A/N: Yahoooo….*waves* Alyss TDoV kembali lagi..*nyengir* #disawat gayung#
Sesuai dengan janji Alyss pada imouto Alyss, Alice Safira, kali ini Alyss akan bikin sebuah fic yang―secara tidak langsung―Alyss buat bersama dengan Alice..
Dan karena Alyss membuat ini fic bersama orang yang agak tidak benar.. Maka tentu saja hasilnya juga tidak benar..*ngibrit sebelum digiles Alice*
Kali ini, Alyss dan Alice akan menghadirkan sebuah inovasi yang tak tertandingi, canggih, terdepan, dan hanya Alice yang punya ide gila seperti ini..#disambit#
XDDD
Tapi pertama-tama, biarkan Alyss titip salam dulu pada seluruh readers yang udah berjasa mengomentari fic Alyss yang aneh-aneh itu, baik di akun ini atau pun yang dari eFBe Alyss..
Avief Nightray: Gimana masss? Puaskah dengan fic saya *pake peralatan antigempa* #dilempar ke Antartik#
Alice Safira: Noh…Puas kan sekarang?
Pokoknya kalau semua readers pada protest gara-gara sakit perut, itu salahmu!
Tanggung jawab buat biaya juga kamu lho~!
XD
Echo and Noise of The Abyss-san: yah…maafkan keterlambatan saya ibu..*pundung*
Mohon yang ini juga direview yah…Karena fic ini lahirnya barengan sama fic Ibu..*bows* (emang bayi?)
Lalu untuk para reader sekalian yang Alyss cintai,
Maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan, yah..*winks*
Karena fic ini murni idenya dia *nunjuk Alice*
XDDDD
Saa..Hajimemashou, minna..
Dislaimer (S): Saya berharap Jack bisa jadi milik saya #PLAK!# Ah…..Jack hanya milik Jun-sensei seorang..*pundung*
Warning (S): Abal tingkat dewa karena kegalauan tiada akhir dari saya selaku Author, OOT, OOC, Gombalisme tingkat tinggi, Misstypo(S) tiada ampun, Gajeisme stadium akhir, dan Kemungkinan mendapat serangan perut kram dan mata berair yang tidak bisa berhenti..Jika anda mengalaminya segera konsultasi dengan dokter anda, jangan ke saya #digampar#
Pandora Kos Dodol!
2012©Alyss The Duchess of Vessalius and Alice Safira
Pandora Hearts©Jun Mochizuki
For My Funky-Chunky-Monkey-Little-Sister *ngibrit duluan*
Alkisah di jaman dahulu kala #PLAK!#
Tolong di maafkan, ada kesalahan teknis jaman di sini. Ini bukanlah Pandora Hearts dengan era Victoria yang kakkoi (=cool) dengan tea party dan gaun yang cute itu. Bukan.. Ini adalah sebuah masa di mana manusia sudah mengenal versi modern dari tempat bernama asrama. Yah..apalagi kalau bukan KOS-KOS'AN..
Jadi, tanpa membuang banyak waktu dan air galon lagi karena narator yang kering terus tenggorokannya ini, mari kita mulai saja cerita tentang anak-anak Pandora Gakuen yang sepakat untuk kos bersama dalam sebuah kos-kos'an milik nenek Sharon Reinsworth, yang tak lain dan tak bukan adalah nyonya Cheryl Reinsworth..*tepuk tangan*
Hari itu, Lotti, si manis dari jembatan Dufan sedang tidak berselera untuk menginjak kepangan Jack. Tidak juga berselera menstalkeri ketua kelasnya yang menurutnya keren abis, sang Glen Baskerville. Yang ada hanya galau, galau, dan galu. Bagaimana tidak, sang ibu kos yang paling disegani dan ditakuti semua mahluk sejagad raya, Cheryl Reinsworth, sudah mulai menebar beling di kamar Lotti―plak! Bukan, bukan…Bukan menebar beling, malah lebih parah dari pada beling. Bahkan kalau disuruh memilih, mungkin Lotti pasti akan memilih untuk ditebari beling dari pada apa yang sekarang dilakukan Cheryl di kamarnya: duduk manis di ranjangnya sambil menebar senyum penuh kharisma dan aura yang mencekam bin suram.
Tentu saja Lotti tahu alsan kenapa nenek yang sangat anggun itu ada di kamarnya di jam 10 malam. Padahal, biasanya nenek itu sudah tidur jam 8 malam. Ya, dia tahu dengan jelas dan pasti alasannya : karena dia belum membayar uang sewa bulanan.
Hal ini cukup langka terjadi bagi seorang Lotti yang notabenenya meskipun doyan shopping, dia pasti shopping di PGS alias Pasar Turi yang terkenal akan kemurahannya se-Surabaya (ini sebenarnya dia tinggal di mana sih?). Apalagi kalau soal uang, Lotti paling pintar dalam mengaturnya. Ia juga berhasil mendapat predikat sebagai satu-satunya siswa yang tidak pernah nunggak uang sewa. Namun, sepertinya sekarang predikat itu harus di copot darinya.
"Glek!"
"Selamat malam, Nak Lotti.." sapa Cheryl sambil tetap tersenyum misterius mirip tarsius itu.
"Se-Selamat malam, Cheryl-sama.." keringat dingin mulai mengucur deras di kepalanya.
"Sepertinya, nak Lotti sudah tahu maksud kedatanganku ke sini, kan?"
"A-Anu…itu…Che-Cheryl-sama..aku..kehilangan uangku.."
"Oh! Benarkah?" kata Cheryl sambil mulai mengipaskan kipasnya yang berwarna merah jambu itu perlahanagar angin dapat berdesir lembut ke arah wajahnya.
"I-Iya.."
"Ckckkck..Malang sekali nasibmu, Nak…Baiklah, akan kuberi kompensasi.." kata Cheryl sambil tersenyum bak malaikat dari neraka (?)
Untuk sedetik saja, Lotti merasa ada angin lembut yang dingin dari surga menerpa wajahnya seperti di ruangan ber-AC. Meski hal ini tidak bertahan lama, mengingat ruangan Lotti yang memang belum dipasang AC-nya.
"Be-Benarkah, Cheryl-sama?"
"Benar…kuberi kau waktu 3 hari.." katanya mirip seperti jin di TV yang sering ia tonton bersama para anak Pandora yang lain di malam hari.
"Wah..Terima kasih… Terima kasih.." kata Lotti segera sungkem ke pangkuan nenek yang masih saja berhasil memikat hati pemilik kos di sebelah, yaitu kakek Ru.
"Tentu saja..kau tidak boleh lupa kalau sampai 3 hari lagi belum bayar…..fufufu.."
Seketika itu, AC yang tadi menerpa wajah Lotti langsung jadi pengap dan lembap. Wajah Lotti pun menjadi pucat dalam sekejap. Ya, ia tahu maksud sang ibu kos dengan jelas sekali. Semua yang tidak membayar lebih dari tenggat, akan jadi pembantu tanpa di bayar selama SEBULAN penuh tanpa dibayar!
"Ba-baik, Cheryl-sama…" kata Lotti sambil tertunduk lesu, lemah, letih, lunglai, lelah (gejala 5L! Minum sangobi*n!)
Dan mari kita kembali ke masa sekarang, di mana Lotti masih pundung dan meratapi nasib hidupnya yang tiba-tiba apes kena pepes. Sekarang, dia masih duduk di sudut tergelap yang dimiliki kos-kos'an itu, yaitu disudut dapur belakang tempat ia biasanya bergumul dengan semangkuk mie hangat rasa ayam bawang kesukaannya.
"HEH! Rambut pink jelek!" terdengar suara seorang gadis berambut brunette beriris amethyst yang muncul secara tiba-tiba di pinggir pintu sambil memandanginya dengan sebuah daging panggang di kedua tangannya.
"Jangan sekarang Alice, aku sedang malas bertengkar.." kata Lotti ala HSMTM (=Hidup Segan Mati Tak Mau)
"Siapa yang mau bertengkar?" kata Alice sambil mengunyah daging panggang yang baru ia cabik dengan giginya itu. "Aku cuman mau bilang kalo aku mau ngambil balik uangku yang kemarin kamu pinjam buat makan di restoran padang!"
DEG! Para pembaca sekalian pasti mengerti bagaimana rasanya menjadi Lotti sekarang. Kalau anda tidak tahu, silakan bayangkan sendiri..#PLAK!
"Aduuuhh…Alice, masa kamu tidak tahu? Aku masih belum dapat kiriman!" Lotti berteriak secara histeris sambil miris karena lihat Glen ngiris bawang tipis-tipis.
"FUH! Aku tidak mau tahu! Aku butuh uang itu untuk beli daging panggang lagi!" kata Alice sambil mencaplok daging panggang yang tersisa di tangannya.
"Kenapa kau tidak minta saja pada kakak kembaranmu?" tanya Lotti, berharap sang gadis 'buas' itu mau membiarkannya 'hidup' lebih lama lagi.
"Alyss? Dia tidak mau! Dia itu kalau soal uang memang paling tidak bisa ditolerir!" Alice mendengus kesal mengingat kakaknya yang tidak pernah mau meminjaminya uang untuk beli daging panggang.
"Bagaimana dengang Glen-sa…maksudku Glen? Dia kan kakak sepupumu.." Hampir saja Lotti membuka rahasianya pada Alice. Meskipun semua sudah tahu kalau Lotti ngefans berat sama Glen, tidak ada yang berani mengungkit tentang hal itu, jadi kalau sampai Lotti ketahuan memanggil Glen dengan sebutan 'sama' tentu akan jadi berita besar yagn spektakuler, fantastis, bombastis, seperti kacang buncis!
"Glen? Asal kau tahu saja…dia aja kalo makan harus minjam uang ama Jack, mau beli'in aku daging gimana?" yang ditanyai menjadi tak berkutik seketika itu juga.
Memang, keluarga Baskerville tidak semampu keluarga Vessalius atau pun Reinsworth. Tapi mereka masih termasuk keluarga bangsawan. Dan Glen berhasil masuk Pandora Gakuen juga karena ia adalah sahabat karib dari Jack Vessalius yang adalah sepupu Oz yang merupakan anak dari kepala keluarga Vessalius.
"Nah.. Itu dia!" kata Lotti. Wajahnya yang tadi seperti orang yang sudah tidak ingin hidup di kos-kos'an ini langsung berubah dalam sekejap. Ia segera bangkit berdiri dan memeluk Alice yang masih kebingungan sendiri melihat senpai-nya yang satu ini.
"Alice! Terima kasih!" katanya sambil memeluk Alice kuat-kuat. Ia bahkan tidak peduli ketika erangan protes dari sang gadis preman itu mulai menyeruak, tanda kesulitan bernapas.
Lotti segera angkat kaki dari posko pundungnya. Meninggalkan Alice yang memandanginya dengan pandangan nista karena merasa senpainya itu sudah kerasukan setan orang gila.
"Kenapa sih itu orang? Apa otaknya konslet, yah?"
Dalam sekejap, Lotti sudah berada di depan sebuah kamar yang bertuliskan: GLEN & JACK. Tidak…dia tidak datang untuk Glen kali ini, melainkan untuk uji nyali dan kesabaran menghadapi playboy kelas kakap yang sudah taubat akibat amukan Alyss yang sekarang resmi menjadi pacarnya. For Your Information, readers #PLAK! Di gampar pake ikan guramee#..Yah, untuk sekedar pemberitahuan saudara-saudari sekalian, kos-kos'an ini sangat tidak biasa dan tidak pada umumnya. Maklum saja, ini adalah kos-kos'an yang terdiri atas 4 anak laki-laki yang terdiri atas Oz, Jack, Glen, dan Break. Dan 6 gadis dari Venus yaitu Alice, Alyss, Lotti, Echo, Zwei dan Sharon. Bisa ditebak kalau ini adalah kos-kos'an campuran. Dewasa ini, kos-kos'an hanya menyediakan jasanya untuk 1 gender, namun ibu kita Cheryl Reinsworth (puteri sejati…puteri mama Sharon, harum namanya #dilempar konde Kartini#..) ini berhasil mengatur ke-10 anak-anaknya (?) ini tanpa ada kasus yang tidak diinginkan.
Jangan tanya kenapa ada orang kaya yang mau ikut ngekos, sementara mereka bisa bersantai-santai di rumah yang megah bin mewah. Oz memiliki misi yang tak kalah penting dari Jack yang―katanya―ingin lebih dekat dengan pacarnya, Alyss. Oz sedang mengejar cinta Alice yang hanya mencintai daging panggang dengan seluruh jiwa raganya itu. Sedangkan Break, yah…dia kan calon cucu menantu Cheryl, bolehlah dikatakan kalau ini adalah ajang pelatihan menjadi cucu menantu yang baik (?).
Lotti menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu itu. Ia tahu bahwa saat ini Glen tidak ada di rumah, jadi satu-satunya yang ada di dalam situ, pastilah musuh bebuyutannya dalam berebut perhatian dari Glen : Jack Vessalius.
"Masuk saja…pintunya tidak kukunci, kok!"
Lotti langsung masuk begitu mendengar kalimat tersebut. Tanpa ba-bi-bu-be-bo-bea-beo-bea-beo (?) ia langsung menerjang masuk hanya untuk mendapati bahwa Jack sedang mengutak-atik jam weker kesayangannya, hadiah dari Alyss.
"Oh, ternyata kau, Lotti… Glen tidak ada di sini.." kata Jack sambil tetap berkonsentrasi pada jamnya itu.
Lotti mendesah panjang."Aku datang ke sini bukan untuk bertemu dengan Glen, Jack.. Aku datang ke sini untuk bertemu denganmu. Ada hal yang harus kubicarakan."
Hening. Sepi. Sunyi. Senyap. Meskipun Lotti tidak bisa melihat apa yang dilakukan Jack, ia tahu bahwa setelah mendengar perkataaannya barusan, Jack langsung menghentikan aktivitasnya. Ia bisa melihat punggung Jack yang agak naik ketika ia mengambil napas panjang. Lalu Jack berbalik dan Lotti bisa melihat tatapan yang tidak normal, dan Lotti tahu bahwa Jack pasti berpikir hal yang bisa membuatnya muntah 3 bulan lebih.
Jack tersenyum penuh misteri, masih di tempat duduknya yang sekarang sudah diputar menghadap Lotti supaya ia bisa melihat teman sekelasnya itu.
"Lotti…aku tahu maksud perkataanmu dengan JELAS… Tapi maaf, aku sudah ada yang punya.." kata Jack dengan nada lebay-bombay. "Hatiku ini hanya milik Alyss seorang.."
BUAGH!
"Ouh! Ittai-ta-ta-ta-tai yo…." Jack mengusap kepalanya yang baru saja menjadi korban gamparan teflon kebanggaan Lotti yang sudah diturunkan dari nenek dari nenek dari nenek dari sepupu nenek dari keponakan nenek dari tetangga nenek dari paman nenek dari neneknya nenek ibunya.
"Otakmu itu tidak ada habisnya kalau soal itu!" Lotti mendengus kesal. Ingin sekali rasanya ia menjambak kepangan blonde yang menjuntai di lantai itu sampai lepas dari kepala Jack. Namun, karena ia merasa ia butuh bantuan dari pria ini, ia harus bisa menahan diri. Setidaknya sampai ia berhasil meyakinkan Jack untuk meminjamkan uangnya.
"Jadi…kau mau apa?" tanya Jack yang masih mengusap kepalanya.
"Aku…mau.." Lotti membuang muka, wajahnya merah. "Aku mau pinjam uang.."
"Hah?"
"Aku mau..pinjam uang" bisik Lotti.
"Apa?"
DUAGH!
Kalau tadi kepala Jack yang menjadi korban, sekarang kaki kiri Jack menjadi saksi beratnya hidup di dunia bersama cewek tsundere ala Lotti. Tendangan maut Lotti yang merupakan jurus dari kakek sepupu jauhnya yang dipelajari bersama tetangga neneknya itu berhasil membuat Jack speechless sambil berlinang air mata.
"ITTAI YOOO!" teriak Jack seketika.
"Haihh.. salah sendiri kau tidak mendengarnya baik-baik." Dengus Lotti kesal bukan main.
"Baik..baik..jadi maumu apa, nona tsundere?" tanya Jack kesal. Ia masih saja mengusap kepalanya.
"Aku..mau pinjam uang.."
"Tumben sekali…" komentar Jack melenggang dengan indah dari mulutnya. "Seorang Lotti yang tidak pernah kehabisa akal untuk mengirit uang untuk pertama kalinya MENGUTANG.." katanya pada diri sendiri dengan gaya lebay-bombay-nya.
"Yah..begitulah…" kata Lotti sambil membuang muka. Ia mulai jengkel dengan alien di depannya sekarang. "Udah deh! Itu kan urusanku… Kamu niat tidak meminjami uang?" tanya Lotti sambil menjerit setengah melengking.
"Ya..Ya..Ya…" Kata Jack cepat sambil menutup kedua telinganya dengan sumbat gabus. Ia segera mengeluarkan sekotak kecil kertas yang pertamanya disangka Lotti sebagai notes. Namun setelah dilihat lagi, ternyata itu adalah cek saudara-saudara!
"Wow.." kata Lotti terpana melihat Jack yang sekarang sudah menggenggam bolpennya, siap untuk menulis nominal yang dibutuhkan gadis berambut pink itu.
"Ayo..katakan saja, kau butuh berapa.." kata Jack dengan agak ketus. "Aku ingin cepat-cepat memperbaiki jamku lagi.."
"Ini bukan cek kosong kan?"
"Kau pikir aku penipu?"
"Kau terlihat seperti itu.."
"…"
Jack, dengan sigap melipat kembali kertas ceknya dan menyisipkannya ke dalam saku kemejanya. Lotti serta-merta segera menjerit histeris layaknya orang yang melihat hantu di siang bolong. Untunglah, Jack masih belum melepaskan sumbat telinganya, sehingga ia aman dan selamat dari teriakan setan Lotti itu.
"Sudah pergi sana.. Kau membuang-buang waktuku yang berharga saja.." kata Jack dengan nada yang dingin. Wah..wah..rupanya, jiwa 'yandere' Jack sedang kambuh!
Lotti tahu bahwa ia sudah tidak punya harapan jika harus berhadapan dengan Si 'Yandere' dari goa hantu―eh salah, maksudnya Jack Si 'Yandere'. Ia hanya bisa menghela napas panjang sambil meratapi nasibnya yang semakin apes. Pucuk dicinta ulam gak tiba-tiba..
Di saat ia sedang terpurukmsendiri dalam penyesalan tiada akhirnya karena sudah menyiksa Jack tadi, matanya menatap kosong sebuah majalah yang tergeletak tak berdaya di atas ranjang Jack. Di sana tertulis: "PandorAniManga"
Seketika itu juga mata Iris yang tadi sayu-sayu meredup segera terbuka lebar dan maju 5 m (ngeri yah?). Demi Tuhan, ia lupa untuk menagih majalahnya dari Echo! Untuk sepersekian detik, darah di dalam tubuhnya terasa seperti berhenti dan membeku.
"ECCCCHOOOOOOO!" Suara lengkingan Lotti pun menggema di seluruh ruangan kos-kosan milik ibu kita Kartini―eh bukan.. Ibu kita Cheryl Reinsworth itu. Bersamaan dengan itu, ia pun segera menuju kamar Echo di lantai 2 dengan kecepatan maksimum.
Kamar Echo dan Zwei―kembarannya, terletak di lantai dua di sudut ruangan. Inilah salah satu keajaiban nyonya Cheryl kita ini. Meskipun mereka kembar, namun Echo dan Zwei layaknya langit dan bumi. Echo pendiam, Zwei seperti burung kakak tua..tinggal di jendela..suka Vincent-sama..giginya tinggal dua (hah?) #PLAK!
Tanpa basa-basi dan ketuk-mengetuk tahu getuk lagi, Lotti segera menerjang masuk ke dalam kamar itu. Karena tanpa permisi, ia sudah tahu kalau Echo PASTI ada di dalamnya. Di dalamnya, ia bisa melihat dua buah ranjang ukuran single yang diletakkan berseberangan. Dan meskipun sama-sama berwarna biru indigo, ia sudah tahu yang mana ranjang Echo dan yang mana ranjang Zwei : yang berantakan adalah milik Zwei, sedangkan yang rapi dan bersih bersinar..sunlight adalah milik Echo.
Dan disana, Lotti bisa melihat dengan jelas seorang gadis berambut keperakan yang duduk di depan meja laptopnya sambil mengenakan kacamata kebanggaanya―kacamat kutubuku yang diberi oleh Vincent―sambil mengenakan atribut kesayangannya yang tak pernah ia tanggalkan dimanapun, kapanpun : Headset berwarna biru langit kesayangannya pemberian Zwei di hari ulang tahunnya kemarin.
"Echo!" teriaknya keras di dekat telinga Echo.
Yang dipanggil hanya menoleh perlahan sambil memandang Lotti dengan wajah standar tanpa ekspresi. Tanpa melepas headsetnya ia melepa kacamatanya.
"Oh, ada Lotti-san. Konnichiwa.. Ada apa kemari, Lotti-san?" tanyanya dengan nada datar―kebiasaannya sejak ia masih kecil.
"Kembalikan majalah PandorAniMangaku!" katanya sambil menegadahkan tangannya ke arah Echo.
"Lho? Zwei sudah kumintai tolong mengembalikan kok.." katanya―masih―dengan nada yang luar biasa datar.
"Aku masih belum terima kok!" kata Lotti mulai dengan ke-nyolotannya yang terkenal tingkat dewa itu.
"Oh..coba nanti kutanyakan pada Zwei.." kata Echo sambil mengalihkan pandangannya dari Lotti kembali ke layar laptopnya. Ia mengenakan kacamatanya kembali dan mulai meletakkan jemarinya di atas keyboard.
Merasa seperti orang bodoh dengan darah yang semakin mendidih tidak jelas, Lotti memutuskan untuk meninggalkan Echo karena dia tahu tidak ada gunanya ia berada di sana lebih lama lagi.
Si Lotti yang uring-uringan kini semakin galau bin sedeng karena sang Author tak kunjung memberinya akhir yang bahagia atau pun menyenangkan. Ia bahkan curiga kalua klai ini akhir ceritanya akan berakhir sama dengan ficnya yang lain. Karena kegalauannya tak kunjung surut, dan semakin pasang (emang laut?) akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke halaman belakang kos-kosan itu.
Meskipun bangunan ini disebut sebagai kos-kosan, namun kita tidak boleh memandangnya dengan sebelah mata. Kenapa? Karena kalau kita memandang dengan sebelah mata, maka kita akan jatuh di parit dekat kos-kosan itu #DUAGH!# Bukan..bukan..karena meskipun disebut kos-kosan, bangunan ini jauh lebih besar dari rusun tingkat 5!
"Hey Glen! Ayo..jangan jadi penakut seperti itu!" suara Break yang terkenal menjadi badut panggilan di kompleks Rutan Bambu itu menggelitik indera pendengaran Lotti. Apa lagi ketika ia mendengar nama pujaan hatinya itu disebut sebagai penakut. Makin panas hatinya.
"Ah…aku hanya tidak mau merusak aset milik Cheryl-sama," jawab Glen dengan tenang dan kalem.
"Ayolah… Sebentar saja! Ini kesempatan langka lho! Kau tidak tahu betapa jarang Kakek Ru membiarkan anak kosnya berkeliaran, kan?" Break masih mencoba meyakinkan kakak sepupu Alice dan Alyss itu.
Lotti memutuskan untuk lebih memperhatikan iolanya itu lebih lama. Dalam sekejap, semua kegalauan, kegundulan―eh kegundahan hatinya sirna karena melihat sosok yang doyan berpakaian gelap itu. Ia duduk di belakang semak sambil berhati-hati agar tidak ketahuan oleh Badut Rutan Bambu itu. Terutama karena warna rambutnya yang memang amat mencolok itu.
Glen terlihat berpikir sebentar. Ia memijit-mijit dagunya―kebiasaan yang sudah disurvey oleh Lotti bahwa ia telah memiliki kebiasaan itu sejak ia masih duduk di bangku SD.
"Baiklah..sebentar saja, yah.."
"Yah.. Begitu dong!" kata Break sambil tersenyum puas. Ia bergeser sedikit dari tempat ia duduk tadi dan menepuk-nepuknya pelan. "Ayo!"
'Sebenarnya apa sih yang sedang mereka intip? Apa jangan-jangan…'
Sekilas info, Kakek Ru, pemilik kos-kosan tetangga Cheryl Reinsworth yang dari dulu terkenal sangat disiplin itu memang hanya membuka kos-kosan untuk putri. Dan hal ini tentu saja menguntungkan bagi semua laki-laki yang tinggal di kos-kosan Cheryl-sama ini. Bahkan Break yang sudah menjadi calon cucu menantu Cheryl pun tidak bisa menolak godaan ini.
Lotti merasa dunianya hancur ketika ia melihat Glen dengan perlahan namun pasti berjalan menuju tangga yang tadi di gunakan oleh Break untuk memanjat dinding dan menaiki genteng itu. Author sendiri cukup heran, berapa tinggi tangga yang dimiliki oleh Si Badut Rutan Bambu itu.
Namun, sebelum Glen sempat menginjakkan kakinya pada anak tangga pertama, terdengar suara yang luar bioasa mencengangkan dari dalam rumah. Semua menoleh karena suara itu benar-benar mengerikan. Benar, suara itu tidak menggelegar seperti raksasa, tapi suara itu benar-benar mengandung aura yang kelam dan pekat.
Siapakah yang datang itu?
A/N: NOOOO! Clffhanger! *headbangs*
Maaf yah…*bows*
Alyss terpaksa ngebuat cerita ini jadi two-shots
Kenapa?
Karena Alyss udah diterror ama si manis dari Kali Porong, Alice Safira *kabur*
Selain itu, Alyss masih harus menyelesaikan fic Alyss untuk Valentine (tentu saja…Oneshot)
Akhir kata, maaf kan kalo ada typos yang berserakan di sana dan di sini..
Karena Alyss masih junior..masih belum seperti para author terhormat yang Alyss pujua *nangis meratapi bombay (?)*
Nah, jangan lupa untuk klik tombol di bawah, yah…*ngelirik tombol 'Review'*
Sampai jumpa di chapter berikutnya dan fic Alyss yang lain..*waves*
Best Regards,
Alyss The Duchess of Vessalius
