A/N: Yosh… minna! Alyss TDoV kembali lagi! *datang tak diundang mode: on*
Setelah selesai membuat fic aneh tapi nyata bersama dengan imouto Alyss, Alice..sekarang Alyss mau buat fic yang lebih serius alias no humor..*BGM: TEETT-TEET!*
Kali ini, Alyss mau bikin sesuatu yang lain yang ada di hatiku..sesuatu..#digaplok Syahrhino#
Plus, mungkin ini fic pertama Alyss yang multi-shot (selain two-shots)
Fic ini juga sekalian mau nyoba saran dari Annasthacy Chashyme-senpai, buat pairing selain Jalyss, hehehe *mulai berpaling dari Jack-sama* #dihajar fans Jack se-Andromeda#
Jadi kali ini, buat para Jalyss lovers, Alyss uman bisa bilang maaf karena kalian semua tidak akan menemukan pairing kita tercinta itu..*ngibrit sebelum dilempari telur busuk*
Cukup terinspirasi dengan kisah nyata, tapi sebaiknya tidak perlu diungkap siapa..
Alyss harap, para readers bisa menikmati fic ini..*bows*
Saa..
Hajimemashou, minna…
Warning(S): OOC, OOT, Lebay, Drama-Queen mode: on, Alay, Misstypos dll.
Disclaimer(S): Pandora Hearts milik Mochijun-sensei seorang! Go Mochijun! *semangat '45*
Things You Never Know
2012 © Alyss The Duchess of Vessalius
Pandora Hearts © Jun Mochizuki
Pernahkah kau bermimpi?
Ya..bermimpi untuk memiliki kisah cinta..
Seperti yang sering kau lihat di anime-anime favoritmu?
Di komik dan novel kesayanganmu?
Pernahkah kau berharap untuk merasakannya?
Inginkah kau memilikinya?
"Kevin-senpai!"
Sebuah suara terdengar nyaring di tengah teriknya matahari pagi di Sablier membuat seorang anak laki-laki berambut kelabu membuka kedua matanya, menunjukkan warna mata yang tidak umum. Ya, warnanya merah gelap, segelap darah.
"Oh, kau, Lyss.."
Laki-laki yang dipanggil Kevin itu bangkit dari tempat ia berbaring sejak 30 menit terakhir. Ia merapikan bajunya dan membersihkannya dari rumpur-rumput yang menempel di baju seragam akademinya.
"Sedang apa kau di sini?" tanya gadis berambut baby-blue yang dipanggil Alyss oleh Kevin. Tangannya yang mungil masih menggenggam tiga tumpuk buku tebal materi pembelajaran hari ini.
"Bersantai, seperti yang kau lihat," jawab Kevin singkat. "Tumben sekali kau belum pulang?" tanyanya lagi.
"Belum, kelasku baru saja selesai.." jawab Alyss yang sekarang mulai kerepotan membuka map kulitnya. "Aku baru selesai membuat ini.." ia menyerahkan selembar kertas dengan sketsa gambar.
"Wow.." Kevin meraih lembaran itu sambil bersiul-siul kecil. "Kau benar-benar suka menggambar, yah.." komentarnya.
"Aku ingin meminta kritik dan saran darimu," kata Alyss polos sambil mengambil posisi di samping anak laki-laki itu.
"Kenapa tidak minta Charlotte-senpai saja? Bukannya dia lebih mahir dariku?" tanya Kevin yang masih belum melepaskan pandangannya dari lembaran kertas di tangannya.
"Hari ini dia tidak masuk.." jawab Alyss sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hmm.. begitu, yah.." Kevin hanya menjawab dengan suara kecil. "Menurutku bajunya sudah bagus, tapi proporsinya masih kurang pas.."
"Yah..kekuranganku memang di sana, kan?" Alyss tergelak sendiri. "Lagian, bukannya kau juga bermasalah dengan proporsi? Lotti-senpai juga bilang sendiri, kan?" balas Alyss tak mau kalah.
"Yah…yah...terserah kau sajalah.." Kevin hanya memandang adik kelasnya dengan tatapan datar. Ia benar-benar sedang ingin bersantai dan kehadiran Alyss di sini membuatnya tidak bisa istirahat sama sekali.
"Hmm..begitu, yah…" Alyss hanya menganggukan kepalanya pelan sesekali sambil menelusuri gambar sketsa yang diserahkan oleh kakak kelasnya itu.
Tiba-tiba saja keheningan menyelimuti mereka berdua. Hanya dentang lonceng sekolah yang terdengar. Tanpa sadar, Kevin memandangi Alyss dibalik rambut baby-bluenya yang terurai begitu saja. Pikirannya melayang ketika pertama kali mereka bertemu, ketika Charlotte-senpai mengenalkan mereka berdua sebagai sesama mangaka.
Alyss Baskerville, seorang siswa baru di Pandora Gakuen yang baru saja masuk tahun ini. Ia berasal dari Sabrie, bersama dengan saudara kembarnya, Alice Baskerville. Sejauh yang ia tahu, Alyss adalah sosok yang sangat ramah dan ceria. Sosok yang sangat cerewet untuk seorang pendiam seperti Kevin, dan selalu terlihat bahagia di mana pun, kapan pun. Ia baru saja putus dari mantannya Jack Vessalius yang berada di Leveiyu. Yah.. Kevin tidak tahu banyak mengenai Jack, tetapi, dari yang ia dengar dari Alyss, ia tahu bahwa Jack bukanlah sosok yang layak mendapatkan orang yang baik seperti Alyss.
"Senpai?" suara Alyss membuyarkan lamunannya. "Kau tidak apa-apa?" tanya gadis itu sedikit khawatir.
"Ah? Aku tidak apa-apa.." Kevin hanya tersenyum kecil.
"Oh..yokatta na.." ujar gadis itu sambil menarik napas lega.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?" usul Kevin sambil meraih tas selempangnya yang masih tergeletak di tanah.
"Tentu..tidak masalah," Alyss menyusul dari belakang.
Kevin menyadari Alyss berjalan dengan irama yang lambat. Sekalipun begitu, matanya tak lepas dari gadis itu. Anehnya, tanpa ia sadari, ia sudah berjalan beriringan dengan adik kelasnya yang terkenal sangat ceria dan cerewet itu. Pada dasarnya, ia tidak pernah keberatan berteman dengan Alyss. Baginya, semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Apalagi, Alyss tidak pernah merasa ketakutan dengan Kevin. Menurutnya, laki-laki berkulit pucat itu adalah sosok yang menyenangkan, dan itu sudah lebih dari cukup untuk bagi Alyss untuk menjadi alasan mengapa ia mau berteman dengan Kevin.
"Bagaimana kabar Jack?" suara berat Kevin tiba-tiba terdengar, membuat Alyss tersadar.
"Jack?" Alyss balik bertanya. "Hahaha… Aku tidak punya waktu untuk seseorang seperti dia, Senpai…" Alyss tergelak, sekalipun jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia merasa sakit luar biasa.
.
.
.
Sejak kecil, Alyss sudah terbiasa dengan penderitaan batin. Hatinya sudah cukup kebal dengan semua jenis pengkhianatan yang terjadi di sekitarnya. Dan apa yang sudah dilakukan Jack terhadap dirinya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Sekalipun ia kerap kali menangis di tengah malam saat semuanya sudah terlelap, atau mendesah pelan ketika mengingat sosok Jack yang sudah 3 bulan menjadi seseorang yang spesial dalam kehidupannya. Semua itu sudah seperti makanan sehari-hari seorang Alyss Baskerville. Dan ia berjanji bahwa sekalipun ia terluka atau pun sakit, ia akan tetap tertawa dan tersenyum untuk orang-orang disekitarnya. Ia tidak mau mereka mengasihaninya.
"Hmm.." Kevin hanya mengangguk pelan, tanda mengerti. "Aku mengerti bagaimana rasanya," katanya dengan nada yang standard.
Alyss hanya tergelak kecil mendengarnya. Ia tahu itu hanyalah basa-basi semata. Dan dia memang tidak terlalu peduli dengan semua basa-basi tidak berguna seperti itu. Jadi baginya, hal itu bukanlah masalah. Alyss mengangkat wajahnya dan menegadahkannya untuk merasakan terik matahari. Entah sejak kapan, ia mulai menyukai sinar matahari yang selama ini selalu menjadi musuh utama para gadis, apalagi ditemani terpaan angin kering di bulan Mei itu.
"Kau tidak apa-apa?"
"Hah? Tidak apa-apa kenapa?" tanya Alyss kebingungan.
"Bukankah biasanya gadis tidak suka wajahnya terkena matahari? Kau tidak pakai payung?" balas Kevin sambil menatap Alyss.
DEGG…
Alyss terkesiap mendengar jawabannya. Untuk pertama kalinya, ada laki-laki yang bertanya seperti itu padanya. Sungguh sebuah fenomena langka baginya. Ia tidak menyangka ada laki-laki yang peduli dengan kesehatan kulit seorang gadis yang bahkan tidak peduli dengan kulitnya sendiri!
"Hah.." Alyss hanya mendesah pelan sambil tersenyum kecil. "Aku tidak pernah terlalu peduli tentang hal remeh-temeh begitu.."
Entah mengapa, ia merasa perasaan yang berbeda dengan ketika mendengar jawaban Kevin barusan. Ia merasa….hangat dan nyaman. Entahlah, ia sendiri bingung untuk menjelaskannya dengan kata-kata. Tapi, yang pasti, ia merasa sangat lega karena..merasa bahwa ada orang yang mau peduli padanya.
"Bagaimana kalau kita ke perpustakaan saja?" usul Alyss yang langsung disetujui oleh seniornya tanpa banyak bicara lagi.
.
.
.
Perpustakaan Pandora Gakuen terkenal akan kelengkapannya. Bukan hanya buku-buku terbaru yang ada di sana, tetapi juga buku-buku langka dan tua masih tertata rapi di sana. Selain itu, tempat ini juga memiliki pemandangan yang indah ketika tirai jendela disibakkan. Para guru dan siswa dapat menikmati hamparan taman bunga yang indah yang menjadi taman belakang Pandora Gakuen. Tak heran bahwa perpustakaan Pandora Gakuen ini menjadi salah satu nilai tambah untuk para calon siswa yang masuk.
"Hey, Alyss!" sebuah suara menyapa Alyss, membuat kedua murid itu berbalik untuk melihat ke arah sumber suara itu.
"Oh, hai, Zwei!" Alyss balas menyapa sambil mengayunkan tangannya ke arah murid di ujung lorong rak buku yang menyapanya. Kevin hanya terdiam.
Untuk sesaat Kevin menyangka ia akan ditinggalkan oleh Alyss bersama dengan Zwei. Ia bukannya tidak mengenal Zwei, malah kalau bisa dibilang Kevin dan Zwei saling mengebal sejak mereka masih kecil. Hanya saja, sekarang mereka tidak seakrab dulu lagi. Tapi ternyata dugaannya meleset. Alyss sama sekali tidak melanjutkan percakapannya dengan Zwei lebih dari 'Hai'.
"Nah, ini adalah gambar yang masih belum bisa kutiru sampai saat ini," Alyss membuka sebuah halaman buku yang cukup tebal di depan Kevin. "padahal aku sudah meyukai gambar ini sejak aku masuk ke sini.." Alyss hanya menggembungkan kedua pipinya―tanda ia sedang kesal.
"Hmm," Kevin hanya mengeluarkan suara dibalik bibirnya yang terkatup. "Pose ini memang cukup sulit untuk digambar." Komentarnya.
"Aku pernah mencoba menggambarnya dan hasilnya benar-benar mengerikan.." Alyss bergidik sambil mengusap lengannya.
Kevin memandangi sosok di depannya itu. Ia tidak tahu harus berkata apa pada gadis bertubuh pendek itu. Pada dasarnya, ia cukup kagum melihat ketabahan Alyss ketika mengetahui bahwa Jack berselingkuh darinya. Dan.. Ia benar-benar merasa ada sesuatu dalam diri Alyss yang tidak ia temukan dalam diri gadis lain yang pernah ia temui. Ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana mungkin gadis seperti Alyss mau menganggap dirinya sebagai kakak laki-lakinya sendiri sementara semua temannya ketakutan melihatnya. Di tambah lagi dengan kenyataan bahwa ia juga berteman dengan Gilbert Nightray membuatnya merasa gadis ini benar-benar…unik.
"ALYSS!"
Suara teriakan seorang gadis yang bergema di seluruh perpustakaan membuat Kevin tersadar dari dunianya dan melihat ke arah sosok gadis berambut brunette yang berteriak tadi. Gadis itu terlihat mirip dengan Alyss―kecuali rambutnya yang berwarna cokelat gelap seperti kulit pohon oak yang berumur ratusan tahun. Tentu saja, tanpa perlu ditanya, Kevin tahu siapa gadis itu―Alice Baskerville, saudara kembar Alyss. Gadis itu sekarang berjalan ke arahnya untuk menemui saudara kembarnya.
"Alice, jangan berisik! Ini di perpustakaan!" Alyss berdesis pelan sambil meletakkan telunjuknya di depan bibirnya.
"Arghh.. Sudahlah, yang penting kita pulang sekarang! Dari tadi aku sudah menarimu ke mana-mana, ternyata kau asyik berduaan dengan kekasihmu yang baru!" cerocos Alice seenaknya.
PESSSHHHH..
Kevin hanya terbelalak kecil ketika mendengar kata-kata Alice. Ia memandang ke arah Alyss dan ia kaget luar biasa mendapati raut wajah Alyss semerah kepiting rebus. Alice sendiri sepertinya tidak peduli, ia langsung meraih pergelangan tangan Alyss dan menyeretnya keluar dari perpustakaan.
"Alice! Jangan menyeretku! Ah.. Senpai, maafkan aku, aku pulang dulu.. Sampai ketemu besok.." Alyss menyempatkan diri untuk menyapanya di sela-sela acara 'penyeretan' adik kembarnya itu.
"Ah, ya.. Sampai ketemu besok.." Kevin hanya menjawab dengan suara yang kecil.
Gadis itu menghilang di ujung pintu masuk perpustakaan bersama dengan kembarannya. Kevin hanya memandanginya untuk beberapa saat sebelum kembali pada buku yuang tadi disodorkan oleh Alyss kepadanya. Ia benar-benar tidak menyadari bahwa adik laki-lakinya yang mirip dengannya duduk disampingnya sambil asyik memperhatikan dirinya.
"Kau menyukai gadis itu, hah?" suaranya mengagetkan Kevin.
"Break? Sejak kapan kau di sini?" tanya Kevin dengan jantung yang masih berdetak kencang.
"Barusan, kok~" jawab adiknya yang di panggil Break itu dengan santai sambil tersenyum penuh misteri.
Xerxes Break adalah adik Kevin yang terpaut 1 tahun lebih muda darinya. Sepintas, tidak ada yang berbeda dari mereka. Secara fisik, bisa dikatakan mereka lebih terlihat seperti saudara kembar dibanding kakak-adik. Tetapi, bagi mereka yang mengenal kedua kakak-beradik ini dengan baik, pasti akan mengatakan mereka sangat berbeda. Ya, tentu saja secara mental atau kepribadian. Kevin adalah orang yang pendiam dan cenderung introvert, sementara Break adalah kebalikan dari kakaknya ini. Kesamaan dari mereka hanyalah rambut kelabu dan sepasang mata dengan warna merah darah. Break adalah kekasih Sharon Reinsworth yang merupakan teman baik Alyss.
"Hey, kau belum menjawab pertanyaanku," Break mengingatkan.
"…" Jujur saja Kevin harus mengakui ia sedikit tertarik dengan Alyss namun hanya sebagai teman, untuk saat ini. "Bukankah ia masih menyukai Jack?" jawabnya balas bertanya.
"Entah..mana aku tahu," Break mengangkat bahunya. "Sharon juga tidak pernah cerita denganku." Tambahnya lagi.
"Lagipula," Kevin menelan ludahnya. "Kurasa Gil juga menyukainya.." tambahnya pelan.
"Gilbert Nightray?" Break menaikkan sebelah alisnya. "Yang benar saja, kau.. Alyss mengenal Gil?"
"Begitulah.." Kevin hanya mengambil napas panjang tanpa melepaskan pandangannya dari buku di depannya, sekalipun pikirannya sedang melayang entah ke mana.
"Sejak kapan?" tanya Break dengan nada tidak sabar. "Ini akan jadi semakin seru.." ia menggosokkan kedua telapak tangannya.
"…." Kevin diam membisu.
.
.
.
Alyss hanya memandang ke luar jendela kereta kudanya yang mulai berembun karena hujan mulai turun. Langit berwarna kelabu mengingatkannya pada rambut senpainya itu. Ia mendesah pelan. Dalam kepalanya masih terngiang pertanyaan Kevin. Ia tidak tahu kenapa, tapi yang pasti ia merasa…senang? Entah, semuanya terlalu rumit untuk dijelaskan. Alyss sendiri masih bingung dengan dirinya sendiri.
'Tidak! Kevin-senpai sudah menyukai orang lain! Dia hanya perhatian padaku karena aku menganggapnya sebagai kakak!' batinnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat, tanpa menyadari Alice yang memperhatikan tingkah lakunya sejak tadi.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Alice sambil mengunyah daging panggang bekal makan siangnya.
"Tidak.. Aku tidak apa-apa," Alyss menggeleng lemah.
Alyss ingat akan kata-kata Elliot, sahabat baiknya sejak kecil yang sampai sekarang masih satu sekolah dengannya di Pandora Gakuen. Dari Elliotlah ia mengenal Kevin Regnard dan Xerxes Break―yang sekarang menjadi kekasih Sharon, sahabatnya. Dan dari Elliot jugalah ia mengenal Gilbert Nightray, kakak angkat Elliot yang sekarang juga bersekolah di Pandora Gakuen.
"Kau tahu, Alyss, kurasa Kevin-senpai menyukaimu.." Elliot bergumam kecil.
"Hey, apa semua laki-laki yang dekat denganku harus suka padaku?" tanya Alyss gemas. "Kau juga mengatakan hal yang sama tentang kakak angkatmu."
"Kau tidak percaya? Mereka terlihat seperti tertarik padamu. Masa kau tidak menyadarinya?" tanya Elliot balik.
"Tidak, karena hanya orang yang terlalu peracya diri yang akan berpikir seperti itu tentang dirinya sendiri!" Alyss menjulurkan lidahnya. "Lagipula, Kevin-senpai menyukai orang yang ia sebut Ms. Sinclair, kan?"
"Hah! Percuma memberitahumu tentang ini!" Elliot hanya menghembuskan napasnya karena kesal. Nada kalimatnya mulai meninggi―kebiasaannya sejak kecil.
"Kalau Kevin-senpai dan Gilbert mengatakan hal itu padaku sendiri, aku baru percaya!" Sekali lagi, Alyss menjulurkan lidahnya ke arah Elliot yang mulai menjauh.
Alyss hanya tersenyum kecil mengingatnya. Smapai saat ini, ia masih belum peraya akan kata-kata Elliot itu. Sekalipun hatinya ingin percaya, ia tidak bisa. Ia tidak mau terluka lagi karena terlalu banyak berharap pada sesuatu yang tidak pasti.
"Alyss, kau tidak enak badan, ya?" Alie kembali bertanya. Ia berusaha menari-cari wajah Alyss yang sejak tadi tidak terlihat karena kakak kembarnya itu memunggunginya.
"Aku tidak apa-apa Alice, kau tenang saja.." jawab Alyss pelan.
"Sebenarnya kau kenapa, sih?" Alice mulai uriga dengan keadaan kakaknya yang lain dari biasanya.
"Hmm.. aku hanya tiba-tiba berpikir tentang masa depan, itu saja.." jawab Alyss yang masih membelakangi Alice. "Aku berpikir bagaimana hidup kita mengalir tanpa kita ketahui, dan kemudian tanpa kita sadari, kita jatuh dalam jurang bernama Cinta dan menderita di sana," tamabah Alyss sambil menerawang ke luar jendela sekali lagi.
"Arrgghh, aku tidak mengerti apa yang kau biarakan, kepalaku jadi pusing!" Alice hanya menggeleng pelan. "Sudahlah, tidak usah dipikirkan, tidur saja!" katanya melanjutkan makan siangnya lagi.
"Hmm.." Alyss hanya mengangguk pelan.
'Mirai wa shiranai kara, shinjinai kara, sore de wa, shinjitsu wa itsumo zankoku desu..' batinnya dalam hati sambil menutup kedua matanya.
A/N: Yah.. inilah akhir dari Chappie 1, heheh *nyengir kuda*
Kayaknya Alyss harus bilang kalau fic kali ini bakal jadi fic terpanjang yang pernah Alyss buat karena pasti lebih dari 2 chapter.
Dan harus Alyss ingatkan kepada semua reader yang sudah membaca sampai di sini,
Bagi kalian yang tidak menyukai fic sedih, sebaiknya jangan membaca lebih dari ini, karena kalian pasti akan dibuat galau dengan alur cerita yang kompleks dengan semua kegalauannya dan kebingungan karena banyaknya misstypos yang berserakan di sana-sini (senang di mana-mana hatiku senang *nyanyi ala anak TK* #digampar#).
Alyss juga mau minta maaf dulu sebelumnya kalau pada akhirnya fic ini alurnya jadi nggak jauh beda dengan sinetron yang Indonesiaaaaa banget #PLAK!#
Oh, ya, waktu ngebuat chapter ini, Alyss ditemani dengan lagu A Thousand Years karya Mbak Christina Perri dan berbagai lagu lainnya. Hohohoho..*ketawa ala Santa Klaus* #dirajam pispot#
Nah, sekali lagi, tidak henti-hentinya Alyss ngemis pada kalian semua para readers yang baik buat nekan tombol 'Review' dan mengutarakan pendapat kalian mengenai cerita baru Alyss ini.
Kritik dan saran boleh, asal jangan flame, okay? *winks*
Nah, sampai jumpa di chapter berikutnya..*waves*
Jaa, matta ashita ne..
Best Regards,
Alyss The Duchess of Vessalius
