Dari atas, Ezio bersiap, mengendap-endap, merendahkan napasnya agar tidak terlampau terdengar, latar belakang kota dengan keramaian lebih mudah, tapi tengah gunung begini, dirinya harus bergerak tanpa suara.
Tepat.
Pemimpin sialan itu ada dibawahnya. Berhenti, kemudian berbincang dengan pengawal berpakaian putih besi.
Non Playable Character (c) bruderup
Assassin's Creed: Brotherhood (c) Ubisoft
Sang Assassin melompat, hidden blade berkilau diterpa sinar rembulan.
Darah menggenang, Ezio bergumam sambil menutup mata yang kaget tak sempat menyadari, "Berisrirahatlah dengan tenang."
Tempat itu menjadi panik seketika, dua, empat, lima, sembilan, dan banyak, manusia-manusia berarmor besi putih mengacungkan senjata tertajam kearah Assassin, bergerak ke kiri, menyerang, tapi Ezio membalas brutal.
Seorang pengawal mendekat, pria bertudung putih itu siap-siap.
"Berhenti!"
Apa?
"Hentikan apa yang kalian kerjakan semua!"
Pengawal itu melepas helmnya, rambut coklat mata coklat, mengambil senjata yang basah oleh darah (palsu) sang rekan. Langkah teratur cepat, menghampiri satu sosok di ujung sana tengah mengernyitnya kening, bingung seperti Ezio dan pasukan lain.
"Aku berhenti."
"Lah, kenapa?"
Ezio mendekat juga, pertarungan seru nan epik berhenti tiba-tiba, karakter lain ikut memperhatikan. Padahal sangat sulit mencari kesempatan untuk membunuh sang kapten.
"Kau lihat, peranku tidak ada sama sekali, hanya mati dibunuh oleh si playboy sialan, lalu kembali lagi jadi penjaga."
"Lalu?"
"Si Ezio itu sialan! Dia terlalu banyak ambil bagian, series di game saja banyak! Di novel juga sama. Aku menuntut hak!"
Teman-teman sesama NPC memperingati, sebaiknya terima saja, meski peran kecil, itu tidak apa-apa kok, sesuatu yang besar berasal dari kecil juga kan?
"Tidak bisa! Tanya sama semua penikmat Assassin's Creed! Adakah yang ingat kita? Kalau ditanya siapa favorit, paling si Altair, Abbas, Malik, Ezio, atau siapapun itu. Kita tidak diingat, peran kita dilupakan begitu saja!"
Sang pemegang kendali, segera ambil keputusan.
"Keluar dari sini."
Eh?
Tentu saja, kalau dibiarkan, dia bisa mempengaruhi NPC lain untuk ikut berdemo, memanggil pasukan lain agar dia cepat-cepat disingkirkan, sang penuntut kesetaraan akhirnya ditendang juga.
"Baiklah, yang lain, ulangi lagi aksinya."
Yah sial, Ezio kembali ke tempat, mengulangi adegan epik karena tak sengaja terhenti, matanya sempat menangkap kembali sang mantan pengawal pemberontak, bermata coklat dan berambut dengan warna sama, tengah risau didekat tumpukan jerami.
End.
Yak, fanfic pertamaku Assassin's Creed, tadinya sih mau pake Shay, tapi gak jadi, gak dapet feelnya
Tinggalkan saran di komentar, terimakasih bagi yang udah menyempatkan baca.
