Chapter 1: Pindah Tugas
~FBI Day Care~
Summary: Bagi seorang FBI berpengalaman, nyawa adalah prioritas kedua setelah misi. Tapi bagaimana jika misi yang diberikan itu justru menjadi baby-sitter dari korban pembuhan di Taki? Apalagi keenam bocah ini adalah iblis berkedok malaikat! Kagami Taiga dan Haizaki Shougo, dua opsir FBI yang sedang menyelidiki kasus pembuhan di Manhattan mendadak di pindahtugaskan untuk menjaga keenam bocah ini! Kehebohan apa saja yang akan mereka lakukan?
Warnings: OOC, setting in New York, shota!GoM, family-fic tapi mengandung hint-hint pedo(?), possible typo, garing, aneh, deskripsi aneh, bahasa kasar (dengar, kehidupan author itu keras, jadi maklumi saja /hubungannyapanyong) etcetc. DLDR!
.
.
.
~FBI Day Care~
.
.
.
Kagami Taiga menopangkan dagunya diatas meja bundar kecil di restoran di Manhattan. Di depannya, Haizaki Shougo sedang menatap foto-foto mayat dengan tampang malas. Dia menguap dan melemparkan foto itu kepada Kagami. Dengan ogah-ogahan, Kagami mengambilnya.
Iris crimson Kagami menatap foto mayat itu dengan tampang jijik. Mayat itu telanjang dengan posisi mengenaskan. Badan mayat itu merah gelap─Kagami berani bertaruh bahwa itu karena darah yang kering─dengan banyak bekas tusukan di perutnya. Kepalanya diputar seratus delapan puluh derajat sehingga membalik. Dikiri mayat itu terdapat bercak darah yang membentuk genangan bulat. Kagami menaruh foto itu dan beralih ke foto yang lain. Kali ini dia mengambil foto kepala mayat itu. Kagami menggeram mual ketika melihat tampang mayat itu. Wajahnya terlihat ngeri dengan mata yang membelak dan mulut yang ternganga. Yang jadi masalah adalah, hanya mata kanan saja yang membelak, sementara mata kirinya menghilang, menyisakan lubang gelap yang dalam. Siapapun pembunuh orang ini, dia pasti mempunyai dendam kusumat.
"Jadi," Kata Haizaki sambil menyeruput lemon tea-nya. "Apa kesimpulanmu, Taiga?" Lanjutnya sambil mengambil potongan kentang goreng yang masih tersisa di baki mereka. Kentang itu mengerut dan dingin, sungguh tidak terlihat sedap, tapi Haizaki tidak perduli. Selama masih bisa dimakan, akan dia makan. Itu saja.
"Tidak ada yang berubah, kau tahu," Balas Kagami sambil kembali menaruh foto-foto itu dan menyenderkan punggungnya ke senderan sofa. "Masih sama. Korban meninggal karena ditikam pisau secara brutal, dan kepalanya diputar sampai mencium lantai." Kagami menyisir rambutnya kebelakang dan melonggarkan dasinya. Restoran ini panas sekali.
"Ya. Dan mata yang dicungkil itu─untuk apa?" Tanya Haizaki, dan Kagami memutar bola matanya malas.
"C'mon dude, dia itu professor ahli Biologi dari CERN*! Untuk apa dia repot-repot ke kota macam Manhattan─yang membosankan ini, sungguh─kecuali mempunyai urusan penting yang menyangkut penelitiannya yang baru." Kata Kagami santai sambil melambaikan tangannya, dan tak lama kemudian seorang pelayan menghampiri . Setelah mencatat pesanan Kagami, pelayan itu pergi.
"Apa hubungannya memang?" Tanya Haizaki sambil mengangkat satu alisnya, heran.
Kagami mengandus.
"Seriously, Haizaki, selama ini aku selalu bertanya-tanya, sebenarnya kau bisa masuk FBI itu dengan cara apa? Pemindai retina, kawan! Ini tahun 2013 dan ilmuwan kampret macam korban tidak mungkin menggunakan kunci untuk menutup laboratoriumnya kan?" Seru Kagami dengan wajah mencemooh. Haizaki ber-ah dengan wajah polos. Kagami mengendus dan semenit kemudian, pelayan yang sama menyajikan pesanan Kagami; setumpuk burger dengan tiga buah milkshake.
"Porsi makanmu tidak pernah berubah, eh, Taiga?" Kata Haizaki dengan tampang datar. Kagami hanya mengangkat bahu, tidak memperdulikan temannya satu itu, dan terus memakan makanannya. Setelah Kagami hendak menelan potongan burgernya yang ke duapuluh, ponselnya tiba-tiba berdering. Kagami merogoh kantong celananya dengan sikap jengkel. Dia benci ketika acara makannya diganggu. Baru saja dia akan memaki orang yang meneleponnya, suara berat yang amat Kagami kenali menginterupsi.
"Opsir FBI, Kagami Taiga, code 1005291199, dan Haizaki Shougo, code 1105291199 yang sedang menyelidiki kasus pembunuhan seorang professor Biologi dari di Manhattan, New York, kalian di pindahtugaskan ke Brooklyn untuk menjaga enam orang anak dari pasangan Hyuuga Junpei dan Hyuuga Riko yang terbunuh di Taki* saat pencurian dan pembunuhan* kemarin."
─hah?
Kagami melongo mendengar penuturan atasannya. Di pindahtugaskan menjadi─apa? Menjaga enam buah anak? Menjaga dalam artian─menjaga?! Haizaki yang melihat tampang temannya itu mau tidak mau menjadi penasaran. Dia mendekatkan kepalanya ke ponsel Kagami yang masih mematung.
"Saya ulangi, opsir FBI, Kagami─"
"Wow, wow, wow! Wait for a sec, sir! Saya mendengar, tapi─menjaga!? For real!? Saya dan Haizaki bukan baby-sitter!" Seru Kagami mempertahankan harga dirinya sebagai salah satu opsir Federal Brunei Investigation yang dihormati.
"Tapi mulai hari ini anda dan opsir Haizaki akan menjadi, opsir Kagami." Balas atasan Kagami dengan kalem.
Orang tua keparat ini, Batin Kagami sambil meremas ponselnya lebih kuat, sehingga terdengar bunyi retakan kecil yang membuat Haizaki agak bergidik ngeri.
"Tapi, sir, saya dan Haizaki belum menyelesaikan kasus ini! Saya─"
"… Opsir Kagonei dan opsir Kiyoshi akan menggantikan kalian berdua─"
"… Saya tidak terima─"
"… Besok pagi data keenam anak yang akan kalian jaga akan saya kirim melewati email. Selamat malam."
Dan pembicaraan ditutup.
Kagami mengerang kesal. Ingin sekali rasanya dia membanting ponselnya─jika saja dia tidak ingat bahwa ponsel itu pemberian pacarnya saat anniversary mereka yang ke dua. Kagami menjambak rambut merah gradasi hitamnya dengan tampang frustasi. Dia menggeram dengan suara aneh yang terdengar seperti suara perut keroncongan. Haizaki hanya memutar bola matanya dengan malas melihat kelakuan hyper partnernya.
"Jadi─apa yang si Tua itu katakan?" Tuntut Haizaki saat Kagami sudah mulai tenang. Well, paling tidak, tampang madesunya sudah tidak begitu terlihat.
"Kita di pindahtugaskan─"
"Oh─" Haizaki hampir saja mengatakan kenapa dia begitu frustasi hanya karena pindah tugas sebelum Kagami melanjutkan kata-katanya.
"… Untuk menjaga enam orang bocah dari pasangan korban yang terbunuh di Taki."
"APA!?" Haizaki mendadak bangkit sambil menggebrak mejanya, terkejut. Kawan, mereka itu opsir FBI hebat yang pernah meringkus mafia hanya dengan bantuan senapan berpeluru sembilan buah dan satu revolver tua jelek, harus menjaga bocah─itu parahnya, bocah─yang notabenenya mahluk ciptaan Tuhan yang mereka berdua tidak sukai. Orang tua dan pemikiran kampretnya, pikir Haizaki dendam.
"Ya. Di Brooklyn. Oke, ini cukup mengguncang, tapi kita ini professional, oke, Haizaki? Jangan pasang tampang seakan-akan kau ingin mencabik-cabik si Tua Bangka itu. Sebaiknya kau membayar ini semua, dan kita pulang, beres-beres." Kata Kagami sambil memasukan ponselnya dan menyampirkan jas hitamnya di pundak.
"Apa?─Tapi─hei Taiga! Aku serius kalau kau bilang ingin mencabik-cabik si Kampret itu!" Seru Haizaki setelah mengeluarkan beberapa dollar dari dompetnya dan mengejar Kagami ketempat parkir.
"Dengar," Kata Kagami yang sedang menstarter BMW merah metaliknya dengan kalem. Tangannya menyalakan radio dan memutarnya agar volumenya lebih kencang. Haizaki membuka pintu penumpang depan dan masuk, kemudian menutup pintu itu dengan membantingnya. Kaki Kagami menginjak gas, dan mobil itu berjalan. "Kita pikirkan cara yang lebih ampuh untuk membuat si Tua itu menderita, oke?"
Haizaki menghela nafas lelah. Kagami mungkin berperawakan manis bak Malaikat, tapi di balik semua itu, Kagami adalah iblis yang menyimpan seribusatu cara licik untuk membuat lawannya menderita perlahan-lahan. Haizaki pernah melihat Kagami mengintimidasi seorang wanita tua malang yang tidak mau bersaksi tentang kejadian yang sebenaranya─sampai wanita itu menangis menjerit-jerit memohon ampun, kemudian berteriak memberitahu semua fakta yang dia ketahui.
"Okay, Taiga, this show is yours." Kata Haizaki sambil mengangkat kedua tangannya, berpose menyerah a la penjahat.
Kagami menyeringai licik. "Of course, dude." Dan BMW merah metalik itu membelok tajam diperempatan kota Manhattan yang ramai.
XXX
Kagami menepikan BMW miliknya ke depan apartemen bobrok di dekat Central Park. Apartemen itu sungguh mengenaskan. Dengan papan bertuliskan 'Dumort*' yang sudah tertutup debu dengan pencahayaan yang redup. Catnya kuning gading dengan noda dimana-mana. Papan kayu disusun rapih disamping apartemen itu. Pada satu masa, Kagami pasti mengira apartemen ini telah bangkrut dan di tutup. Tapi tidak, ketika dia melihat papan bertuliskan 'OPEN' yang dipajang besar-besar di depan pintu apartemen itu. Kagami dalam hati meringis simpati─pasti pemilik apartemen ini sungguh fristasi sehingga membuat tulisan sebesar itu di depan pintu apartemennya.
"Baiklah," Kata Kagami sambil mengunci mobilnya dan melemparkan kuncinya ke Haizaki yang dengan tangkas mengangkapnya. "Brooklyn itu tidak begitu jauh dari Manhattan. Bereskan ruangan yang─Please, Haizaki, aku bahkan tidak sanggup menyebutnya kamar─berantakan itu. Aku akan buat teh." Kagami berjalan mendahului Haizaki dan menghilang dibalik tembok yang memisahkan antara ruang tamu dan dapur. Meskipun galak, temperamental, dan kurang ajar, Kagami tetaplah seorang malaikat (kematian) yang bersikap layaknya Ibu (yang sakit jiwa.)
"Yeah, yeah, up to you, Mom." Kata Haizaki sambil mengibas-ibaskan tangannya kemudian membuka pintu bercat cokelat yang sudah bolong-bolong di makan rayap dan memasukinya, sebelum spatula menghajar kepalanya karena memanggil Kagami dengan sebutan tabu.
"I'M NOT YOUR MOM, YOU BITCHY DUMBASS!" Teriak Kagami dari dapur dengan nyaring─yang menyulut tawa kencang bernada mengejek dari Haizaki yang sedang menyalakan radio bututya.
.
.
.
"Jadi," Mulai Haizaki sambil meniup tehnya dengan penuh perasaan, membuat Kagami jawsdrop dengan tampang 'what the fuck are you doing?', tapi Haizaki tidak perduli, dia masih setia meniup teh manis buatan Mamanya, Kagami Taiga. "Apa tanggapanmu tentang pemindahan tugas ini?"
Kagami mengangkat bahu dan menyeruput tehnya dengan perlahan. Dia tersenyum senang ketika dia merasa teh yang di buatnya pas dengan lidahnya. "Aku tersinggung, serius. Menjaga anak? Astaga, kita ini FBI, bukan perusahaan baby-sitter! Sebenarnya apa yang dipikirkan atasan, eh?"
"Ya itu sih pasti, tapi apa tidak janggal, tidak biasanya atasan main memindahtugaskan bawahannya secara mendadak? Well, kau tahu sendiri kalau si Tua itu bertindak seolah-olah kita adalah pemain di sekenarionya, melakukan sesuatu seakan dia sudah menduga apa yang akan terjadi." Kata Haizaki sambil memasukan dua bongkah gula kedalam tehnya dan mengaduknya.
"Nah!" Kagami menjentikkan jarinya kemudian menunjuk Haizaki dengan pose 'kau pintar!' yang membuat Haizaki ingin mengibaskan rambutnya dengan fabulous sambil meneriakan "GUE EMANG PINTER HOHOHOHOHO NOW WORSHIP ME, YOU IDIOTIC PEOPLE' padahal kenyataannya, dia justru sering membuat repot penyelidikan dengan sifatnya yang bebas dan tidak bisa diatur. "Kau benar, Haizaki! Berarti kali ini, atasan tidak tahu apa yang sedang terjadi! Oh ini akan menyenangkan!" Seru Kagami sambil bertepuktangan dengan meriahnya, tertawa seakan dia baru saja melontarkan sebuah kotoran ke wajah atasannya itu.
"Okay, Taiga, aku tahu kau senang, tapi jangan bertindak hyper, oke? Just calm down, seriously, dude!" Kata Haizaki dan Kagami mulai mengehentikan tawanya. Dia nyengir tidak bersalah, kemudian mengambil ponselnya yang berdering, membuka email, dan membaca data anak-anak dari pasangan Hyuuga yang meninggal di Taki.
"Oke, dengar ini," Seru Kagami saat email yang dia buka sudah menampilkan data yang diperlukannya. Haizaki menaruh cangkir tehnya dan menatap Kagami dengan ketertarikan yang amat sangat. Dia menopang dagunya di tangan kanannya yang ditaruh diatas meja. Tangan kirinya menggapai cookies yang Kagami buat kemarin kemudian mengunyahnya. "Korban bernama Hyuuga Junpei dan Hyuuga Riko, turis dari Jepang yang─malangnya─memasuki toko yang menjadi tempat pencurian permata kali ini. Pasangan Hyuuga mempunyai enam─"
"Wait," Sela Haizaki. Kagami mengangkat kepalanya dan menatap Haizaki dengan tampang aneh. Satu alisnya diangkat, menunggu Haizaki melanjutkan kata-katanya. "Hyuuga Junpei itu bukannya pemain basket NBA yang baru-baru ini bergabung dengan tim Knight* ya?"
Kagami mengangkat alisnya, berpikir sebentar, kemudian membelak menatap Haizaki yang juga kelihatan tidak percaya. "Impossible! Dia baru masuk dua bulan! Astaga! Demi Jordan, ini parah sekali!" Kata Kagami dengan nada panik. Kagami dan Haizaki sama-sama bermain basket saat SMU dulu. Mereka memang saling kenal saat bertemu di SMU Teikou. Dulu, mereka rival yang sangat sengit. Dalam hal apapun, kecuali pelajaran. Bahkan percintaan. Kagami dan Haizaki sama-sama mencintai seorang gadis primadona sekolah mereka, Momoi Satsuki, dan akhirnya keduanya sama-sama ditolak, sementara gadis itu memilih Nijimura Shuuzo, kapten tim basket mereka yang terkenal cool. "Tch. ARGH!" Kagami meraung tertahan, kemudian menyimpan kemarahannya ketika melihat Haizaki yang mencoba menciut. "Oke, aku teruskan," Katanya lagi, kemudian mata crimson miliknya kembali menulusuri tulisan yang ada di gadget pemberian pacarnya itu. "Keenam anak ini adalah anak angkat. Nama-namanya Kuroko Tetsuya, 7 tahun, Aomine Daiki, 8 tahun, Midorima Shintarou, 8 tahun, Murasakibara Atshushi, 7 tahun, Kise Ryouta, 9 tahun, dan Akashi Seijuuro, 8 tahun." Kata Kagami sambil menyodorkan ponselnya ke wajah Haizaki, membuatnya mau tak mau mengambil ponsel Kagami dan melihat wajah-wajah para iblis yang akan mereka rawat.
"Hey! Apa-apaan rambut yang warna-warni itu! Ngejreng dan bikin silau!" Seru Haizaki sama sekali nggak nyambung. Kagami memutar bola matanya cepek. Dia lelah menghadapi tingkah bodoh temannya ini. Dalam hati dia mengutuk Hanamiya Makoto, seniornya di FBI yang mendadak menyuruhnya mengganti partner. Padahal dulu partnernya adalah childhood-friendnya, Himuro Tatsuya.
"Sungguh, Haizaki, itu bukanlah kata yang aku harapkan untuk kau keluarkan dari mulutmu, kau tahu?" Tanya Kagami sambil menyeruput tehnya yang mulai mendingin.
Haizaki mengangkat bahu masabodoh. "Terserah. Aku capek. Tidur duluan." Haizaki bangkit dan berjalan lunglai menuju kamarnya, meninggalkan Kagami yang masih memandang foto keenam bocah itu. Ini akan menarik, batinnya.
TBC
CERN: Conseil Eourpeen pour la Recherche Nuclearie (The European Organization for Nuclear Research) adalah salah satu tempat penelitian particle physic. Mereka juga yang menemukan Word Wide Web. Untuk lebih sejelasnya, silahkan tanya mba Wikipedia.
Pembunuhan dan Pencurian dalam satu waktu adalah (menurut logika author) salah satu kejadian dimana pelaku melakukan pencurian dan membunuh salah satu saksi mata untuk membuat saksi lainnya bungkam.
Bagi yang membaca novelnya Cassandra Clare, The Mortal Instrument, pasti tahu deh Dumort dan Taki itu tempat apa. Dumort itu hotel terbengkalai milik Camille (atau Raphael) untuk para vampire, sedangkan Taki itu restoran (tapi disini saya membuat itu menjadi tempat perhiasan) yang diperuntukkan bagi para Downworlder, atau Penghuni Dunia Bawah (seperti vampire, peri, werewolf, ataupun warlock)
night adalah salah satu tim basket yang author suka selain Bobcats dan Lakers atau Miami.
DANNNN…HAI KETEMU LAGI BERSAMA SAYAAAA! /dilempar bakiak/
Oke, sori, bukannya ngelanjutin HSP dan KnB Drama, saya justru membuat fanfic baru X9 /diamuk massa/
OOTbentar, HAPPY OTAKU DAY MINNA SANN
Betewe, inggrisnya kacau ya? Maklumlah, saya memang tidak bisa bahasa inggris DX
Pokoknya, satu kata untuk author to reader-tachi,
RnR?
Arigachu;3
─BakaFujo
