JOB TOO, FAMS!).
Mungkin bisa jadi dua sampe tiga chap? Dan aku belum yakin bisa ngelanjutin The Bullet of Elysium sekarang. Semoga kalian bisa memaklumi. EHEHEHE.

Ini aslinya cuma mau pwp, sumpah. Cuma ya gitu, kaisoo tuh suka gitu, pengennya nambah-nambahin ide di tengah cerita. Oh, iya minta maaf juga kalau bahasa dan penuturannya sedikit jelek. Aku udah lama banget ga nulis.

Do you guys still remember me, though?

Kalo iya, review please! Saran dan kritik lain juga sangat diterima!

ps. Get well super soon, our Ninibear!

XOXO

Sher.