NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
.
My Butlers © Lady UchiHaruno
.
.
.
WARNING
Sakura-Harem
.
AU/OOC/Typo/Humor gagal/rateT/dll
.
.
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
Enjoy reading^^
.
"APA?"
Suara nyaring seorang gadis mengelegar ke penjuru ruangan mewah luas bergaya victorian modern. Tampak sesosok pria paruh baya duduk bersender dikursi dengan tenang. Sesekali menyeruput kopinya pelan, seolah tidak peduli nada keberatan sang gadis.
Berbeda hal-nya dengan gadis itu, berulang kali ia menghembuskan napas gusar. Ada raut tidak suka mendengar perintah pria paruh baya itu. Emerald-nya menatap lurus wajah penuh garis penuaan yang tidak bisa disembunyikan.
"Jii-chan, aku mohon. Aku bukan anak kecil lagi," ucap sang gadis berambut softpink tersebut. Tangannya merangkup ke depan dada meminta belas kasihan. Manik emerald-nya membulat dengan setitik air mata. Oh, jurus puppy eyes.
Pria paruh baya yang disebut kakek itu 'pun menghela napas. Sungguh, betapa susahnya membuat cucu kesayangannya menuruti segala perintahnya. Jika cucunya bisa keras kepala, maka ia juga bisa. "Tidak."
Namun sepertinya sang gadis tidak menyerah. Ia melangkah mendekati kakeknya. Lalu memijit pelan bahu pria paruh baya itu. "Jii-chan, Saki janji, tidak akan mengulanginya lagi. Ya ya?"
Walaupun sang kakek merasa keenakan, ia tetap tidak akan menarik perkataannya. "Tidak bisa gulaliku, kau tetap akan dijaga oleh orang kepercayaan kakek. Lagipula kau sudah berulang kali berjanji pada kakek. Dan ini yang terakhir kalinya."
Gadis musim semi itu menghentikan pijatannya setelah memukul pelan bahu sang kakek. Bibirnya mengecurut dengan pipi yang mengembung. "Tapi –"
"Maaf menganggu anda, Jiraya-sama. Mereka sudah menunggu di ruang tengah," ujar seorang pria dengan goresan diwajahnya menginterupsi percakapan majikannya.
Jiraya berdehem. Ia melirik cucunya yang masih merajuk. "Baiklah, suruh mereka menunggu. Aku dan cucuku akan menemuinya sebentar lagi. Terima kasih Ibiki," Ibiki 'pun mengangguk. Ia membungkuk hormat sebelum menghilang dibalik pintu.
"Ayo Sakura, mereka sudah datang."
Sakura hanya bisa mengernyitkan alis. Namun belum sempat berkomentar, ia sudah ditarik Jiraya ke ruang tengah.
.
.
Ruangan itu terdapat deretan sofa melingkar berwarna putih gading dengan karpet merah di bawahnya. Sebuah meja kaca dengan hiasan bermacam buah sebagai pusatnya. Ruangan itu terhubung dengan tangga spiral yang juga dilapisi karpet merah. Pilar-pilar penyangga berbentuk patung menghiasi mansion itu. Berberapa maid dan bodyguard berjajar rapi disudut ruangan. Mereka membungkuk saat majikanya melewatinya.
Sakura melangkah bosan mengikuti Jiraya. Emerald-nya mengerling ke penjuru ruangan. Ia meringis saat menabrak punggung Jiraya. Ah, ternyata sudah sampai.
"Konnichiwa Jiraya-sama."
Sakura mengerutkan dahi binggung. Ia tidak bisa melihat karena tertutupi punggung Jiraya. Namun ia bisa mendengar suara berat berberapa nada tengah menyapa Jiraya. Karena penasaran, ia sedikit mengintip dan menemukan seorang pria tampan berpakaian butler.
Emerald bertemu onyx. Mata kelam pria itu seakan menjeratnya. Bisa dilihat wajah Sakura bersemu merah karena terpesona akan pria tampan berambut raven yang mencuat itu. Sakura tersentak kaget saat ucapan Jiraya membuyarkan lamunannya.
"Dia Sakura, cucuku. Sakura akan menjadi majikan baru kalian. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk padanya, maka kepala kalian yang akan menjadi penggantinya," terang Jiraya tertawa.
Sakura mengikuti arah pandang Jiraya. Dan bukan hanya pria raven itu yang berada disana. Masih ada empat butler pria lainnya yang tidak kalah tampan pada yang dilihatnya pertama kali. Hmm jadi mereka yang akan menjadi butler-nya, –tunggu!
Mereka?!
Sakura menatap Jiraya dengan pandangan seolah meminta penjelasan. Namun Jiraya malah menepuk kepala gulalinya pelan. "Kau tenang saja cucuku, mereka akan menjagamu," ucap Jiraya tersenyum.
Sakura melotot. "Tapi, ah kupikir Jii-chan akan menyuruhku memilih salah satu dari mereka."
"Aku tidak pernah berkata seperti itu," sahut Jiraya innocent. Memang Jiraya tidak pernah mengatakan seperti itu. Pria paruh baya yang mempunyai kekayaan melimpah itu hanya bilang bahwa Sakura akan dijaga oleh orang kepercayaannya, dan dia tidak bilang berapa jumlahnya. Sialan.
"T-tapi –"
"Tidak ada penolakan. Kakek hanya ingin yang terbaik untukmu," tegas Jiraya menampakkan raut serius.
Sakura mendesah. "Tapi ini terlalu berlebihan Jii-chan."
Mana mungkin Sakura bisa tahan dengan kelima butler itu. Lalu bagaimana jika kekasihnya tahu? Oh Kami-sama, Sakura memijit pangkal hidungnya.
Jiraya tersenyum menatap lembut Sakura. "Tidak ada yang berlebihan untukmu," lalu Jiraya menoleh, "kalian sudah tahu 'kan apa yang harus kalian kerjakan?" tanya Jiraya yang dibalas anggukan oleh kelima butler tampan itu.
"Nah, sekarang perkenalkan diri kalian dan tugas kalian satu persatu pada cucuku."
Salah satu pria dari kelima butler itu melangkah maju dengan cengiran diwajahnya. Ada tanda tiga garis luka dikedua belah pipinya. Butler berambut blonde itu 'pun membungkuk sopan, "Nama saya Uzu– Naruto, saya bertugas menyiapkan makanan yang sehat untuk anda, nona Sakura. Dan saya juga bertugas melindungi anda dari para lelaki dattebayou," ucapnya semangat, masih dengan senyum lima jarinya.
Sakura mengangguk malas.
Kemudian butler berkulit pucat dengan senyuman mautnya maju selangkah, "Nama saya Sai, saya bertugas menyiapkan segala keperluan nona. Dan melindungi nona."
Sakura mengangguk malas, lagi.
"Saya Neji, saya juga bertugas menyiapkan keperluan nona, dan melindungi nona," ucap pria berambut coklat panjang kalem.
Sakura masih mengangguk malas.
Pria berambut merah berwajah babyface membungkuk hormat, "Nama saya Sasori, bertugas mengantar jemput anda. Dan melindungi anda."
Sakura terdiam sebentar, sepertinya wajah pria bernama Sasori itu tidak asing. Tapi– ah sudahlah. Kemudian ia mengangguk malas.
"Hn. Sasuke."
What the hell?! Perkenalan macam apa itu? Oke Sakura akui, Sasuke memang lebih tampan dari yang lain, tapi pria itu sangat tidak sopan padanya. Bicaranya saja seperti hidup enggan, mati tak mau. Sakura jadi heran, kenapa orang yang dipilih kakeknya seperti itu.
Jiraya menepuk bahu Sakura, tersenyum kemudian berkata, "Sekarang kau sudah tahu nama mereka," Sakura mengangguk, "sekarang kakek bisa bekerja dengan tenang. Dan jangan bikin ulah lagi."
Setelah mengatakan itu, Jiraya melangkah pergi menuju ruangannya, meninggalkan Sakura dengan kelima butler-nya yang masih berdiri.
.
.
Sakura merebahkan tubuhnya di atas kasur queen size miliknya. Emerald-nya tertutup, ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, seolah itu adalah hal yang langka. Semilir angin ringan dari luar balkon menerbangkan korden jendela dan menerpa wajah nya. Rasa kantuk tiba-tiba datang menyerangnya.
Setelah pertemuannya dengan kelima butler yang merangkap sebagai bodyguard-nya, ia berlari menaiki tangga dan menuju kamarnya. Mengabaikan pandangan binggung para pelayan yang menatapnya.
Sakura tidak habis pikir, apa yang ada diisi kepala kakeknya dan ia tidak bisa menebaknya. Dan yang bisa ia lakukan sekarang adalah membuat para butler itu jera dan mendepak mereka jauh-jauh dari hidupnya. Hn, ide yang bagus.
Kemudian Sakura terlelap dalam tidurnya dengan sepasang tangan yang memijit kakinya.
–Tunggu!
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?"
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED
A/N
Tolong seseorang timpuk saya /plak. Oke, saya tengah dilanda kegalauan dan berakhir mengenaskan di atas ranjang dengan puluhan bungkus makanan.*bercanda* XD
Saya tengah berpikir keras dengan kelanjutan fanfic saya yang lain. Namun sesuatu terjadi, negara api menyerang/ehem/ terlintas sebuah ide setelah melihat(?) para pria tampan yang berlalu lalang diotak saya, dan berakhir dengan fanfic gaje ini *daripadamubazir(?)*
Jika menemukan typo tolong beritahu saya ya? ;* ;* ;*
.
.
.
Mind Review please?
