Two Sides (Now!AU) | Luhan x Xiumin [Xiuhan/Lumin] | PG-13 | girl!Xiumin | Xiumin adalah seorang wanita yang kurang beruntung di lubang sempit sudut kota Miami. Dan Luhan hanyalah seorang pria misterius yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan statisnya.

Disclaimer applied.

#1 : Hell Hole

Seorang wanita sedang duduk di antara berlembar-lembar kertas dolar yang lusuh dan kusut, bon, tiket bus, bungkus rokok dan entah apa di tempat tidur single di kamar sempit miliknya. Dia menjambak singkat rambutnya, wajahnya terlihat gusar dan kedua tangannya masih sibuk menghitung dolarnya. Mungkin sudah yang kelima kalinya dia mengulangi hitungannya dari awal, siapa tahu ada uang yang saling menempel atau terselip dari hitungan di kepalanya.

"250, 255, 240, 250. What. Tidak mungkin! Ugh!" Wanita itu mengerang kesal sembari menjatuhkan badannya ke belakang. Dia menutup mata dan mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian, beranjak bangun dan dengan langkah cepat mendudukkan diri di satu-satunya kursi di hadapan meja rias sedang, mengambil makeup dan memakaikannya satu persatu di wajah mungilnya.

"Kita harus bisa mendapatkan 250 lagi hari ini, Xiumin. Step up the game, kita harus ke South Beach malam ini." Wanita itu, Xiumin, mengajak bayangannya berbicara. Xiumin tinggal sendiri di kamar sewaan ini.

Tiba-tiba terdengar suara pintu dibanting terbuka disertai langkah-langkah berat yang menghentak. Xiumin menegang. Tidak lama, gedoran-gedoran dan teriakan lantang juga terdengar dari arah pintu kamarnya.

"Hei, jalang! Aku tahu kau di dalam, ini sudah hari kelima sejak kau berjanji membayar sewamu yang belum kau bayarkan bulan ini! Terlambatlah satu hari lagi dan ucapkan selamat tinggal pada kamar ini, kau mengerti!" Hentakan langkah yang semakin sayup terdengar menandakan si pemilik rumah susun telah menjauh. Xiumin bernafas lega, tidak menyadari kalau dia menahan nafasnya beberapa saat yang lalu. 'Great!'

.

.

.

Miami.

Kota yang dikelilingi pantai-pantai eksotis ini tak pernah tidur, bahkan malam adalah pagi kedua dimana aktivitas justru baru saja dimulai. Nightlife. Gemerlap lampu-lampu neon menjanjikan malam panjang menyenangkan untuk mengantar pagi berikutnya, dengan goyangan-goyangan yang diiringi musik-musik trance, berbotol-botol minuman, beberapa pil atau, jika malam belum lengkap, prostitusi. Apa yang tidak bisa kau dapat di Miami?

Hari ini hari Minggu, salah satu klub elit di South Beach menggelar pesta pantai setiap hari ini di tepi pantai Miami. Pesta ini selalu ramai dikunjungi berbagai suburban dan it people. Klub ini memang klub eksklusif tapi hari ini adalah hari bagi semua kalangan. Keberuntungan bagi Xiumin. Jackpot.

Xiumin masuk dengan mudah karena bouncer di gerbang adalah salah satu pelanggannya. Dengan rok mini merah, crop top garis-garis hitam putih, boots hitam dan rambut sewarna bara api miliknya, apalagi dengan wajah oriental yang tidak lazim ditemukan di Miami, membuat Xiumin menjadi salah satu pusat perhatian ketika ia masuk ke kerumunan. Xiumin tersenyum kecil mendapati tatapan yang dilemparkan untuknya. Ia bisa mengenali semua tatapan yang dilayangkan padanya; cemburu, iri dan.. lapar. Xiumin sangat suka yang terakhir itu.

Ia menghampiri lelaki yang duduk menghadapnya di ujung meja bar, lelaki ini yang terlihat paling lapar. Dari gayanya Xiumin tahu kalau lelaki ini borjuis, tangan kirinya terlingkar jam tangan mahal Audamers Piguet warna emas dan di jari tengah tangan kanan yang menggenggam gelas mojito terlingkar cartier perak. Lelaki muda ini kaya, tidak single dan butuh kesenangan yang akan Xiumin berikan dengan senang hati.

"Rossini satu." Teriak lelaki itu pada bartender. Mempersilakan Xiumin duduk di kursi bar tepat di sampingnya.

"Terima kasih." Xiumin menumpu siku kanan di meja bar dan menghadapnya.

"Bryant." Tangan kanannya terjulur. Xiumin meraih rossininya kemudian menggenggam tangan Bryant. "Xiumin."

"Kau sendirian saja?" Bryant menatap Xiumin ingin tahu.

"Iya. Kau mau menemaniku menari?" Xiumin mengerling lalu menyesap rossini. 'Stroberi!' Pekik Xiumin dalam hati. Bryant tertawa renyah. "Tentu."

Mereka turun ke tengah-tengah lantai dansa yang penuh sesak. Hawa panas menyeruak saat keduanya dihimpit dari segala arah, Xiumin menempel ketat dengan Bryant yang lebih tinggi darinya, meliukkan badan tanpa mengalihkan tatapannya. Bryant mengeratkan pelukannya di pinggang Xiumin.

Malam ini akan semakin bertambah panas.

.

.

.

Xiumin melihat bayangannya di spion dalam mobil Bryant. Menempelkan lagi lipstick merah yang sempat hilang, merapikan rambutnya dan tersenyum pada pantulan wajah Bryant yang tertangkap di cermin.

"Terima kasih untuk hari ini, tampan. Call me anytime." Xiumin tersenyum ke arah Bryant yang terlentang di jok belakang. Celana jeansnya belum terkancing. Bryant hanya mengangguk lemah.

Xiumin berjalan keluar dari Mercedes W204 putih itu sambil memasukkan lembaran $500 ke dalam tas jinjing kecilnya. Ia tersenyum puas karena dengan begitu uang sewa kamarnya akan terbayar dan ia dapat menabung sisanya. Iya, Xiumin menabungkan uang hasil kerjanya. Tapi, sayangnya, tabungannya baru saja habis bulan lalu untuk membayar pendaftaran kuliah online. Iya, Xiumin bertekad untuk meneruskan sekolahnya dan keluar dari kehidupannya yang seperti lubang neraka ini.

Xiumin mengecek jam digital di ponselnya, 02.08 AM tertera di layar. "Lewat sini akan lebih cepat, kan?" Xiumin bertanya lirih. Xiumin memilih untuk memotong jalan melewati gang-gang kecil di antara gedung-gedung besar Jalan Flagler. Tepat ketika Xiumin akan berbelok masuk ia dihadang oleh seseorang yang sedang mabuk.

"Sexy pussy, temani aku malam ini." Bau alkohol pekat menguar dari arahnya, kata-katanya terseret-seret menandakan kontaminasi alkohol mengacaukan pikirannya. Xiumin menepis halus sambil berjengit. "Tidak untuk hari ini." Ia sedikit berlari menjauh merasa tidak nyaman dengan lelaki mabuk, menyesal dalam hati karena memilih melewati jalanan ini. Xiumin semakin mempercepat langkah karena ia yakin sedang diikuti oleh lelaki itu. 'Oh my God, apa yang diinginkannya?'

Sedetik kemudian lelaki itu membekap mulut Xiumin dan menyeretnya ke gang sempit di kanan jalan. Menekan tubuh mungil Xiumin di tembok dengan tubuh besarnya. Teriakan Xiumin tertahan cengkeraman kuat tangan besar yang menutupi sebagian wajahnya. Manik matanya menyiratkan rasa panik dan takut. Lelaki itu menyeringai sambil menempelkan hidungnya di ceruk leher Xiumin. "Why not? Kau melakukan ini setiap hari kan? Semalam denganku tak akan mengubah apapun."

'Ya Tuhan, Tidak!' Tangan kanan yang bebas merobek atasan Xiumin, lalu berusaha menyingkapkan rok mini kulitnya. Tangan-tangan kecil Xiumin mengepal dan melayangkan pukulan-pukulan yang mungkin tidak dirasakan oleh lelaki mabuk itu. Air mata meleleh turun ke kedua pipinya, tangisan pilu yang tertahan nyaring tapi tanpa seorang pun saksi. Saat si lelaki berkutat dengan ikat pinggangnya, Xiumin mengangkat lutut dan menendang perutnya. Xiumin berteriak meminta tolong dan berlari keluar gang. Lelaki itu lagi-lagi berhasil menangkapnya kembali masuk ke dalam gang, melemparkannya ke aspal, menghimpit kedua tangannya dengan lutut di kedua sisi tubuhnya dan menampar pipinya keras.

"Hey, kita bahkan belum mulai." Lelaki itu menurunkan celananya dan kembali membekap mulut Xiumin. Xiumin terus mencoba berteriak dan tidak berhenti merapalkan doa dalam hatinya. 'Aku mungkin telah lama meninggalkan-Mu tapi tolong aku malam ini, Tuhan.' Xiumin tergolek pasrah, tenaganya seperti habis begitu saja. Ia hanya bisa menangis.

Si lelaki tengah menurunkan celana dalam Xiumin saat terdengar kekehan pelan dari ujung gang. Sontak lelaki itu menghentikan tangannya dan menoleh. "Siapa disana?" Ujarnya gusar, matanya berkilat marah, merasa kegiatannya terganggu. Seorang lelaki yang terbalut pakaian serba hitam muncul dari kegelapan lorong, berjalan mendekat ke arah keduanya yang terbaring di jalanan.

Setelah cukup dekat, lelaki misterius itu menunduk. "Apa wanita ini begitu hebatnya kau tidak bisa menunggu untuk melakukan ini di ruangan tertutup?" Ucapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca. "Persetan denganmu, dude. Ini bukan urusanmu!" lelaki yang menindih Xiumin tidak menghiraukan dan memilih untuk melanjutkan menjamah wanita di bawahnya.

.

.

.

Xiumin meraung, menutup matanya dan mengalihkan wajahnya ke sisi berlawanan. Ia tahu ia terlihat menyedihkan sekarang, dengan kaos yang sudah robek memperlihatkan separuh branya dan sebelah tangan yang bukan miliknya masuk ke dalam rok, ia benci tidak bisa melakukan apapun. Ia malu sekali. Tubuh besar yang menutupi tubuhnya terasa sangat mengintimidasi, kedatangan tiba-tiba seorang lelaki lain juga sama sekali tidak membantu. Satu saja tidak bisa dia hadapi, apalagi dua lelaki. Apa yang mereka inginkan darinya? Ia ingin malam ini segera berakhir.

Dalam sekejap Xiumin merasakan hawa dingin malam menerpa tubuhnya yang tidak tertutup dengan sempurna. Ia mengerjapkan mata mendapati lelaki yang tadi di atasnya kini tersungkur di dekat tong sampah di sebelah kirinya, terkulai tidak sadarkan diri. Tatapannya jatuh ke lelaki misterius di kanannya, lelaki itu sedang melepas jaketnya. Xiumin bangkit secepat yang badan letihnya bisa dan mundur menjauh ketika lelaki itu berjalan mendekat.

"Apa maumu?" suaranya tercekat, terdengar ofensif tapi suaranya bergetar karena isakan. Xiumin terus mundur sampai punggungnya merapat dengan tembok. Matanya mencari-cari apapun yang bisa digunakan untuk membela dirinya. Lelaki itu berhenti berjalan beberapa langkah di depannya, merasakan ketidaknyamanan Xiumin. "Pulanglah." Xiumin sedikit limbung, ia bingung. Sebelah tangannya terangkat menawarkan jaket miliknya untuk Xiumin. Beberapa saat berlalu dalam diam, Xiumin menatap kedua manik mata pria di hadapannya, berusaha menemukan kebohongan, tapi mata yang balas menatapnya itu tidak menunjukkan perubahan apapun selain sebuah determinasi yang Xiumin tidak tahu bagaimana mengartikannya. Bukan tatapan iba, bukan juga tatapan jijik. Ragu-ragu Xiumin melangkah mendekat dan meraih jaket, setelahnya pria itu berjalan menjauh berusaha memberinya ruang.

Xiumin memakai jaket perlahan, menata detak jantung yang sempat melompat tidak terkendali, meninggalkan raganya yang begitu letih. Ia tidak yakin mampu menopang tubuhnya sendiri. Xiumin menatap lelaki penolongnya untuk yang terakhir kali, pandangannya menyiratkan rasa terima kasih tanpa kata-kata, sebelum berbalik dan pergi.

Xiumin benar-benar menginginkan malam ini segera berakhir. Tapi ia juga tidak terlalu ingin melihat matahari esok hari. Xiumin ingin mati.

.

.

.

TBC

A/N: Well, yeah, halo. Ini adalah karya pertama saya yang terinspirasi dari video klip Trouble Maker - Now. Saya tahu this is rusty at least i tried lol.

Untuk siapapun yang membaca sampai pada kalimat ini saya ucapkan terima kasih. Saya menghargai waktu yang Anda buang untuk saya.

Untuk yang mungkin menunggu kelanjutan cerita ini, saya mencintai Anda. Haha

Satu lagi, kapal Xiuhan tidak akan pernah karam.

Kthxbye.