ALERT :
Mungkin penuh dengan typo karena ditulis mendadak di malam hari. Kalau anda sudah baca, tidak peduli suka atau tidak suka dengan cerita fic saya, harap tuliskan review anda. Terima kasih.
PROLOGUE
~27 Desember XXXX~
.
.
Seorang gadis berambut teal berdiri tenang di atas permukaan laut. Gadis tersebut memang memiliki beberapa kemampuan yang tidak dimiliki manusia biasa, karena gadis ini adalah gadis yang special. Matahari senja berada di horizon laut, menampakkan siluet yang begitu indah pada sosok gadis tersebut.
Setelah menghela napas, gadis berambut teal panjang itu langsung berlari ke pantai. Ia menghampiri seorang pemuda yang terduduk kelelahan dan bersender pada pedangnya. Nafas pemuda itu tersengal-sengal, genggaman pedangnya melemah.
"Mikuo-kun," teriak gadis berambut teal. Gadis tersebut berlari menghampiri sang pemuda.
"Kau...berhasil...," ujar pemuda bernama Mikuo itu lemah. Darah mengalir dari dahinya, penampilan pemuda itu juga sangat berantakan, dipertegas dengan bajunya yang compang-camping.
Gadis berambut teal itu berlutut sehingga menyamai tinggi mata Mikuo. Matanya berlinang air mata, walau begitu wajahnya campuran antara lega dan tersiksa. Gadis itu mengumpulkan seberkas cahaya di permukaan kedua telapak tangannya dan menyinari tubuh Mikuo dengan cahaya itu. Sekejap saja semua luka dan goresan yang ada di tubuh Mikuo menghilang. Semua luka pemuda itu sudah sembuh.
"Miku...," ujar Mikuo sambil berusaha menggenggam tangan gadis itu, tapi pemuda itu tak mampu menyentuhnya. Perlahan tubuh gadis tersebut semakin transparan, pemandangan matahari senja mampu terlihat menembus tubuh gadis itu.
Miku hanya mampu tersenyum, wajahnya terlihat sedih dan pasrah.
"Tidak..tidak..tidak boleh," gumam Mikuo putus asa, ia berusaha menggenggam sosok gadis di depannya.
"Jangan keras kepala Mikuo-kun, kau tahu aku akan berakhir seperti ini," lirih Miku dengan putus asa.
"Tidak..tidak...tidak..kumohon, jangan lakukan ini," racau Mikuo seperti orang gila.
"Mikuo-kun," gumam Miku, ia meletakkan jari telunjuknya di bibir Mikuo. Aksi sederhana ini mampu membuat Mikuo terdiam.
"Aku mencintaimu," bisik Miku sehalus angin.
Perlahan Miku memajukan wajahnya dan menutup matanya. Mengetahui hanya inilah kesempatan yang ada, Mikuo menutup matanya dan mendekatkan bibirnya pada Miku.
Hanya sedikit lagi.
Hanya sedikit lagi dorongan, maka bibir mereka akan saling bertemu.
Akan tetapi, sebelum semua itu sempat terjadi, sebelum bibir mereka sempat bertemu, sosok Miku telah menghilang sama sekali. Mikuo membuka matanya, tersadar oleh seberkas cahaya yang melayang dan terbang ke langit.
Pemuda itu hanya bisa menggenggam pasir pantai dan menggigit bibir bawahnya.
"Bodoh, setidaknya berikan dulu ciuman perpisahanmu," ujar Mikuo dengan putus asa.
~000~
a/n:
Thanks for:
1. Allah SWT atas terselesaikannya prologue ini
2. Waktu luang,
3. dll.
Review anda?
