No trust, no us.
.
.
.
.
.
Summary : "Apa dia masih sering menghubungimu?" – Joonmyeon. "Masih. Kenapa memangnya?" – Yixing. Ini hanya tentang Joonmyeon yang terlalu khawatir pada kemungkinan bahwa seseorang akan mengambil Yixing darinya.
Boy x Boy. SULAY. Suho x Lay. JOONXING. Joonmyeon x Yixing. 10 : 01. Bunny x Unicorn . EXO. OOC. AU.
Karakter hanya milik Tuhan, Keluarga, Orang Tua, SMEnt, dan dirinya sendiri.
Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.
.
.
.
.
.
Selamat membaca!
.
.
.
.
.
"Tidak usah memikirkan yang hal tidak-tidak, kamu cukup percaya, sisanya aku akan membalasnya dengan setia." - boyfarabian
.
.
.
.
.
23 Maret 2015, 15:00 PM KST
.
.
.
"Kim Joonmyeon," Bisik Yixing pada kekasihnya yang sedang sibuk membaca buku di salah satu sudut perpustakaan.
"Hm?" Yang merasa terpanggil hanya bergumam tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran kertas berisi angka-angka dan sedikit penjelasan itu.
"Aku mau bicara."
"Bicara saja, aku mendengarkanmu kok."
"Tatap aku," Yixing mencebikkan bibirnya lucu, mencoba menarik perhatian sang kekasih.
Joonmyeon menutup bukunya, lalu duduk menghadap Yixing dan menatap kekasihnya itu tepat di kedua matanya, "Ada apa sayang?"
"Aku mau bertanya."
"Tanya saja."
"Who am I to you?"
"Kenapa bertanya seperti itu?" Joonmyeon menatap Yixing tak percaya. Tiba-tiba merasa diragukan oleh orang yang sudah menjalin hubungan selama 7 bulan dengannya itu.
"Jawab saja."
"You are my nothing," Joonmyeon tersenyum manis sekali, "Because nothing lasts forever."
"I'm serious," Yixing memutar bola matanya malas.
"Hello serious, I'm Joonmyeon,"
Pemuda dengan lesung pipi itu mencubit pipi kekasihnya gemas, "Astaga, dosa apa aku sampai punya kekasih sepertimu."
"You are my earth, air, water, fire," Bukannya menjawab dengan benar, Joonmyeon malah menyanyikan sebaris lagu milik boygroup EXO lalu tertawa, "But on the top of that, just want to let you know that you are my everything."
"Terserah, Joon. Terserah."
"Aku bercanda," Joonmyeon mengusak rambut Yixing pelan, "I'm not going to say cheesy things, but you're my boyfriend not my everything. 'Cause if you're my everything, someday when you leave, I'll only have nothing."
"Ah- sudahlah. Lelah aku lama-lama berbicara padamu," Yixing menghela napas panjang, menelungkupkan kepalanya diatas meja sekaligus menyembunyikan rona merah di pipinya dari Joonmyeon.
"Ada apa hm? Tak biasanya kau bertanya seperti itu?"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan keputusanku benar atau tidak."
"Keputusan apa?"
Yixing mengangkat kepalanya, namun tak berani menatap Joonmyeon, "Kuberi tau sesuatu, tapi jangan marah. Janji?"
"Kenapa?"
"Sudah, janji dulu saja."
"Aku tak janji."
"Pft- Ya sudahlah. Jadi begini, dua hari yang lalu, tepatnya pada hari jadi kita yang ke 6 bulan. Seseorang menyatakan perasaannya padaku."
Mendengar pengakuan sang kekasih, Joonmyeon yang sebelumnya duduk santai menyandar di kursi kini duduk tegak dan mencurahkan semua perhatiannya pada Yixing.
"Lalu bagaimana?"
"Ya, kutolak. Kan aku sudah memilikimu."
"Oh begitu. Padahal kalau kau mau terimapun tak masalah."
"Joonmyeon!" Yixing memukul pelan lengan kekasihnya dan pemuda yang bermarga Kim mengaduh pelan, "Kau ini bicara apa?!"
"Apalagi jika ia bisa membuatmu lebih bahagia dibanding aku," Lagi-lagi Joonmyeon tersenyum. Namun ada luka yang disembunyikan dibalik senyum yang tersungging di bibir pemuda itu.
"Dengarkan dulu," Yixing mengangkat tangannya ke udara sebagai tanda agar kekasihnya berhenti bicara, "Itulah alasan kenapa tadi aku bertanya seperti itu. Aku takut kau hanya menjadikanku mainan dan bahan lelucon dengan temanmu,"
"Aku tidak bermain-main dengan yang patut diseriusi, sayang."
"Namanya juga khawatir, Joon."
"Oh iya. Kalau boleh tau, siapa orang itu Xing?"
"Wu Yifan. Mahasiswa baru dari Kanada itu."
"Oh, aku tau dia. Sedari minggu lalu teman-teman perempuan di kelasku ramai membicarakannya," Joonmyeon mengangguk, tiba-tiba dirinya merasa kecil dan tak ada bandingannya dengan pemuda asing yang baru saja Yixing sebut namanya.
Sedikit banyak Joonmyeon tau dari teman-temannya siapa itu Wu Yifan. Pemuda yang baru saja pindah dari Kanada ke Korea, tepatnya ke Seoul dan sialnya satu kampus dengannya itu benar-benar terkenal. Selain karena ketampanannya, ia juga tinggi, fasih berbicara beberapa bahasa asing, pandai, dan kaya. Terlepas dari fakta bahwa Joonmyeon juga bergelimang harta.
Joonmyeon sendiri sebenarnya belum pernah bertemu langsung dengan pemuda itu. Tapi dari yang ia dengar dari orang lain, sosoknya begitu sempurna. Ah mengingatnya makin membuat Joonmyeon merasa rendah diri.
"Jangan dipikirkan," Ucap lelaki yang bermarga Kim. Entah pada Yixing atau untuk menguatkan hatinya sendiri, "Lebih baik kita pulang saja, sudah sore."
Yixing mengangguk dan tanpa banyak bicara menyusul kekasihnya yang sudah berdiri terlebih dulu.
"Pegang tanganku, jangan dilepas." Joonmyeon mengulurkan lengan kanannya yang diterima dengan senang hati oleh Yixing.
Mereka bedua berjalan beriringan menyusuri lorong perpustakaan menuju basement yang sudah mulai sepi. Sesekali mengobrol seperlunya dengan orang yang kebetulan berpapasan dengan mereka.
"Hey Joon! Aku selalu suka tanganmu, hangat."
"Aku juga suka tanganmu, sangat pas digenggamanku." Dan tanpa menatap Yixing, Joonmyeon melepaskan genggaman tangan mereka kemudian membuka pintu mobilnya supaya sang kekasih bisa masuk lebih dulu.
"Masuklah."
"Terima kasih."
Setelah memasangkan sabuk pengaman, Joonmyeon melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan Kota Seoul yang mulai padat di sore hari.
Kali ini, Joonmyeon tak banyak bicara. Ia lebih memilih untuk fokus mengemudikan mobilnya sambil sesekali menanggapi ucapan Yixing dengan anggukan dan kalimat singkat. Entah kenapa ia jadi kehilangan selera untuk berbicara sejak pengakuan sang kekasih di perpustakaan tadi. Berulangkali ia menghela napas berat, mencoba mendinginkan otaknya yang panas karena memikirkan banyak hal. Baik positif maupun negatif. Ya- meskipun Joonmyeon akui lebih banyak negatifnya dibandingkan dengan positifnya.
Lagipula siapa yang tidak akan berpikir macam-macam jika ada seseorang yang menyatakan perasaan pada kekasihnya? Kalaupun ada, Joonmyeon yakin persentasenya hanya sedikit di dunia ini. Saking asyiknya dengan berbagai macam spekulasi yang ada di otaknya, Joonmyeon hampir saja menabrak seekor anak kucing yang akan melintas ke sebrang jalan.
"Joonmyeon, awas!" seru Yixing.
Dengan gerakan cepat, pemuda bermarga Kim itu menginjak rem mobilnya sehingga kucing kecil itu terselamatkan nyawanya.
"Jangan menyetir sambil melamun, Joon."
"Tidak kok, aku tadi hanya-"
"Sudah, jangan mencari alasan. Aku melihat dengan jelas tadi kau melamun."
"Maafkan aku," Ucap Joonmyeon lirih lalu melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.
Kali ini lelaki bermarga Kim itu lebih fokus, untuk sementara ia mengabaikan fakta bahwa pikirannya sedang kacau serta perasaan gelisah yang tiba-tiba menyerang. Dan tak butuh waktu lama sampai mereka tiba di kediaman keluarga Zhang. Setelah memarkirkan mobilnya di halaman bangunan yang berwarna blanched almond itu, Joonmyeon mengikuti Yixing untuk masuk ke dalam rumah.
"Aku langsung pamit pada Baba dan Mama saja ya?"
"Tidak mau minum dulu?" Tawar Yixing.
Yang ditanya hanya menggeleng pelan, "Terima kasih. Mungkin lain kali."
"Ya sudah, ayo kuantar."
Yixing mengajak Joonmyeon ke ruang keluarga, tempat orangtuanya biasa menghabiskan waktu jika tak ada pekerjaan. Dan benar saja, saat mereka sampai disana terlihat dua orang paruh baya yang sedang asyik menonton TV bersama.
"Permisi. Selamat sore Ahjussi dan Ahjumma," Sapa Joonmyeon dengan sopan pada orangtua kekasihnya.
"Oh! Selamat sore, Nak Joonmyeon," Balas Baba Zhang.
"Maaf kami pulang terlalu sore, tadi setelah selesai kuliah kami mampir dulu ke perpustakaan."
"Ah iya, tidak apa-apa."
Joonmyeon mengusap tengkuknya yang tidak gatal sembari tersenyum canggung, "Sekalian saya mau pamit pulang."
"Buru-buru sekali. Tidak nanti saja?" Tanya Mama Zhang.
"Terima kasih, Ahjumma. Ini sudah hampir malam, mungkin lain kali saja," Tolak Joonmyeon sehalus mungkin. Berusaha untuk tidak menyinggung perasaan pemilik rumah.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih sudah mengantar Yixing pulang, ya!"
"Iya, Ahjumma. Dengan senang hati," Joonmyeon membungkukkan badannya lalu benar-benar mengundurkan diri dari hadapan pasangan suami-istri berkebangsaan Cina itu.
"Kuantar sampai ke depan gerbang," Yixing berjalan disamping Joonmyeon yang nampak terburu-buru.
"Tidak perlu."
"Sudah, tidak apa-apa."
Joonmyeon mengendikkan bahunya acuh, "Terserah kau saja."
Sampai di depan pintu rumah, pemuda bermarga Kim itu berhenti lalu membalikkan badannya. Mengagetkan Yixing yang sedang asyik bermain ponsel. Sedetik lagi saja Joonmyeon telat menahan Yixing dengan memegang kedua bahunya, mereka pasti sudah bertabrakan.
"Simpan dulu ponselmu, Xing-ie."
"Maafkan aku hehe," Yixing tersenyum seakan tak memiliki kesalahan.
"Sampai disini saja, lebih baik sekarang kau masuk."
"Tapi gerbang masih jauh, Joon."
Lelaki yang lebih tua menggeleng, "Aku tak akan tersesat, tenang saja."
"Aku masih ingin denganmu."
"Besok lagi kan bisa."
"Tapi-"
Joonmyeon menyela pembicaraan Yixing lalu mendorong pelan kekasihnya untuk kembali ke dalam rumah, "Sudah, sana masuk."
"Iya sudah iya. Kau hati-hati di jalan."
"Tentu."
"Kabari aku jika sudah sampai di rumah."
"Iya."
"Uhm- Joon!" Yixing berseru, menghentikkan langkah kekasihnya yang baru saja akan memasuki mobil berwarna hitam itu.
"Terima kasih untuk hari ini," Yang lebih muda mencium pipi Joonmyeon, dan memeluknya sebentar.
"Wo ai ni," Tambah Yixing dengan volume suara yang rendah.
"Nado saranghae."
Kemudian pemuda pemilik lesung pipi dan juga bermarga Zhang itu kembali ke dalam rumahnya sambil berlari-lari kecil. Joonmyeon tak kuasa menahan senyum saat melihat pemandangan itu. Ia pikir, tingkah kekasihnya manis sekali.
Setelah bayangan Yixing menghilang dibalik pintu besar berwarna hitam itu, Joonmyeon langsung memasuki mobilnya. Dan sebelum benar-benar pergi meninggalkan kediaman keluarga Zhang, ia menolehkan kepalanya dan memandang rumah besar itu dengan sendu, "Maafkan aku, Xing-ie."
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
Foot note.
Wo ai ni = I love you
Nado saranghae = I love you too
.
.
.
.
.
Da jia hao! Ini fiksi ketiga saya untuk pairing SuLay. Maaf kalau jalan ceritanya terlalu cepat atau buat kalian pusing .-.v Tapi saya harap kalian suka hehe
Jangan lupa tonton MV Chen x Alesso - Years, Lay - What U Need? terus streaming MV Monster sama Lotto ya! Biar nanti EXO bisa dapat award lebih banyak h3h3
Oh iya, mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan. Jangan lupa tinggalkan review ^^~ Saya juga menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
.
.
.
Sampai jumpa /o
