Hmmh…

Saya bingung mau ngomong apa, intinya jangan lupa RnR ya!

Pertama-tama saya mau bilang kalau "BLEACH itu punya OM TITE" dan "FICT ini punya SAYA"

Gitu aja deh!

Alright, Happy Reading!

_

_

"Nee-san!" panggil seorang anak kecil berambut coklat.

"Iya, Yuzu! Ada apa?" sahut orang yang dipanggil nee-san itu.

"Hari ini Ichi-nii akan kembali dari London!"

"Ichi-nii?" ulang gadis itu, "Siapa dia?"

"Bukannya kau sudah mengenalnya, Rukia?" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul.

"Otou-san!"

"Kau tentu masih ingat bukan kalau kau itu mempunyai seorang kakak laki-laki?" Tanya ayahnya.

"I… Iya, aku ingat sekarang! Aku minta maaf karena aku sudah melupakannya," ucap gadis itu, "tapi, sekarang aku benar-benar sudah mengingatnya kok! Yang berambut orangeitu, kan?" tanyanya sambil memastikan.

"Akhirnya nee-san ingat juga!" seru Yuzu senang.

"Yasudah. Sebaiknya kau segera bersiap-siap, Rukia!"

"Bersiap-siap? Bersiap-siap untuk apa, otou-san?" Tanya gadis itu bingung.

"Ya ampun, nee-san! Tadi aku kan sudah bilang kalau kalau kita akan menjemput Ichi-nii di bandara. Ichi-nii akan pulang dari London. Ayo, nee-san cepat bersiap-siap!" perintah Yuzu dan membuat Rukia bergegas kembali ke kamarnya.

Satu jam kemudian…

"Selamat datang, My Son!" ucap Isshin dengan gaya lebay miliknya yang membuat Ichigo melayangkan tendangannya seketika. Tentu saja hal itu membuat semua orang yang berada di bandara kaget dan terkejut, termasuk Rukia.

"Kau tidak sopan sekali sih pada otou-san!"

"Hng?" Ichigo mengerutkan dahinya dan kembali bicara, "Kau tidak usah menasehatiku!"

"Kau!" geram Rukia.

"Sudah… Sudah! Jangan bertengkar disini. Kalian seperti anak kecil saja!" seru Karin.

"Gomen…" ucap Rukia.

"Maafkan aku juga!" sahut Ichigo.

"Yasudah, kita pulang saja yuk!" ajak Yuzu dan disambut dengan anggukan kepala.

_

_

"Aku langsung ke kamar saja!"

"Kau masih mengingat kamarmu bukan, Ichigo?!" sela Isshin.

"Tentu saja aku masih mengingatnya. Apa kamar itu masih sama seperti dulu waktu aku memintamu untuk menjaga dan tidak merubah letak maupun bentuknya sama sekali?"

"Kau periksa saja sendiri!" sahut Isshin sambil tersenyum penuh arti.

"Baiklah!" sahut Ichigo dan kemudian ia pergi meninggalkan ayahnya. Ia melangkahkan kakinya dengan perlahan, seolah takut bahwa ia akan cepat sampai di kamar itu. Cklek! Pintu pun akhirnya terbuka. Ichigo menatap ruangannya sekilas dan kemudian ia tersenyum. 'Masih sama seperti yang dulu' ucap pemuda itu dalam hatinya. Setelah membereskan kopernya dan sempat mengacak-acak isi kamarnya, ia pun duduk di mejanya dan membuka laptopnya.

Baru saja ia menyalakan laptop miliknya, tiba-tiba handphone nya berdering.

"Hm?" sahut pemuda tersebut.

"Ichigo, apa kamu sudah menyelesaikan proposal yang akan kita presentasikan lusa mendatang?" Tanya seseorang pria disana dengan logat british.

"Baru mau kukerjakan."

"Kau sudah gila, ya? Kau tahu bukan, kalau proposal itu akan dibahas saat meetingbesok!" terdengar nada marah dari suara tersebut yang membuat darah Ichigo sedikit bergejolak.

"Aku mengerti! Kau sudah mengenaliku dengan baik. Jadi, aku yakin bahwa kau tahu siapa Ichigo Kurosaki?!" sahut Ichigo dengan penekanan pada namanya sendiri.

"Terserah kau saja. Aku hanya tidak ingin kau ceroboh!" sahut orang tersebut.

"Maksudmu?"

"Kita harus menang di tender ini. Kalau tidak, tentu saja tidak masalah. Tapi, kurasa hal itu tetap akan menimbulkan kerugian kalau kita tidak berhasil. Walau sekalipun, perusahaan ayahmu sudah sangat berkembang."

"Ya, aku mengerti!"

"Baiklah." Ucap pria di telepon tersebut mengakhiri percakapannya. Setelah itu tampak Ichigo mulai mengerjakan tugasnya.

Tok… Tok… Tok…

'Siapa sih yang mengganggu?' ucapnya dalam hati, "Masuk!" sahut Ichigo pada akhirnya.

"Maaf, Ichi-sama," ucap Rukia dan setelah berada disamping Ichigo ia kembali bicara, "Maafkan aku kalau ucapanku tadi di bandara keterlaluan!"

"Tidak apa-apa! Dan, tolong jangan panggil aku seformal itu, Rukia!" jelas Ichigo yang dijawab Rukia dengan cara menganggukan kepalanya.

Setelah berkata begitu, mereka berdua terdiam. Hanya terdengar suara keyboard yang memang kebetulan saat itu Ichigo sedang mengetik proposal di laptopnya atas perintah orang di telepon tadi dan juga kewajibannya sebagai penerus perusahaan.

"Sebenarnya umur nii-san berapa?" Tanya Rukia memecah keheningan.

"Usiaku lima tahun lebih tua darimu." Jawab Ichigo tanpa memandang Rukia.

"Berarti umur nii-san 24 tahun, ya?"

"Iya."

"Nii-san sudah lama di London, ya! Disana nii-san melanjutkan sekolah atau bekerja?"

"Aku? Disana? Dulu waktu kecil aku sekolah disana dan akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah disana juga. Kebetulan ayah ingin membuka cabang perusahaannya di London. Jadi, aku tinggal disana untuk mengurusnya. Kira-kira sudah sekitar 15 tahun aku berada di London." Jawab pemuda itu.

"Nii-san ahli dibidang bisnis, ya?"

"Ya begitulah!"

"Aku tidak pernah menyangkan kalau aku mempunyai seorang kakak yang hebat seperti nii-san! Sayang sekali kita baru bisa bertemu setelah 15 tahun." Ucap gadis itu.

"Iya, aku juga menyayangkan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi? Ohya, Rukia aku mohon kau jangan panggil aku nii-san. Aku risih mendengarnya! Lebih baik kau memanggilku seperti yang biasa Yuzu dan Karin memanggilku. Mengerti, adik kecil?"

"Iya, aku mengerti! Tapi, aku juga bukan adik kecil. Aku ini sudah besar. Apa Ichi-nii tidak melihatnya?"

"Sudahlah, tidak usah diributkan!"

"Kita ini adik-kakak tapi rasanya beda, ya?!" ucap Rukia memastikan.

"Beda bagaimana?" sahut Ichigo heran.

"Kita baru mengenal satu sama lain hari ini. Itu juga karena kebetulan Ichi-nii pulang dari London. Kalau tidak, aku pasti sudah lupa kalau aku mempunyai seorang kakak laki-laki sepertimu!" jelas Rukia.

"Yah… aku juga merasa begitu. Tapi, sepertinya kau keliru Rukia! Ini adalah pertemuan kita yang kedua, bukan yang pertama kalinya." Ralat Ichigo.

"Kedua?" Tanya Rukia bingung.

"Iya, yang kedua! Apakah kau lupa kalau dulu kita pernah bertemu di pemakaman oka-san?" Penjelasan Ichigo membuat Rukia sedikit terkejut dan mendadak wajahnya berubah sedih. "Iya, itu hari pertama kita bertemu dan juga hari keberangkatan Ichi-nii untuk kembali ke London. Padahal kita belum mengobrol apapun." Jawab gadis itu setelah berhasil mengingat kenangan lamanya kembali.

"Maaf kalau selama ini aku tidak bisa menjadi seorang kakak yang baik untukmu. Bahkan aku merenggut nyawa oka-san darimu." Sela Ichigo dengan nada sedih. Sekarang perhatiannya tidak lagi pada proposal di laptopnya, melainkan perhatiannya tersita untuk memandangi wajah adiknya.

"Itu tidak benar! Kau adalah kakakku yang terbaik dan terhebat!" sahut Rukia cepat yang disambut deraian tawa Ichigo. "Ada-ada saja kau ini! Pujianmu terlalu berlebihan." ucap Ichigo setelah menghentikan tawanya.

"Hmph…," desah gadis itu saat Ichigo kembali menghadap ke laptopnya, "Apa kau sudah mempunyai pacar, Ichi-nii?" tanyanya lagi. 'Bodoh! Kenapa aku bertanya seperti itu sih?! Pertanyaan itukan tidak pantas dibahas!' gerutu Rukia didalam hati.

"Tidak berminat!" sahut Ichigo cepat.

"Kau aneh!" seru Rukia. Mendengar ucapan adiknya, Ichigo menghentikan aktivitasnya dan memandang adiknya untuk yang kedua kalinya lalu berkata, "Cukup melihatmu tersenyum dan bahagia, aku tidak peduli dengan hal lain, termaksud diriku sendiri!" sahutnya mantap dan membuat wajah putih Rukia merona saat mendengarnya.

"Ichi-nii bisa saja!" ucap Rukia sambil terbata-bata. Ichigo yang mendengarnya hanya tersenyum.

"Tentu saja! Kau itu adalah adikku yang paling manis, selain Yuzu dan Karin tentunya!"

"Hmmmh… Ternyata cuma adik." Gumam Rukia pelan tanpa sadar sambil menundukkan kepalanya.

"Kau bilang apa barusan, Rukia?" Tanya Ichigo.

"Tidak! Aku tidak bilang apa-apa kok, sungguh!" sahut Rukia membela diri. Untung saja Ichigo tidak bertanya lebih jauh lagi.

'Aku ini kenapa sih? Kenapa jadi salah tingkah sendiri?!' ucap Rukia dalam hati.

_

To Be Continued

_

_

Hmmh… maaf pendek! Maklumin aja ya. Hehehe…

Maaf juga kalau masih kacau.

Aaaah, ya! Jangan lupa REVIEW ya…

and, ARIGATOU!!