Tittle : Weeds of The Mafia

Main Cast : Oh Sehun, Xi Luhan

Genre : Romace, Drama

Rated : PG-17

Length : Chaptered

.

.

.

Udara dingin mulai berhembus menusuk tulang. Daun-daun telah menguning lalu berguguran meninggalkan rantingnya. Bulan ini telah memasuki musim gugur, udara dingin musim gugur mulai menyeruak tubuh. Banyak orang akan mulai memakai jaket panjang dan bahkan syal untuk melindungi tubuh mereka dari udara dingin.

Sebuah mobil Lamborghini Murchielego berwarna merah metalik melaju dengan kecepatan sedang menembus udara dingin daun yang berguguran. Mobil mewah itu memasuki sebuah kawasan sekolah elite bergaya eropa, melewati taman yang ada didalam sekolah tersebut lalu berhenti agak jauh dari pintu masuk sekolah.

Salah seorang dari penumpang mobil tersebut menatap keluar jendela. Menatap hamparan tumbuhan di taman kawasan sekolah tersebut. Walau sebenarnya hanya ada satu objek yang menyita perhatianya. Rumput liar, yang tidak seharusnya tumbuh di taman seindah itu. Setelah keheningan melanda, akhirnya salah seorang penumpang didalam mobil tersebut memilih untuk memecahkan keheningan

"Kau pulang jam berapa?"

Pertanyaan konyol seperti itu tidak seharusnya ditanyakan oleh seorang Oh Sehun.

"Apa aku harus menjawab pertanyaan retorisme itu?" Luhan kesal sekarang. Setelah Sehun terdiam dan bersikap aneh dengan memandang taman saat mobil sudah berhenti, ia malah menanyakan hal yang tidak penting. Sehun selalu melakukan hal yang tidak berguna. Padahal Sehun bahkan bisa mendapatkan informasi hanya dengan menjentikkan jarinya.

Sehun kemudian menggenggam jari-jari lentik Luhan dengan tangannya yang besar.

"Baiklah. Kuharap kau tidak mencoba untuk kabur –lagi"

Sebenarnya hari itu Luhan hanya iseng. Kabur dari seorang Oh Sehun adalah hal paling tidak mungkin dilakukan, tentu saja

.

Karena Oh Sehun adalah seorang mafia. Ya, Sehun merupakan salah satu dari pemimipin berpengaruh di dunia gelap. Dunia yang tidak bisa dimasuki orang biasa, dimana dunia dengan hanya orang terkuatlah yang bisa bertahan.

.

.

.

"Luhan!"

Seorang remaja pria terlihat tergesa-gesa memasuki ruang kelas dan segera duduk dibangku tepat disebelah orang yang memanggilnya. Nafasnya masih terasa berat karena harus berlari dari depan sekolah yang bahkan sangat jauh letak gerbang dengan gedung sekolah. Sebenarnya bukan hanya harus berlari dari depan gerbang tapi dia juga harus menahan rasa kantuk yang masih terus menderanya karena rasa kelelahan yang teramat sangat. Ia rasa ia sudah mencapai batas kemampuannya menahan rasa lelah. Karena setelah tak lama terduduk di bangkunya, kesadarannya segera menghilang disusul dengan suara kursi terjatuh yang sangat kencang.

" Luhan, astaga!" entah kenapa tidak ada yang bergerak sedikitpun untuk membantu pria kecil itu ke ruang kesehatan, hanya satu orang yang sedari tadi terus memanggil namanya yang dengan susah payah membopong tubuh pria manis itu, beruntung seseorang yang terus meneriakkan nama Luhan itu memiliki proporsi tubuh kuat yang terbias oleh cara berpakaiannya.

.

.

.

Diruangan serba putih yang dilihat dari interiornya benar-benar terlihat seperti di kamar rawat rumah sakit, tapi tidak. Itu hanya ruang kesehatan yang digunakan SoP High School. Sekolah ini memang tidak main-main dalam memberikan pelayanan dan fasilitas yang sangat lengkap dan menunjang. Seorang pria manis tampak tertidur dengan nyenyak dan damai. Hanya di saat tertidur lah ia merasa dapat tenang dan beristirahat tanpa memikirkan beban hidup yang sangat berat yang tidak pernah ia pikirkan atau bahkan bermimpi-pun tidak pernah untuk dialaminya. Tapi kedamaian itu tak berselang lama karena beberapa menit setelahnya bel yang menandakan kegiatan pembelajaran berakhir untuk hari ini pun berbunyi dengan sangat kencangnya yang membuat pria manis yang sedang tenggelam dalam mimpinya segera terbangun karena kaget. Ia langsung terduduk dan langsung melirik jam yang berada di dinding.

"Sial, ada apa denganku. Dasar Luhan bodoh kenapa kau tertidur! Segini saja hah usahamu? Ini yang kau bilang berusaha maksimal meraih mimpi? Bodoh ." Gumaman pria manis itu terdengar seperti sumpah serapah yang lucu jika dilihat dari bagaimana ia memarahi dirinya sendiri. Tak lama terdengar bunyi pintu terbuka yang segera menampilkan wujud kepala menyembul pria berkacamata dengan senyum leganya mengetahui sahabatanya sudah sadar. Ia segera masuk dan duduk di kursi di sebelah ranjang.

"Hei Boy. Kau baik-baik saja? Aku sangat khawatir tadi. Kau jahat sekali padaku karena mebuatku menggendong tubuh gendutmu itu." Cebiknya

"Hey! " si kecil tampak kesal. Sahabatnya itu bukannya ikhlas menolongnya toh bukan ia juga kan yang mau untuk merepotkannya.

"Hehehe" lihat ? sekarang ia berprilaku seperti orang idiot. Dasar.

"Aku hanya kelelahan tidak usah khawatir" gumam si pria manis, ia sadara sahabatnya sebenarnya sangat mengkhawatirkannya. Ia sangat bersyukur sekali karena masih ada yang mau menjalin hubungan persahabatannya walaupun ia sangat yakin sahabatnya adalah orang yang berada.

Kenapa? Karena SoP High School yang disini adalah sekolah bagi kalangan elit. Benar-benar elit sehingga bahkan tidak ada murid biasa saja yang dapat masuk kesekolah ini apalagi murid beasiswa. Tidak adil? Bagaimana jika ada yang tidak mampu namun ingin masuk ke sekolah yang juga bagus dan apa pemerintah mengizinkan hal ini terjadi ? Jaawabannya Ya. Karena uang yang digunakan sebagai pendidikan di SoP sebagiannya tetap disisihkan bagi membangun sekolah yang juga dijamin memiliki pendidikana tinggi. pendirian sekolah khusus orang yang tidak mampu tetap di bangun terpisah karena beberapa hal yang dipertimbangkan para orang tua murid SoP demi keamanan putra-ptrinya karena orag yang bersekolah disini benar-benar orang penting dan memiliki jabatan yang tinggi sehingga harus dijaga keamanan dan pendidikan yang harus diraih.

Namun anehnya entah kebetulan atau apa Luhan mendapat kesempatan bersekolah disini atas tawaran langsung sang kepala sekolah karena kejadian tidak disengaja yang jika Luhan pikirkan lagi terasa sangat aneh jika memberikan kesempatan sekolah elit dan ketat ini secara cuma-cuma. Hanya karena luhan pernah menemukan kucingnya yang hilang tanpa sengaja di dekat toko kelontong tempat Luhan bekerja. Luhan yang saat itu sedang membuag sampah dibelakang toko dikejutkan dengan adanya seekor kucing berbulu indah membuat alisnya bekerut "kenapa ada kucing seindah ini disekitar sini" pikirnya.

Dan ia segera membawanya kedepan toko untuk memberinya makan sekaligus menjaga toko. Tak lama muncul seorang ibu-ibu berpakaian nyentrik tampak menatapnya lekat dan tiba-tiba berkata "Astaga! Tom akhirnya kau ketemu juga" dan begitulah kejadian berLalu, ibu itu bertanya mengenai dia yang terlihat sangat muda dan menjaga toko apa untuk membantu orang tua dan Luhan dengan jujur berkata ia sedang bekerja dan liburan setelah ujian Junior High School jadi sekalian untuk mendapatkan ide disenior high school mana ia mendaftar ia memutuskan bekerja sambilan. Walaupun tidak sepenuhnya benar. Luhan bekerja bukan hanya untuk mengisi waktu luang saja namun untuk membiayai hidupnya sendiri

Luhan segera menggelengkan kepalanya. Kenapa juga ia memikirkan hal aneh itu. Luhan melirik Xander disebelahnya. Benar. Xander memang seseorang yang sangat baik hati. Walaupun penampilannya terkesan aneh dan cupu dia benar-benar pria yang baik. Dan Luhan tidak akan membuatnya khawatir dengan berkata jujur jika ia melakukan beberapa pekerjaan tambahan beberapa hari ini.

Hal ini terjadi karena pada minggu lalu flatnya tiba-tiba didatangi oleh beberapa pria berperawakan kekar yang sangat berkata jika Luhan harus membayar hutang atas nama ayahnya padahal Luhan yakin ayahnya bukan tipe orang yang mau meminjam uang apalagi bisnis rumah sakit ayahnya berjalan sukses. Tapi seakan ditampar oleh kenyataan, Luhan ingat jika bisnis ayahnya di rebut oleh sang ibu tiri. Miris. Luhan pikir apa mungkin bisnis ayahnya hancur dan malah meninggalkan hutang atas nama ayahnya. Kemungkinan itu terjadi sangat besar mengingat siapa yang menelola bisnis ayahnya bukanlah orang yang benar dan baik. Bisnis ayahnya pasti hancur. Lalu cobaan apalagi ini? Kenapa mereka terus menyiksa hidpunya lagi. Kenapa harus Luhan yang membayar hurang-hutang itu. Ibu tirinya benar-benar licik! Ingin sekali rasanya ia menghentikan hidupnya karena cobaan yang kembali datang. Namun ayahnya akan sangat marah jika ia berani melakukannya.

Luhan menghela napas. Dan itu menarik perhatian Xander, ia segera mengelus punggung luhan dan berkata jika ia lelah Luhan bisa mengandalkannya.

.

.

TBC