DOCTOR
(Baekyeol Fanfiction)
Author : parkodot
Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Kim Joonmyun, etc^^
Lenght : Chaptered
Genre : angst(?), Romance
Desclimer : EXO milik Tuhan dan Keluarganya. Dan Park Chanyeol adalah punya author seorang! Iyain aja udah ..
Summary : "Seorang Park Chanyeol yang menyebalkan, akan berubah saat dokter barunya datang ||| "Dokter baru lagi? O aja.." ||| "Byun Baekhyun imnida.." ||| "Panggil dia! Secepatnya, Joonmyun-sshi! Aku berani bayar berapapun. Anakku harus sembuh!" ||| "Kris jelek! Kris kampret!" ||| "Aku sempat berteman baik dengannya" ||| "APAA?""
.
.
HAPPY READING! ^^
.
.
.
.
.
IF YOU NOT LIKE YAOI, DONT READ THIS!
.
.
.
.
.
WARNING! TYPO JELEK ABAL GAK JELAS!
.
.
.
.
.
parkodot Presents..
.
.
.
.
"…..aaarrrggghhh ssshhh…."
"…..errggghhh ssakkiittt…"
"…..jjangan ssentuh akuu…."
Erangan maut milik pemuda jangkung itu menggema di kamar megah itu berulang kali berteriak kesakitan tatkala kepalanya terasa dihantam batu besar. Jangan berpikiran negative dulu tentang erangan tadi.
.
"Suster, berikan dia obat penenang!"
"Baiklah…"
.
Sang suster segera bergegas mengambil suntikan penenang. Suntikan ini diberikan karena si pemuda jangkung tadi masih mengerang kesakitan. Rambutnya yang semula tertata rapi dengan gaya Mohawk yang keren, kini menjadi hancur seketika dikarenakan seluruh jemarinya masih saja menjambak – jambak rambutnya sendiri.
1 detik…
.
.
2 detik…
.
.
5 detik…
.
.
Perlahan tapi pasti, pemuda itu mulai diam. Tubuhnya menjadi lemas seketika tatkala suntikan penenang itu ditusukkan ke kulit putihnya. Cairan kental berwarna merah mengalir dari hidung mancungnya saat ia mulai tidak sadarkan diri.
.
"Suster, bersihkan darahnya, ne? aku akan berbicara dengan ibunya.."
"Ne, Joonmyun-sshi.."
.
Sang dokter segera bergegas keluar. Menemui keluarga dari pemuda tersebut. Terlihat jelas—tepatnya di ruang tamu—seorang wanita paruh baya dan juga seorang pemuda 16 tahunan terduduk cemas di sana.
"Bagaimana keadaan anakku, Joonmyun-sshi?" Tanya sang wanita paruh baya yang diketahui bernama Mrs. Park dengan suara parau. Joonmyun—sang dokter hanya terduduk lesu, "Aku sudah melakukan yang terbaik, Nyonya…"
"Maaf, aku tidak bisa mendeteksi secara tepat untuk penyakitnya. Yang saya lihat hanyalah tumor di otaknya, sekaligus ada suatu pembuluh yang rusak." Lanjutnya yang kemudian dihadiahi isakan tangis dari Mrs. Park.
"Lakukan apapun, Joonmyun-sshi! Asalkan anakku sembuh!" tangisan Mrs. Park semakin pecah. Membuat hati nuraninya tergoyah. Bagaimanapun juga, pemandangan di depannya kali ini adalah 'seorang ibu yang tidak mau kehilangan putranya'.
Sebagai dokter, Joonmyun tidak suka melihat pasiennya yang belum sembuh. Ia Nampak berpikir untuk mencari jalan keluarnya. Namun entah kenapa, otaknya seperti disumpal batu besar sekarang, buntu.
Park Chanyeol adalah nama dari pemuda jangkung itu. Ia memang tampan, berambut hitam kecoklatan dan juga mata besar yang lucu. Namun, penyakit aneh menyerangnya—tepatnya di bagian otak, membuatnya seperti mayat berjalan. Hal itu terjadi setahun yang lalu, saat dimana sebuah kecelakaan maut hampir merenggut nyawanya.
Entah sudah berapa kali Mrs. Park memanggil banyak dokter di Seoul untuk menyembuhkan Chanyeol. Tapi, putra tertuanya itu belum juga sembuh. Hingga Joonmyun—yang terkenal sebagai dokter muda berbakatpun, tidak bisa mengatasinya.
"Ahjutti~ Apa kau tidak punya teman dokter lain? Thiapa tau, kau bitha meminta pertolongannya untuk menyembuhkan Chanyeol hyung…"
.
TINGG!
.
Otak Joonmyun bersinar seketika saat mendengar saran dari seorang laki – laki 16 tahunan yang masih belum fasih mengucapkan huruf 's' tersebut. Park Se Hun, namanya. Adik dari Park Chanyeol.
Joonmyun tiba – tiba teringat akan sosok temannya.
"Kau benar! Aku baru ingat kalau aku mempunyai teman dokter. Kurasa ia cerdas. Bahkan, ia terlalu cerdas untuk dokter yang masih berusia 20 tahun…"
Mrs. Park dan Sehun mendengarkan Joonmyun dengan seksama.
"Byun Baekhyun! Yah, sepertinya dia bisa membantu. Ia bekerja di Paris sekarang. Butuh waktu beberapa hari untuk memanggilnya ke sini.."
Terlihat senyuman lega dari Mrs. Park, "Panggil dia! Secepatnya, Joonmyun-sshi! Aku berani bayar berapapun. Anakku harus sembuh!"
"Akan kuusahakan, Nyonya…" jawab Joonmyun yang kemudian diakhiri dengan senyuman angelicnya.
.
==========================+++ D-O-C-T-O-R+++========================
.
Joonmyun menghempaskan dirinya lelah di kursi pribadi miliknya. Jemarinya tak henti – hentinya mengutak – atik layar handphone miliknya. Mencoba mencari nomor 'Baekhyun' dan menghubunginya.
"Akhirnya ketemu!" ucap Joonmyun senang setelah ia berhasil menemukan nomor ponsel temannya itu. Tanpa pikir panjang, ia segera menelpon Baekhyun.
"Halo, Joonmyun hyung?"
.
Suara lembut dari seberang menyambut telepon Joonmyun.
.
"Baekhyun-ah? Bisakah kau menolongku?"
"Memangnya ada apa?"
"Aku punya pasien yang mempunyai penyakit kepala yang aneh…"
"Hn?"
"Kupikir, kau bisa menyembuhkannya."
"Kenapa harus aku? Nah, kau sendiri?"
"Aku sudah berusaha sebisaku. Tapi tetap saja, sia – sia…"
"Sudah melakukan tes?"
"Aku sudah melakukannya berulangkali. Tetap saja, penyakitnya susah ditemukan. Yang pasti, ia sudah terkena penyakit ini karena sebuah kecelakaan.."
"Yang benar saja…"
"Ahh~ yang penting, kau harus segera kembali ke Seoul! Datanglah ke alamat asdfghjkl….."
"Aku sudah di Seoul. Bahkan aku sudah di rumah. Kekeke~ Besok, aku akan ke sana.."
"Benarkah? Dokter yang baik! Gomawo Baekhyun-ah~"
"Anytime, hyung!"
.
Piip!
Bibir Joonmyun reflek tertarik. Menjadikan senyuman manis yang membuatnya semakin tampan. Dokter muda itu merasa sangat lega.
.
==========================+++ D-O-C-T-O-R+++========================
.
Dengan kemeja hitam dan jas putih bersih, seorang pria manis sudah bersiap untuk pergi. Ia segera meraih kunci mobilnya dan tidak lupa tas koper kecil berisi peralatan kesehatan yang selalu ia bawa. Dokter manis dengan name-tag Byun Baekhyun kini sudah siap menuju kediaman pasien barunya.
Baekhyun mengemudikan mobilnya dengan santai, tapi juga cepat. Bibirnya tak berhenti bergumam kecil menyenandungkan lagu yang mengalun di mobilnya.
Mobil Baekhyun terhenti tepat di sebuah rumah besar nan megah bercat kuning keemasan. "Sepertinya, alamatnya benar…" katanya pelan. Matanya meneliti setiap sudut rumah itu. Memeriksa nomornya, blok, sampai nama jalannya. Yang kemudian ia cocokkan dengan kertas berisikan alamat yang diberikan Joonmyun.
Segera ia masuk halaman rumah itu dan memarkirkan mobilnya. Setelah dirasa aman, Baekhyun langsung turun sembari menenteng tasnya.
.
==========================+++ D-O-C-T-O-R+++========================
.
"Bodoh! Bodoh!"
.
.
"Kris jelek! Aku benci Kris!"
.
.
"Kenapa aku harus mencintai bule Kanada itu kalau akhirnya begini? Bule Kanada kampret! Asdfghjkl…!"
.
.
Laki - laki jangkung itu ribut sendiri dengan aktivitasnya. Ia terus saja menyebut – nyebut nama Kris. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya. Ralat, mantan kekasihnya.
Tangan kirinya memegang sebuah boneka fudo(?) yang wajahnya diganti dengan wajah Kris. Sementara tangan kanannya sibuk menusuk – nusuk boneka itu sembari berucap sumpah serapah yang ia tujukan kepada Kris. Mengerikan memang. Dan sedikit sadis.
"Kris kampret! Kris sialaaann! Kris jeleekkkk!"
.
DOOK! DOOK! DOOKKK!
.
Suara ketukan pintu membuat Chanyeol mengehentikan aktivitasnya, "Nugu?"
.
Krieettt…
Pintu kamar Chanyeol terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya yang tidak lain yang tidak bukan adalah Mrs. Park (ibunya sendiri) dan seorang pria manis berjas putih bersih.
"Ada apa, Mom?" Tanya Chanyeol ketus. Dikarenakan hari ini ia sedang not-in-a-good-mood. "Dan, dia siapa?" lanjutnya.
Mrs Park tersenyum, "Perkenalkan, ini dokter barumu…"
Chanyeol menanggapinya dengan decakan malas. "Ganti lagi ya? O aja" gumam Chanyeol memutar bola matanya.
"Hyung! Theharuthnya kau thenang dapat dokter baru! Dia lebih muda dan cerdath daripada Thuho hyung!" sosok Sehun tiba – tiba muncul. Menembus di tengah – tengah Mrs. Park dan Baekhyun yang sedang berdiri sejajar. Dan kemudian berlari lagi keluar dari kamar hyungnya itu. Chanyeol kemudian memasang ekspresi -_-
Chanyeol membatin, "Tsk. Apa dia masih manusia?"
Baekhyun segera mendekat ke ranjang Chanyeol, tempat di mana laki – laki jangkung itu duduk bersandar.
"Annyeong haseyo… Byun Baekhyun imnida~" sapa Baekhyun dengan nada pelan, diiringi dengan senyuman lembut yang membuat wajahnya terlihat semakin manis.
"Baiklah, Baekhyun-sshi? Aku titip anakku ne?" pesan Mrs. Park kepada Baekhyun. Mirip seperti seorang anak kecil yang menitipkan bonekanya ke teman seperjuangannya.
Baekhyun mengangguk, "Arraseo, Park Ahjumma.."
Mrs. Park segera keluar dari kamar Chanyeol. Meninggalkan Baekhyun dan anaknya sendiri berdua.
.
.
Hening…
Hening….
Dan hening…..
Atmosfer 'keheningan' terjadi begitu saja di kamar Chanyeol. Baekhyun nampak serius melihat hasil ronsen pemotretan(?) otak Chanyeol yang digenggamnya. Ia meneliti dengan seksama, sampai – sampai ia tidak sadar bahwa ia sedang diawasi dengan tatapan sinis dari Park Chanyeol.
"Sok pinter banget sih ini dokter kecil?-_-" gerutu Chanyeol sedikit memonyongkan(?) bibirnya sembari melirik Baekhyun dengan tatapan 'tidak ikhlas'
.
PLUUKK…
.
Sebuah kaos kaki hitam mendarat mulus di atas mulut Baekhyun.
"Heh, Dokter Pendek! Kenapa kau sok pintar sekali huh? Paling – paling juga tidak paham.." ejek Chanyeol sembari melemparkan kaos kakinya yang lain ke arah Baekhyun—lagi.
.
HOOEEKK!
.
Tidak tahan, Baekhyun akhirnya lari setengah terbirit ke kamar mandi. Hanya untuk menghilangkan bau amis bekas kaos kaki Chanyeol tersebut. Sungguh menjijikkan!
Hingga selang beberapa menit kemudian, Baekhyun keluar dari kamar mandi dengan rasa tegar(?) yang luar biasa.
"Pantas saja kau sering berganti dokter, Tuan Park…" Baekhyun mencoba lembut. Bagaimanapun juga, pria jangkung di depannya ini adalah pasiennya.
"Yah, mereka sama bodohnya sepertimu. Tidak bisa tau aku ini sakit apa, dan kemudian menyerah" jawab Chanyeol dingin. Yang kemudian membuat Baekhyun memasang senyum simpul, "Bukan begitu…"
Mata bulat Chanyeol menatap heran ke arah Baekhyun yang perlahan mendekatinya. Pria manis bergelar 'dokter' itu kemudian duduk di sebelah ranjang besar milik Chanyeol. Dan jangan lupakan bibirnya yang selalu tersenyum manis itu.
Dahi Chanyeol berkerut, "Maksudmu apa, hm? Dokter mini?"
Tangan kecil Baekhyun terangkat. Ia mengarahkan tangannya ke arah ubun – ubun Chanyeol. Jemarinya mengelus pelan surai hitam milik pria jangkung tersebut. Membuat Chanyeol sedikit mengantuk dbuatnya.
.
Tetapi….
Tujuan Baekhyun bukan untuk menidurkan Chanyeol. Dalam hatinya, Baekhyun ingin sekali mengutuk laki - laki di depannya ini habis – habisan. Hingga kemudian…..
.
PLUUKK! TWEENGGG! (?)
Tangan kecil Baekhyun tiba – tiba 'mencium' ubun – ubun Chanyeol dengan tidak berprikeubun – ubunan. Yup! Baekhyun menjitak pasiennya sendiri, Park Chanyeol.
"Yak! Appo!"
"RATUSAN BAHKAN RIBUAN DOKTER TIDAK BETAH DI SINI YA KARNA KAU, TUAN PARK! PASTI MEREKA INGIN SEGERA KELUAR DARI INI KARENA KAU SERING MENGOLOK – OLOKNYA, KAN? BODOH!"
"YA! BERHENTI! APA KAU GILA? ADUH!"
Seperti kerasukan setan, Baekhyun yang lembut berubah menjadi garang. Segarang – garangnya induk singa, pasti masih garang Baekhyun saat ini. Dokter manis itu memang tidak suka kalau dipanggil 'kecil, pendek, bahkan mini'
Sementara Chanyeol hanya bisa pasrah(?) akan kelakuan dokter barunya itu. Setelah menerima beberapa jitakan, akhirnya pria jangkung itu diberi pencerahan(?). ia sadar kalau dirinya sendiri suka mengolok – olok orang lain seenak jidatnya.
Chanyeol berteriak, merintih kesakitan. Namun, jangan salahkan siapapun kalau kamar Chanyeol ini kedap suara. Sehingga, tidak ada yang dengar teriakan Chanyeol. Kecuali Baekhyun. Oke, ini miris.
"Dasar tiang sombong! Jangan bersikap seolah - olah kau ini orang paling tampan eoh!"
Entah sudah keberapa kali Baekhyun menjitak Chanyeol. Hingga kegiatan Baekhyun terhenti tatkala melihat wajah Chanyeol yang sudah pucat. "Chan...yeol..."
"Kau.. Dokter pembunuh! Arrghh~ Sial!" ucap Chanyeol bergetar. Tangannya mencengkeram kuat kepalanya yang sudah terasa dipukuli besi 100ton. Baekhyun segera menjauhkan tangannya dari Chanyeol. Ia takut, "A...aku... Bu..bukan maksudku.."
.
HOOEEKK!
.
Laki - laki jangkung itu tiba - tiba muntah. Sepertinya seluruh isi perutnya keluar. Reflek, tangan Baekhyun mencoba menampung semua muntahan Chanyeol agar tidak tercecer dimana - mana.
"Mi..mianhae.."
"Ohok! Kau ingin membunuhku eoh? Sembarangan saja kau menjitak kepalaku! Asshh!"
.
Deg!
Baekhyun terdiam. Ia mengingat sesuatu. "...mengalami sakit kepala hebat saat menerima pukulan, dan kemudian muntah disertai mimisan? Oh, kukira aku tau penyakitnya..." batin Baekhyun. Tangannya masih sibuk membersihkan muntahan Chanyeol yang tercecer. Bibirnya masih kaku untuk bicara.
"Ya! Kau..."
"Tidur atau kuberi obat penenang huh?" ancam Baekhyun membuat Chanyeol sedikit ciut. Ia sudah muak dengan obat penenang. Beruntung ia bertemu Baekhyun yang memang jarang memberi pasiennya obat penenang.
"Jangan pikirkan apapun. Bersikaplah serileks mungkin. Sakit di kepalamu pasti akan berkurang. Arraseo?" tutur Baekhyun lembut. Chanyeol segera membaringkan tubuhnya. Membalas nasehat Baekhyun dengan anggukan kecil. Dokter manis itu tersenyum simpul dan kemudian meninggalkan Chanyeol sendirian. Bermaksud untuk memberitahu Mrs. Park tentang penyakit anaknya.
Sesuai dgn perintah Baekhyun, Chanyeol segera merilekskan tubuhnya. Melepaskan semua pikiran - pikiran kerasnya. Tentang keluarga, Kris, sampai tentang dirinya sendiri.
"Baru tau aku dokter sepertinya..." gumam Chanyeol mencoba memejamkan matanya. Mencoba tidur meskipun kepalanya masih terasa seperti dihujam ribuan jarum.
==========================+++ D-O-C-T-O-R+++========================
"Bagaimana, Baekhyun-sshi?" tanya Mrs. Park penuh kekhawatiran. Baekhyun membalasnya dengan senyuman simpul, "Saya sudah menemukan penyakit yang bersarang di tubuh anak Nyonya.."
Mrs. Park terlonjak kaget. "Benarkah? Bagaimana? Tidak terlalu parah bukan?" ujar Mrs. Park penuh percaya diri. Meskipun sebenarnya wanita paruh baya itu sedang sedih ketika mengingat Chanyeol.
Baekhyun menghela nafas, "Yah, menurut hasil CT-scan ini, pembuluh maningeal pada otak Chanyeol telah pecah. Ada gumpalan darah antara tulang tengkorak dan epidura. Mungkin saja terjadi pendarahan kecil terus – menerus setelah kecelakaan itu."
"Lalu, apa ada cara yang bisa menyembuhkannya, Baekhyun-sshi?"
"Untuk penyembuhan total, sepertinya harus dilakukan dengan cara operasi. Tapi, hal tersebut sangat beresiko untuk keselamatan nyawanya..."
Raut muka Mrs. Park berubah menjadi sedikit kecewa.
"Ada juga cara lain, Nyonya. Mungkin, Chanyeol bisa tinggal di rumah sakit sampai setidaknya pendarahannya bisa dihentikan."
"Baekhyun-sshi, anakku tidak suka rumah sakit. Mencium baunya saja, ia sudah mau muntah. Bagaimana bisa ia diharuskan berada di rumah sakit?"
Dokter itu nampak berpikir. Setelah kejadian kaos kaki di kamar Chanyeol tadi, Baekhyun bisa melihat bahwa seorang Park Chanyeol memiliki sifat yang amat-sangat-keras-kepala, serta angkuh. Ia tidak bisa membayangkan kalau saja Chanyeol di rawat di rumah sakit. Mungkin, seluruh pekerja di rumah sakit akan dibuatnya menjadi sakit jiwa kronis.
Merasa menemukan cara yang pas, Baekhyun mengalihkan pandangannya menuju Mrs. Park, "Baiklah, Nyonya. Saya akan turun tangan untuk hal ini. Saya akan kemari setiap hari untuk mengkontrol kesehatan Park Chanyeol. Apa anda keberatan?"
Raut muka Mrs. Park berubah menjadi sedikit cerah. "Lakukan apapun, Baekhyun-sshi! Anakku harus sembuh!" ujar Mrs. Park semangat. Ia memandang Baekhyun dengan pandangan penuh harap.
"Akan saya usahakan, Nyonya.." tegas Baekhyun lembut. Lagi - lagi dokter manis itu mengeluarkan senyuman indahnya. Membuat siapapun yang melihatnya menjadi tenang.
"Baiklah, Nyonya. Saya akan kesini setiap hari pukul 9 pagi. Usahakan Chanyeol tidak berpikiran yang terlalu berat, ne? Pendarahan pada otak memang sangat kejam. Sifatnya membunuh secara perlahan..." kata Baekhyun sembari memasukkan barang - barangnya. Bersiap untuk pulang. "Saya pulang dulu ne? Saya akan kembali ke sini lagi jam 9 pagi. Annyeonghaseyo, Nyonya.."
Baekhyun pamit pulang sembari menenteng kopernya. Yang kemudian di balas oleh senyuman manis dari Mrs. Park. "Hati2 di jalan ne, Baekhyun-sshhi.."
==========================+++ D-O-C-T-O-R+++========================
Baekhyun segera menancap gas pada mobilnya. Setelah menyapa Mrs. Park tentunya. Ia mengemudikan mobil hyundai hitamnya ke suatu restoran—restoran di rumah sakit tepatnya.
Setelah dirasa mobilnya sudah terparkir rapi, Baekhyun segera masuk ke restoran itu. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran. Mencari seseorang yang sudah lama ia anggap sebagai hyung sendiri, Kim Joon Myun.
"Joonmyun hyung kemana sih? Katanya dia sudah nunggu disini.." gerutu Baekhyun sedikit kesal. Hal ini dikarenakan moodnya sedang buruk, ditambah tubuh kecilnya yang mudah lelah.
"Ya! Byun Baek!" suara lembut-tapi terdengar keras-tiba - tiba memanggil Baekhyun dari kejauhan. Siapa lagi kalau bukan si dokter muda berwajah malaikat, Kim Joon Myun.
"Aku mencarimu, Hyung!" ucap Baekhyun bernada protes. Joonmyun melirik Baekhyun sinis, "Seharusnya aku yang mencarimu, Baekhyun-ah.. Ahh~ Sudah lama sekali kita tidak begini..". Baekhyun membalasnya dengan tatapan heran, "Hanya 2 tahun, Hyung! Kekeke"
Mereka akhirnya terlarut dalam canda dan tawa. Maklum, Baekhyun bekerja di Paris sejak 2 tahun yang lalu. Dan jarang menghubungi Joonmyun dikarenakan kesibukannya yang bisa dibilang sangat padat itu.
"Oh iya! Ngomong - ngomong..." Joonmyun memotong pembicaraan. Baekhyun menatapnya penasaran.
"Bagaimana tentang Park Chanyeol?" tanya Joonmyun pelan yang kemudian dihadiahi tawa renyah dari Baekhyun.
"Setelah aku memeriksanya-ahh, tepatnya menemaninya, aku menemukan pendarahan pada pembuluh meningeal di otaknya. Oleh karena itu, terjadi pendarahan kecil—tapi bersifat terus menerus.."
"Bagaimana kau bisa?..."
"Cukup mudah. Aku sempat 'menjitak' Chanyeol dikarenakan ia sangat menyebalkan bagiku. Tak lama kemudian, bocah tiang itu mengalami sakit kepala yang luar biasa, disusul dengan muntah. Cukup jelas kan, Hyung?"
Mulut Joonmyun reflek terbuka lebar mendengar penjelasan Baekhyun. Ia merasa kagum dengan sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri. "Kau hebat, Baekhyun-ah.." puji Joonmyun yang membuat Baekhyun tersenyum bangga.
"Hyung.."
"Hn?"
"Pasienmu itu kurang ajar sekali..." kata Baekhyun dengan raut muka sebal. Joonmyun terkikik, "Memangnya kau diapakan saja, Baekhyun-ah? Perasaan, kau baru saja menemuinya hari ini"
Baekhyun menghela nafas berat. "Jadi begini. Aku baru mengenalnya, begitupun dengannya. Bukannya diperlakukan dgn baik, eh, si tiang itu memanggilku dengan 'pendek, kecil, bahkan mini'! Tidak sopan sekali-_-" mulut Baekhyun tak henti - hentinya bercerita tentang pasien barunya yang(menurutnya) menyebalkan itu. Dengan sabarnya(?), Joonmyun menanggapi curhatan(?) Baekhyun yang sedang galau(?),
"Wajar saja, Baekhyun-ah.. Bocah itu punya tekanan batin yang tinggi. Kau akan mengenalnya lebih dalam nanti. Dan kau akan tau.."
"Apa kau dulu juga digitukan sampai kau tidak sanggup dan memintaku menggantikan posisimu?"
"Ani. Aku memintamu menggantikan posisiku dikarenakan aku sendiri yg tidak bisa mendiagnosis penyakitnya. Chanyeol sempat menjadi teman baikku. Dulu."
Baekhyun tersedak mendengar akhir kalimat dari cerita Joonmyun. Rupanya, dokter bermuka cantik itu tengah minum orange juice saat Joonmyun bercerita. "MWOO? Kau bisa berteman baik dengan Chanyeol?! Demi apaa?" kaget Baekhyun membulatkan matanya tidak percaya.
"Sstt! Oh please, ByunBaek. Kau ini masih saja berisik" ucap Joonmyun dgn muka datarnya. Begitupun dgn raut muka Baekhyun yg juga tak kalah datar.
Joonmyun kemudian bercerita tentang Chanyeol. Mulai dari data dirinya, asalnya, kebiasaan baiknya, kekasihnya, dan-ahh, terlalu banyak untuk dijelaskan. Terlihat dari raut muka Baekhyun yang tengah mengantuk kala mendengar cerita Joonmyun.
"Jadi, itulah Park Chanyeol.." akhir dari cerita Joonmyun.
"Kau bercerita selama 30 menit nonstop hyung. Hh.. Okay" ujar Baekhyun lirih dan dilanjut dengan menghabiskan orange juice yg ada dihadapannya.
"Aku bercerita panjang lebar dan kau hanya membalasnya dengan 'okay'?"
.
==========================+++ D-O-C-T-O-R+++========================
.
KLIK..
KLIK..
KLIK..
Suara pencetan(?) remote control itu seolah menggema di sebuah kamar besar keluarga Park. Siapa lagi kalau bukan Chanyeol yang merasa suntuk bukan main dikarenakan ia belum keluar kamar sejak bertemu Baekhyun kemarin.
"Membosankan sekali hidup seperti ini..." gerutu Chanyeol yang kemudian beranjak dari kasurnya menuju balkon yang tersedia di kamarnya. Matanya berbinar ketika memandang langit. Seolah ada sebuah permata indah yang menjadi favorit orang untuk dilihat.
"Hidup di langit enak kali ya..."
"Oohh, jadi sekarang mau hidup di langit saja, Tuan Park?" suara melengking milik Baekhyun hampir saja membuat Chanyeol terjun dari balkon saking kagetnya.
"Kau lagi-_-" ucap Chanyeol malas dan kemudian membelakangi Baekhyun, dokter pribadinya.
Dokter manis itu tersenyum simpul, "Mulai sekarang, aku akan kesini setiap hari. Usahakan jangan kaget. Kau mau jantungan?"
"Buat saja aku jantungan dan cepat bunuh aku kalau perlu. Cih, umurku pasti akan diperpendek kalau denganmu nanti."
"Diperpendek? Berapa lama hm?"
"Mungkin sampai minggu depan.."
"Okay. Aku berani taruhan. Kalau apa yang kau katakan benar, aku rela menjadi pembantu di sini selamanya." kata Baekhyun santai, tapi masih ada kata menantang. Ia hanya tidak mau membuat suasana menjadi tegang. Hanya itu.
"Tidak diperpendekpun pasti aku akan mati. Secepatnya. Haha" balas Chanyeol garing. Ia terlihat sangat-tidak-tertarik dengan apa yang Baekhyun katakan tadi.
Baekhyun kemudian meninggalkan Chanyeol sendirian di balkon. Dokter itu berencana meletakkan tas kerjanya. Tapi hal itu ia urungkan tatkala matanya menangkap sebuah wajah yang ia kenali. Sangat.
Tangannya meraih sebuah pigura foto berukuran sedang yang berada di atas meja belajar Chanyeol.
"...Bukankah ini Yifan? Ada hubungan apa dia dengan tiang ini?..." gumam Baekhyun saat memandang foto selca dari Chanyeol dan Kris yang tampak mesra.
Sedikit cerita soal Baekhyun dan Kris. Mereka adalah rekan kerja selama ia di Paris sekaligus err—mantan kekasih dari Baekhyun. Yap, Kris memutuskan hubungannya dengan Baekhyun karena ada 'pihak ketiga'. Dan Kris memilih si 'pihak ketiga' tersebut, memilih meninggalkan Baekhyun.
"Ohh... Jadi ini alasan Yifan meninggalkanku? Good!"
.
CKLEK!
.
"Mwo? Kau bilang apa?"
.
.
.
.
(NEXT/END?)
Halo reader's! '-')/
Aduh, author nggak tau ini ntar jadi angst atau nggak. Kayaknya gagal deh T^T *pundung*
But, don't forget to review ya reader's! ^^
Gamsahamnidaa~ *lambai bulu ketek Canyol*
