Hai!'-' aku nulis ff lagi nih. Title-nya sama, Senior and Junior. Tapi yang SuLay version'—' ada yang penasaran Lay nasibnya gimana, kan. Disini deh aku ceritain wehehe'-'
Ini part 1-nya ya. Part 2-nya nyusul'-' siswi SMA kan agak gimana gitu /slapped
Oke, langsung baca aja ya, happy membaca'-'
...
Senior and Junior
Rated T
Pairing: SuLay (Suho-Lay)
Genre: Romance
Warning
GS. AU. Fic aneh. Fic berantakan. Fic jelek. Seperti biasanya. TTnTT
Reviewnya boleh sesudah membaca nanti? Ngehehehe.
...
"Kau mengerti ini?"
"Kau bertanya padaku? Sayang sekali, aku sama sekali tidak mengerti hal yang berhubungan dengan matematika dan semacamnya."
"Hei, sudah belajar fisika kemarin malam?"
"Oh percuma, otakku seakan-akan mau meledak."
"Materi bahasa inggris yang dijelaskan miss Tiffany kemarin bagaimana, sih? Aku tak mengerti."
Begitulah sekilas percakapan disuatu kelas pada saat istirahat makan siang. Saling menanyakan materi-materi mata pelajaran yang tak dimengerti. Jelas saja mereka menjadi murid-murid yang rajin, karena hari Senin nanti ulangan harian bersama pertama disemester baru akan dilaksanakan.
"Agh, percuma aku bertanya dengan mereka semua. Tidak ada yg mengerti dengan apa yang dijelaskan guru dengan mata yg hilang ketika tersenyum itu!" rutuk seorang gadis dengan muka yang menggambarkan keputus asaan. Keputus asaan tidak berhasil mendapatkan seorangpun yang mengerti materi yang ditanyakannya.
"Kau tidak bertanya padaku?" sahut gadis yang sedang duduk kalem dimejanya sambil membaca majalah.
"Oh?! Kau bisa mengajariku, Lay?!" mimik keputus asaan gadis tadi langsung berubah drastis menjadi sangat antusias.
"Tidak." Singkat. Jelas. Padat. Itulah yang gadis kalem itu jawab.
"KAU! YIXING!"
...
"Okay. Any questions, students?"
"Nothing, miss!"
Oh, jawaban yang sangat 'semangat'.
"Then, i think that's all for today. Let's meet again next week, and good luck with your first exam here, everybody!"
Miss Tiffany—guru dengan eyesmile-nya yang cantik—mengemasi buku-buku tebalnya dengan cekatan dan berjalan anggun keluar dari kelas dengan ketukan sepatu heels-nya yang terdengar jelas ditelinga para murid.
Dan ketika pintu kelas itu dibuka dan ditutup kembali, helaan nafas yang dihembuskan secara bersamaan terdengar.
"Whoa. Dia memang cantik. Tapi sayangnya ilmu yang dia berikan tidak pernah diterima oleh otakku." ucap Taemin—masih ingat dengan sang gadis putus asa yang pernah aku sebut?—dengan wajah masam.
"Ha. Aku setuju denganmu. Tapi tentang kecantikan, tentu aku yang lebih cantik dari guru berumur 24 tahun itu." Kali ini gadis disebelah Taemin menyahut—Luna.
"Cis, hilangkanlah sesekali penyakit pede akutmu itu, nona Park. Aku muak." Desis Taemin sinis.
"Daripada kau? Gadis yang sangat sangat ingin tahu warna pakaian dalam yang dipakai Minho sunbae. Begitu, kan?"
"Ya, kau, apa katamu?!"
Taemin mengambil ancang-ancang untuk berkelahi dengan Luna, sampai sebuah suara memotong pertengkaran kedua gadis itu,
"Ssssh. Duo tupai, bisakah kalian diam? Memang susah kalau sudah berdekatan dengan kalian berdua." Seorang gadis dengan rambut cokelat panjang yang dikuncir kuda menatap tajam sang duo tupai yang disebut.
"Jangan salahkan aku, dia yang mulutnya merepet duluan." Kata Luna seraya menunjuk Taemin.
"Apa katamu, tupai sok cantik? Mulutku merepet? Bukankah kau yang mulutnya lebih merepet dibanding aku?" ujar Taemin tak kalah sengitnya.
"Berhenti memanggilku tupai sok cantik, kau tupai bibir tebal!"
"Tupai bibir tebal lagi katamu! Aku ini tupai bibir seksi!"
Dan terjadilah adu mulut. Jikalau di dalam komik-komik, mereka terlihat sedang saling bergulat.
"STOP! Hentikan perdebatan kalian! Taemin, Luna, hentikan! Henti—Taemin, berhenti menendang! Kalian berhentilah—oh ya Tuhan Luna, kenapa kau melempari alat tulis! Sudahlah berhenti bertengkar kalian berdua, kumohon berhenti bertengkar, berhenti bertengkar, AKU BILANG BERHENTI BERTENGKAR!"
...
...
Taemin menarik kakinya—yang tadi menendang-nendang. Begitu juga Luna yang berhenti melempari alat tulis miliknya.
Begitulah jikalau emosi sang ibu sudah berada di ubun-ubun.
Lay—gadis berambut cokelat tadi—menatap tajam kedua gadis itu.
"Pertama. Kalian mengganggu tidurku. Aku ingin puas-puas tidur sebelum nantinya aku akan mulai begadang untuk ujian yang dimulai di hari senin nanti. Kedua. Kenapa kalian selalu tidak pernah akur?! Ayolah, kita sekelas hanya satu semester. Semester kedua siapa tahu kita sudah tidak sekelas lagi! Jadi, berdamailah kalian!" omel Lay panjang lebar selebar lebarnya halaman sekolah mereka.
Taemin membuka mulutnya, "B-bukan aku yang memulai! Tapi di—oh baiklah Yixing. Aku yang salah, aku minta maaf."
Luna meringis melihat kepasrahan Taemin. "Tidak, aku lebih bersalah. Aku selalu saja memancing perkelahian."
Taemin menatap Luna, "Sudahlah Luna, tidak perlu mengalah untukku. Aku yang salah."
Luna balas menatap Taemin, "Tapi aku tadi mengataimu, kan. Jadi aku yang lebih salah."
Tatapan Taemin mulai diselimuti emosi. "Ha. Jadi kau mengaku kalau kau tadi mengejekku, kan? Kau memang salah, dasar sok cantik!"
Luna menatap Taemin sengit. "Oh, jadi kau senang aku mengaku? Tidakkah harusnya kau berterima kasih padaku karena aku membelamu! Bibir tebal!"
"DIAM KAU LUNA!"
"KAU YANG HARUSNYA DIAM, TAEMIN!"
"HENTIKAN!"
...
Akhirnya mereka bertiga—Taemin, Luna, Lay—berjalan-jalan keluar kelas seusainya perkelahian dua gadis yang cukup panjang tadi.
"Begini lebih baik, kan. Menghabiskan waktu sambil menghirup udara segar diluar kelas yang pengap sehabis pelajaran miss Tiffany tadi. Daripada saling mengejek. Menguras energi secara percuma saja." Ujar Lay seraya menutup matanya menikmati angin yang bertiup kecil.
"Sudah kubilang dia yang memulai, Yixing." Sungut Taemin.
"Egh, ya, ya, ya, terus saja menyalahkanku." Gerutu Luna.
"Sudahlah kalian, jangan mulai lagi. Pikirkan saja ulangan hari Senin."
"Aaah kumohon jangan ungkit-ungkit masalah itu, Yixing! Aku muak! Fisika, Matematika, Kimia, aku tak mengerti semuanya! Terutama pelajaran miss Tiffany yang terkutuk itu! Untung saja Bahasa Inggris dijadwalkan hari Rabu! Hanya itu yang bisa membuatku merasa senang!" cerocos Taemin seraya mengepalkan tangannya geram.
"Yang aku benci kenapa Sejarah harus hari Senin." Kata Luna dengan wajah yang ditekuk putus asa.
"Sudah, kita hanya bisa belajar untuk menghadapinya." Ucap Lay. Sebenarnya dia juga membayangkan soal-soal yang sedang dibuat oleh guru-gurunya. Seketika tubuhnya merinding membayangkannya.
"Oh ya, bagaimana dengan susunan tempat duduknya? Bukannya.. kita duduk dengan senior dan tempatnya diruangan yang lain?" Luna menyeletuk.
"Ah, benar, benar. Aku baru ingat. Kalau aku tidak salah.. kita duduk dengan senior kelas 2-2. Ruangan kita diruangan tujuh." Kata Taemin seraya mengingat-ingat.
"Ruang tujuh? Berarti dilantai pertama." Ujar Lay.
"Hu-uh. Dan senior kelas 2-2.. itu kelasnya Kyuhyun sunbae, kan?"
"Eh? Benarkah? Eng—ah, ya, ya! Benar, kelasnya Kyuhyun sunbae. Taeyeon sunbae juga, kan? Aku mengingatnya."
"Karena mereka orang yang terkenal disekolah ini, Taemin."
"Cis, diamlah kau Luna."
"Aku tak dengar. Hei, bagaimana nanti sepulang sekolah kita lihat ruangan tujuh dilantai bawah? Aku penasaran aku duduk disebelah siapa. Siapa tahu sunbae-nya tampan, hihihi." Luna tertawa genit dengan khayalannya yang indah.
"Berharap sekali kau."
"Biarkan saja. Daripada kau, orang yang cintanya tak terbalas. Kasihaan, Minho sunbae sudah berpacaran dengan Yuri sunbae. Hahaha!"
"KAU CARI MATI DENGANKU, LUNA PARK?"
Lay hanya melihati perdebatan kedua temannya dengan raut muka datar.
...
"Cepatlah Taemin, aku sudah tidak sabar melihatnya!"
"Dasar gila. Jangan terlalu senang, Luna! Siapa tahu kau duduk dengan senior culun!"
"Tidak akan! Senior kita tidak ada yang jelek, kau tahu itu!"
"Cis. Percaya diri sekali dia. Ah Yixing.. kira-kira aku duduk dengan siapa, ya? Kenapa harus dengan kelas 2-2, sih.. kenapa tidak kelas 2-3 saja? Kan aku bisa satu ruangan dengan Minho sunbae.."
"Kau terlalu banyak bermimpi, Taemin. Selama Minho sunbae masih ada hubungan dengan Yuri sunbae dia tidak akan melirikmu."
"Egh. Pasangan itu. Sudah 4 tahun berpacaran tidak bosan-bosan juga. Ayolah, akhiri hubungan kalian yang memuakkan itu! Beri kesempatan untuk gadis lain mendekati Minho sunbae, dasar tante Yuri sialan!"
"Besar sekali suaramu Taemin, nanti ada senior lain yang dengar."
"Biar saja, heh."
"Hei kaliaaan, sudahkah berbincang-bincangnya? Ayo kita liat susunan tempat duduknya!" Luna memanggil sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Ya, ya, ya. Kami tahu, Nona sok cantik. Jadi, dengan siapa kau duduk?" Taemin mengamati kertas yang tertempel dijendela ruangan tujuh.
"Lee Donghae. Aku tidak tahu yang mana seniornya. Semoga saja tampan."
"Semoga saja jelek. Baiklah, dan aku duduk disebelah.. Seo.. Joo Hyun. Heh, siapa ya? Aku tak mengenal sunbae itu." Taemin menggaruk kepalanya.
"Kita kan baru disekolah ini, Taemin bodoh. Maklum saja lah."
"Iya juga sih. Bagaimana denganmu, Yixing? Siapa senior yang duduk denganmu?"
"Sebentar. Aku sedang membaca namanya. K-Kim.."
"Kim?"
"Kim.. Joon.. Myun.."
"Ya, Kim Joonmyun."
TBC
Author's note
Halo hai halo! Udah baca?'-' udah kan ya, udah nyampe sini'—'
Inilah part pertama, jreng jreng. Part ke-2 akan segera datang, aku bakal nyempat-nyempatin ngetik ff kok'—'
Gak ada ide buat ceritanya. Jadi pake kisah asli eke aja. Aduh cucok kok curcol'-'
Yaudah deh, eke minta repiu-nya ya cintaaawh. Mwach'-'
