Title : realize the feeling
Author : Gina Nam
Cast :
-Lu Han
-Kim Jong In
-Song Min Ho
-Do Kyung Soo
-Nam Tae Hyun
-Oh Se Hoon
Rating : T
Genre : Romance
Length : ?
Gina Present
.
.
.
~Happy Reading~
.
.
.
"Luhan, tunggu!" seseorang berteriak dibelakangnya membuat Luhan menghentikan langkahnya. Luhan sangat tau siapa orang itu. beruntung kini dia sedang tidak bersama sahabat-sahabatnya karena mereka sudah pulang terlebih dahulu sejak tadi sore sedangkan dia masih harus bertemu dengan dosen untuk membahas perihal ujian prakteknya besok.
"ne? kau belum pulang?" tanya Luhan basa-basi.
"belum, aku baru selesai rapat dengan anggota UKM ku. Kau sendiri?" tanyanya balik.
"aku baru saja ingin pulang. Miss Hyo tadi meminta bantuanku." Mino. Orang yang memanggil Luhan tadi. mengangguk-angguk tanda mengerti.
"pulang bersama?" tanya Mino agak ragu. Luhan sebelumnya selalu menolak jika dia ingin pulang bersama atau lebih tepatnya jika dia ingin mengantar Luhan pulang. Dengan alasan dia akan pulang bersama sahabat-sahabatnya. Tapi pernah waktu itu Luhan menerima tawarannya karena saat itu Luhan sedang buru-buru sekali.
Luhan terlihat berfikir. dia ingin menolak, tapi sebenarnya dia memang sedang butuh tumpangan. Hari sudah mulai gelap. Dan tubuhnya sangat lelah sekarang.
"emm baiklah, maaf merepotkan." Ujar Luhan tulus. Mino tersenyum.
"tidak sama sekali Deer. Baiklah kalau begitu, kajja."
...
"terima kasih Min, kau ingin mampir dulu?" tawar Luhan saat mereka sudah sampai didepan gedung appartemen Luhan.
"sebenarnya sangat ingin tapi ini sudah gelap, aku merasa tidak enak jika aku masuk. dan kulihat kau butuh istirahat. Lagipula aku harus menjemput eommaku." Jelas Mino. Luhan terdiam.
Eomma? Hhh aku jadi merindukan mama dan baba. Batin Luhan sendu.
"Deer? Gwaenchana?" tanya Mino melihat Luhan yang terdiam.
"eh? n-ne, gwaenchanayo. aku juga berfikir kalau begitu, sekali lagi gomawo Mino-ya." Mino tersenyum.
"sama-sama Deer. Jja masuklah. Disini mulai dingin, nanti kau kedinginan jika terlalu lama diluar. Kalau begitu aku pulang ne, annyeong" Luhan tersenyum dan mengangguk.
"ne hati-hati Min." Mino mengangguk dan kemudian menggas motornya untuk pulang. Luhan pun masuk kedalam appartemennya.
...
"eomma, bogosipheo~" Lirih Luhan sendu. karena ucapan Mino tadi,dia jadi merindukan eommanya. Dia hidup seorang diri di negeri orang. Lebih tepatnya Korea. Dia harus kuat berpisah dengan orang tuanya yang berada di China sana untuk menuntut ilmu agar cita-citanya menjadi seorang dokter bisa terwujud.
"hiks eomma~" dia mulai terisak. Bisa saja mungkin dia menelfon eommanya, tapi percuma saja. Mendengar suara eommanya hanya akan membuatnya semakin rindu.
Sudah hampir satu tahun dia berada di korea untuk kuliah di salah satu universitas ternama di Seoul. Dan selama itu pun dia tidak bertemu eommanya. Besok lusa universitasnya sudah memulai waktu libur 3 bulan. Dan dia akan pulang, tapi entah mengapa semakin mendekati hari keberangkatannya, dia malah semakin merindukan eommanya.
Drrtt drrtt Drrtt drrtt Ponsel Luhan bergetar, ada panggilan masuk. dia menyeka air matanya. Diraihnya ponselnya yang berada di atas meja nakas dan mengangkat telfon tersebut setelah melihat siapa yang menelfon.
"yeoboseyo?"
"Lu, kau benar akan pulang ke China?"
"ne, wae?"
"eungg, memangnya kapan kau pergi?"
"sekitar 2 hari lagi. tunggu, emmm kenapa kau bisa tahu kalau aku akan pulang ke China?"
"hehehe aku membaca postingan mu di weibo. Benarkah tidak ada yang bisa mengantarmu ke bandara?"
"ah geurae~ ne, krystal besok sudah berangkat ke amerika jadi dia tidak bisa mengantarku."
"ah begitu, kenapa kau tidak meminta tolong henry saja Lu?"
"hhh~ aku dan dia sudah berakhir Jongin. Kau ini ada-ada saja. Mana mungkin aku meminta henry untuk mengantarku."
"hehehe ya mungkin saja kau pulang ke China bersama dia. Eummm bagaimana kalau aku yang mengantarmu ke bandara?"
"eh? Tidak perlu Jong, terima kasih. Aku menggunakan taxi saja."
"sudahlah tidak apa-apa, lagi pula aku tidak memasang tarif kok. Santai saja. Hehehe bagaimana? Mau ne?"
"benar tidak apa-apa? hmm baiklah kalau begitu. Gomawo Jongin-ah~"
"belum saatnya berterima kasih Lu, bahkan aku belum mengantarmu. Ckckck"
"hehehe tidak apa Jong, pokoknya gomawo ne."
"haha baiklah. Cheonmaneyo Lu. Memangnya kau mengambil tiket pukul berapa?"
"pukul 1 siang,"
"baiklah kalau begitu lusa kau jemput di appartemenmu pukul 12 ne?"
"O.K Jongin! Jeongmal gomawo~"
"iya Lu. aku tutup ne. Selamat tidur Lulu."
"ne, jaljja Jongin."
PIP Sambungan telfon sudah terputus. Menyisakan kebingungan di fikiran Luhan.
'jadi tadi Jongin menelfonnya hanya ingin menawarkan diri untuk mengantarnya ke bandara?' batin Luhan heran. Senyuman terlukis di wajah cantiknya. Sekarang dia sudah tenang karena Jongin dengan suka rela mau mengantarnya. Luhan memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya karena memang hari sudah mulai larut.
Luhan dan Jongin adalah teman satu kampus di Seoul National University. Yang bisa dibilang sebagai universitas terbaik di kota Seoul bahkan Korea Selatan. Tetapi mereka berbeda program study. Luhan mengambil program study medicine sedangkan Jongin atau Kim Jongin mengambil program study Business Administration. Mereka mulai dekat sejak masa orientasi sebagai mahasiswa baru dulu.
...
"yeoboseyo Lu? kau sudah bangun?" Jongin menelfon Luhan pagi-pagi berniat untuk mengantar Luhan ke kampus.
"hmmm ne baru saja, ada apa Jong?" suarak serak Luhan terdengar diseberang sana. Sepertinya Luhan terbangun karena dia menelfon.
"kau benar-benar baru bangun? Kau tidak lihat sekarang pukul berapa? Bukankah kuliahmu dimulai satu jam lagi Lu?" tanya Jongin heran.
"ne? ah iya aku ada praktek pagi ini. eh MWO? YA TUHAN AKU BISA TERLAMBAT. Sudah dulu ya jong, aku harus siap-siap." Ucap Luhan terburu-buru.
"e-eh tunggu! aku jemput. 15 menit lagi." Jongin menahan Luhan agar tidak menutup telfonnya dulu.
"eoh? Jinjja? Ah gomawo jongin-ah~ aku tutup ne. annyeong."
PIP Jongin tersenyum. Tapi dia heran karena tidak biasanya Luhan terlambat bangun seperti itu. apa semalam dia begadang mengerjakan tugas? Batinnya.
...
TING TONG "apa itu kau Jong? Masuk saja dulu. Pintunya tidak ku kunci." Teriak Luhan dari arah dapur.
CKLEK "kau sedang apa Lu?" tanya Jongin yang sudah masuk ke dalam appartemen Luhan.
"ah Jong, hanya membuat sandwich. Apa kau sudah sarapan? kau mau?" tanya Luhan yang masih fokus pada sandwichnya.
"boleh, sebenarnya belum hehe" jawab Jongin lalu tersenyum bodoh.
"yasudah aku buatkan dulu. Kau duduk saja dulu." Jawab Luhan tanpa melihat pada Jongin. Jongin terkekeh.
"jika kau berbicara dengan orang lain harusnya kau melihat orang itu Lu. aku sudah duduk dari tadi. Lihatlah." Ujar Jongin lalu kembali terkekeh. Luhan melirik sesaat ke arah Jongin lalu tersenyum malu.
"hehe mianhae~ aku sedang buru-buru Jong." Ucapnya lalu kembali fokus pada sandwichnya.
"arraseo arraseo~ sebenarnya kan jarak dari sini ke kampus hanya 5 menit Lu, kenapa kau terburu-buru? Kita masih punya waktu 30 menit." Tanya Jongin. Benar memang, sebenarnya jika menggunakan kendaraan hanya butuh waktu 5 menit.
"kan tadinya aku ingin berangkat menggunakan bis, tapi ternyata kau mengantarku hehe. lagi pula aku harus mempersiapkan untuk ujian praktek nanti." Luhan sudah selesai dengan sandwichnya dan berjalan menghampiri Jongin.
"tapi kenapa tiba-tiba kau ingin mengantarku Jong? Apa kau tidak ada kuliah?" tanya Luhan untuk menghapus rasa penasarannya dan lalu duduk di hadapan Jongin.
"eh? Emm ani. Aku hanya ingin saja. Kebetulan aku sudah mulai libur hari ini. hehe" jawab Jongin gugup.
"aaah begitu, senangnya. jja makanlah. Lebih cepat aku sampai di kampus itu akan lebih baik." Ujar Luhan lalu memberikan sepotong sandwich pada Jongin.
"hahaha ne ne. gomawo~ ah ya, kita ke kampus di Gwanak-ro atau di Daehak-ro?" tanya Jongin seraya mengunyak sandwichnya.
"kunyah dulu baru berbicara. Kau ini seperti anak kecil Jong hahaha. Tentu saja ke Daehak-ro. Aku fakultas kedokteran~ kalau kau baru ke Gwanak-ro." Jongin terkekeh. Benar juga, dia lupa.
"hehe mian, ah~ aku selasai. entah sandwichmu yang terlalu enak atau memang aku yang terlalu lapar Lu haha tapi thanks for the breakfast Lu." hanya butuh waktu 5 menit, Jongin sudah menyelesaikan sandwichnya.
"haha kau ini. ne cheonma~" tak lama Luhan pun selesai dengan sandwichnya. Lalu mereka berangkat menuju kampus Luhan.
...
"gomawo Jong, aku tinggal ne? ah hati-hati jalan." Luhan dan Jongin sudah tiba di kampus Luhan. Kampus Jongin dan luhan berbeda lokasi karena fakultas mereka memang berbeda walaupun berada disatu universitas.
"ne~ fighting! Semoga ujian praktekmu sukses ne." ucap Jongin tersenyum. Luhan merasa dadanya bergemuruh. Ini aneh, ada apa dengan dadaku? batin Luhan. Tapi selanjutnya dia tersadar oleh waktu dan ikut tersenyum.
"heum! Gomawo Jongin. Pai~" lalu Luhan meninggalkan Jongin masuk kedalam gedung kampusnya. 15 menit lagi praktiknya dimulai.
...
"ahhhh tadi itu menegangkan sekali. Harus face to face dengan dosen seperti itu membuatku gugup." Luhan menghela nafasnya berat. Tapi beruntung dia berhasil melakukannya dengan baik walaupun gugup.
"jinjja, dosen yang tadi mengujiku benar-benar menyeramkan! Untung aku tidak pingsan" Kyungsoo mengeluhkan dosen pengujinya tadi. Luhan terkekeh "haha beruntung tadi yang mengujiku itu miss Hyo. Dia bahkan membantuku karena tadi aku terlalu gugup." Taehyun bersyukur karena dosen pengujinya tadi adalah Miss Kim Hyoyeon. Salah satu dosen yang paling baik se-fakultas. Kyungsoo melengos.
"tapi untunglah semuanya sudah selesai. Semoga IP ku tidak turun." Sedikit waswas Juga kalau IPnya akan turun dari semester lalu. Tapi itu tidak mungkin Xi Luhan. Kau terlalu merendahkan diri -_-
"bunuh aku Jika IPmu turun Lu. itu mustahil. Kau ini jangan meragukan otakmu sendiri. Bahkan para dosen saja mengagumi otak encermu itu." ucap Kyungsoo, Taehyun membenarkannya.
"hey, wassup ladies~" tiba-tiba seorang namja bernama Mino bergabung dengan percakapan para gadis tadi.
"selalu saja ikut-ikutan." Ujar Taehyun jengkel. Dia sudah hafal benar apa yang akan dilakukan namja itu. Mino mendengus.
"hi Deer, bagaimana praktekmu tadi? Sukses?" Mino tidak menghiraukan ucapan Taehyun dan malah mencoba mendekati Luhan seperti biasa.
"hmm. semoga saja," jawab Luhan sekenanya. sebenarnya dulu dia pernah tertarik dengan namja ini. ––hey Mino itu tampan, baik, dan pintar. Satu kekurangannya. Mesum. Tapi tidak ada yang mengetahuinya. Hanya orang tertentu saja seperti sahabatnya–– Tapi sahabatnya menyukai namja itu. jadi Luhan mencoba untuk tidak melanjutkan rasa tertariknya.
Seulpeohaji ma No No No honjaga anya No no no~ Eonjenanana naege hangsang bichi dwae jun geudae~ "eumm? Jongin?" Luhan sedikit heran saat Jongin menelfonnya.
"kenapa Lu?" tanya Kyungsoo penasaran.
"Jongin menelfon." Jawab Luhan lalu memperlihatkan layar ponselnya pada Kyungsoo. Tertera nomor Jongin disana. Kyungsoo tersenyum penuh arti pada Luhan.
"memangnya kenapa? Angkat saja Lu. siapa tau penting." Kini Taehyun yang berbicara. Lalu Luhan segera mengangkat telfon Jongin. Disana Mino agak sedikit Jengkel dan penasaran siapa yang dibicarakan oleh para gadis didepannya ini.
"yeoboseyo?"
"ah ne, aku baru saja keluar. Wae?"
"eoh? Sejak kapan kau disana?"
"mwo? Jadi kau menungguku sejak tadi?"
"aish kau ini, yasudah aku kesana. Aku tutup ne."
PIP
"ah Kyung, Hyun, mian aku tidak bisa pulang bersama kalian. Jongin ternyata sudah menungguku sejak tadi." Ucap Luhan terburu-buru. Kyungsoo kembali tersenyum penuh arti. Luhan paham dengan apa yang ada difikiran sahabatnya itu. Luhan mendelik.
"jangan berfikiran macam-macam Kyung! Kau juga Hyun. Aku tahu isi fikiran kalian. Eumm Mino, mian aku duluan ne. pai-pai." Ucap Luhan lalu segera pergi dari sana. Dia tidak enak pada Jongin yang sudah menunggunya sejak tadi. Mino melihat kepergian Luhan dengan tanda tanya besar di otaknya.
"Kyung, Jongin, nugu?" Mino memilih bertanya pada Kyungsoo. Karena Taehyun sepertinya sangat tidak suka padanya.
"ah itu Kim Jongin. Mahasiswa Bisnis. Wae?" Mino mengerutkan keningnya.
"ada hubungan apa Luhan dengan 'dia'?" tanya Mino mengganti nama Jongin dengan 'dia'. Taehyun memutar bola matanya malas.
"eumm entahlah, mereka kenal sejak masa orientasi dulu." jelas Kyungsoo singkat.
"ah begitu, mereka tidak... pacaran kan?" tanya Mino lagi.
"tidak, eummm setidaknya belum. Tapi dari yang kuperhatikan sepertinya Jongin menyukai Lulu." Jelas Kyungsoo lagi.
"yasudah kalau begitu ayo kita pulang Tae, kami duluan ya Mino. Pai~" Kyungsoo menggaet lengan Taehyun lalu beranjak pergi dari sana meninggalkan Mino.
"hmmm. aku harus mengetahui seperti apa wujud makhluk bernama Kim Jongin itu." gumam Mino lalu pergi.
...
"Jong, maaf aku lama." Ujar Luhan yang masih mengatur nafasnya. Dia sedikit berlari tadi. Jongin tersenyum. Menepuk ruang kosong disampingnya agar Luhan duduk.
"kau berlari Lu? santai saja. Lagipula aku hanya sedang menikmati udara disini. Ternyata kampus disini nyaman juga. " ujar Jongin. Luhan duduk disamping Jongin. Nafasnya sudah teratur.
"tapi untuk apa kau menungguku Jong?" tanya Luhan menatap Jongin heran.
"eungg, eobseo. Hanya ingin saja. Aku juga bingung harus melakukan apa. ujianku sudah selesai sejak kemarin dan hari ini aku sudah mulai libur." Jawab Jongin santai. Luhan mengangguk mengerti.
"ah, bagaimana ujian praktekmu?" tanya Jongin selanjutnya.
"entahalah, aku hanya melakukan sebisaku. Semoga saja hasilnya bagus." Jongin tersenyum kagum. Dia tau benar kecerdasan Luhan yang berada diatas rata-rata. Tapi Luhan sama sekali tidak menyombongnya. Malah rendah diri seperti itu.
"kuyakin nilaimu pasti bagus Lu, tenanglah." Ucap Jongin tulus. Luhan tersenyum. Jongin merebahkan tubuhnya di atas rumput yang dia duduki bersama Luhan.
"kau sering kemari?" tanya Jongin lagi sambil menatap langit biru yang ditutupi awan putih.
"hmm tidak juga, hanya beberapa kali. Wae? Kau suka disini?"Luhan mmutar tubuhnya menghadap Jongin yang sedang tiduran disampingnya.
"hmm. Aku suka disini." Jawabnya masih memandangi langit.
"emm wae?" Jongin mengalihkan pandangannya pada Luhan lalu tersenyum.
"karena ada kau." Alis Luhan berkerut. Jantungnya berdebar tanpa dia sadari.
"eh? Maksudmu?" tanya Luhan bingung. Jongin tersenyum lagi.
"haha ani, lupakan saja. Kau sudah makan siang?" Jongin terkekeh. Dia bangkit dari posisi tidurannya.
"ish menyebalkan! Belum. Kau?" Luhan bersedekap. Tangannya dia lipat didepan dadanya. Tapi dia tetap menjawab pertanyaan Jongin.
"kalau begitu ayo makan. Aku sudah lapar." Ajak Jongin lalu mereka pergi dari sana untuk mengisi perut mereka.
...
Seharian ini Luhan menghabiskan waktu bersama Jongin hingga sore tadi. Dia merasa sangat nyaman bersama Jongin. Tanpa sadar dia menarik bibirnya tersenyum mengingat hari ini.
Seulpeohaji ma No No No honjaga anya No no no~ Eonjenanana naege hangsang bichi dwae jun geudae~ Ponselnya berbunyi. Luhan bergegas meraih ponselnya dan menyudahi lamunannya. Dia lirik layar ponselnya melihat siapa yang menelfon. Nomor baru. Lalu Luhan segera mengangkat telfon itu.
"yeoboseyo?"
"Luhan?"
"ne, aku Luhan. Nuguya?"
"ini aku Mino, Deer. kau sedang apa? apa aku mengganggu?"
"eh? Mino? Aku baru saja ingin istirahat."
"ah jadi aku mengganggu ne?"
"tidak, tidak, bukan seperti itu, memangnya ada apa? kalau aku tidak salah ingat, kau tidak pernah meminta nomorku."
"emm itu, aku meminta nomormu pada Seungyoon tadi hehe"
"ah begitu, yasudah. Memangnya ada apa menelfon malam-malam Min?"
"tidak ada, aku hanya merindukanmu saja Deer. Emm apa besok kau sibuk? Bagaimana kalau kita jalan-jalan?"
"tsk kau ini! eung itu, maaf aku tidak bisa, besok siang aku sudah pulang ke Beijing."
"ooh begitu, yasudah tidak apa-apa. hati-hati dijalan ya Deer."
1 detik
2 detik
3 detik
"EH, MWO? BEIJING? CHINA MAKSUDMU DEER? KAU BESOK SUDAH AKAN PULANG KE CHINA?"
"aish, telingaku hampir tuli Song Min Ho! Iya besok aku sudah pulang ke Beijing, China. Memangnya kenapa?"
"hhh mianhae my Deer, aku shock kau tahu. Kenapa terburu-buru seperti itu? aku baru saja ingin mendekatimu Deer."
"aish anak ini. satu tahun tidak bertemu dengan keluargaku membuatku merindukan mereka. Mendekatiku? silakan bermimpi Tuan Song. Aku sudah mengantuk, sudah ne?"
"kau jahat sekali padaku Deer, besok kau berangkat pukul berapa?"
"pukul 12. Wae?"
"besok pagi aku ke appartementmu. Selamat malam Deer, nice dream."
PIP
Luhan menatap aneh ponselnya. Mino memutuskan telfon begitu saja. WHAT? Dia bilang besok pagi dia akan kemari? Oh ya tuhan apa sebenarnya yang ada di dalam otak anak itu. batin Luhan.
Merasa pusing, Luhan memilih untuk cuek. Dia segera merebahkan tubuhnya di ranjang dan menutup matanya. Tapi saat dia mulai terlelap, ponselnya kembali berbunyi.
"aish siapa lagi sih!" Luhan menggerutu tapi tetapi meraih ponselnya dan meliriknya sejenak.
"Jongin!" sahutnya senang. Entahlah dia menyadarinya atau tidak. Selanjutnya dia langsung menjawab telfon Jongin. Rasa kantuknya menguar pada saat itu juga,
"yeoboseyo?"
"Lu? kau belum tidur?"
"tentu saja belum. Kalau aku sudah tidur mana mungkin aku bisa menjawab telfonmu Jong." Terdengar Jongin terkekeh diseberang sana. Luhan tersenyum.
"hehe benar juga. Apa aku mengganggu?"
"haha dasar kau ini. tidak, wae?"
"eobseo, sepertinya aku akan lebih cepat ke appartementmu Lu. sekitar pukul 9."
"eh? W-wae?"
"aku hanya ingin saja, memangnya kenapa? Kau sibuk?"
"emm itu…. n-ne, a-aku harus berkemas terlebih dahulu Jong."
"kalau itu aku bisa membantumu Lu."
"eh? Ti-tidak usah. Aku akan dibantu Kyungsoo dan Taehyun."
"ah begitu."
"kau bisa kemari pukul 11."
"benarkah? Oke princess. kau belum mengantuk?"
"emm sebenarnya sudah, hehe"
"kalau begitu, tidurlah~ jaljjayo Lu. dan emm terima kasih untuk hari ini."
"kau juga tidurlah, ini sudah malam. nado gomapta Jongin-ah. Aku tutup ne? selamat malam~"
PIP
Luhan kembali merasakan pipinya menghangat dan jantungnya berdebar setiap mendengar suara Jongin di telfon. Tapi mengingat hari semakin malam, dia memulai tidur cantiknya.
...
TOK TOK TOK
Ini baru puku 7 pagi dan Mino sudah berada didepan appartement Luhan. Dia mencoba mengetuk pintu appartement Luhan tapi tidak ada sahutan.
TOK TOK TOK
Dia mencoba mengetuknya sekali lagi. tapi tetap tidak ada sahutan ataupun tanda-tanda pintu tersebut akan dibuka.
"aish sebaiknya aku telfon saja" merasa bosan akhirnya Mino mencoba menelfon Luhan.
Tuuut tuuut "yeoboseyo?" terdengar suara serak Luhan dari sebrang sana.
"Lu, kau baru bangun? Aku sudah ada di depan appartementmu. Bukakan pintunya. Palli."
"eh? Ne jamkkanman."
PIP Telfonnya dimatikan begitu saja oleh Luhan. Tapi tak lama pintu terbuka. Terlihat olehnya, Luhan dengan wajah khas bangun tidur.
"good morning Deer~" sapa Mino semangat. Luhan mempersilakan Mino masuk. "hmm. Masuklah. Aku akan mandi dulu, kau duduk disini saja ne. jangan kemana-mana! Selangkah saja kau bergerak, aku akan menendangmu keluar dari sini." Ancam Luhan.
"kejam sekali. Baiklah baiklah arraseo. Jja mandilah. Dandan yang cantik ne~" ujar Mino lalu memberikan wink Cuma-Cuma nya untuk Luhan. Luhan memutar bola matanya jengah.
"tanpa dandan pun aku sudah cantik." Celetuk Luhan. Dia memang agak sedikit dekat dengan Mino jika tidak sedang bersama sahabat-sahabatnya.
"ya ya aku tahu itu. cepatlah sana. Kau bau!" ujar Mino menggoda.
"dasar tamu tidak tahu diri!" sahut Luhan kesal lalu pergi ke kamarnya untuk mandi.
15 menit kemudian "maaf lama, kau tahu ini masih pukul 7 pagi dan kau mengganggu tidur cantikku!" ucap Luhan kesal. Dia sudah selesai mandi. Lalu menghampiri Mino yang masih duduk di sofa ruang tamunya sambil membawakan namja itu minum. Mino menuruti kata-kata Luhan untuk tidak beranjak satu langkah pun.
"hahaha mianhae~ aku hanya ingin menggunakan waktu yang tersisa untuk melihatmu. Ah bagaimana kalau aku antar ke bandara nanti? Ne ne ne?" Luhan langsung membelalakkan matanya.
"andwae!" teriak Luhan spontan seraya menggeeng-gelengkan kepalanya. Mino mengerutkan alisnya bingung.
"waeyo?" tanyanya dengan nada merajuk.
"eh? a-ani. Ma-maksudku tidak usah." Jawab Luhan terbata. Mino semakin bingung. Luhan menghela nafasnya berat.
"Tolong jangan seperti ini Mino. Sebelumnya maaf jika aku terkesan cuek padamu atau mengacuhkanmu di depan sahabat-sahabatku. Aku hanya ingin menghargai perasaan sahabatku. Kau tahu? Sahabatku menyukaimu sudah sejak lama. Jadi kumohon berhenti mendekatiku secara berlebihan seperti ini. aku takut sahabatku menuduhku merebutmu. Aku takut..." rasa itu hadir lagi. lanjut Luhan dalam hati. Dia menunduk. Mino bergerak mendekati Luhan.
"Deer? Aku paham posisimu. Tapi aku tidak bisa apa-apa. aku tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. aku pun tidak bisa menolak untuk jatuh cinta pada seseorang. Maafkan aku membuatmu sulit. Aku tidak akan seperti ini lagi. tapi boleh aku tahu bagaimana perasaanmu padaku?" ujar Mino bijak. Dia mengangkat wajah Luhan agar melihatnya. Inilah salah satu alasan mengapa dulu Luhan menyukai Mino. Sifatnya tenang walaupun kadang konyol.
Luhan memegang tangan Mino yang berada di pipinya lalu menurunkanya. Dia kembali menunduk.
"aku, a-aku menyukaimu. Ta-tapi itu dulu, sebelum sahabatku berkata kalau dia menyukaimu. Sejak itu aku berusaha untuk menghentikan perasaaku." Luhan menggigit bibir bawahnya. Mino menatapnya sendu. Aku terlambat ternyata. Batin Mino.
"lalu, sekarang?"
"entahlah, Tidak ada debaran jantung yang berlebihan. Tidak ada rona wajah. Jadi kurasa tidak seperti dulu." Luhan menatap Mino. Terlihat sekali kesedihan dimatanya.
"jadi aku benar-benar terlambat hmm?" Mino bertanya lebih pada dirinya sendiri. Tersenyum pedih.
"maafkan aku." Mino memandang Luhan lalu tersenyum tulus.
"gwaenchana, setidaknya secara teknis kau tidak menolakku. Hanya keaadaan yang membuatmu tidak bisa menyukaiku lagi. benar begitu?" Mino memastikan analisisnya benar.
Luhan tersenyum. Entah refleks atau apa, dia memeluk Mino. Mungkin karna dia benar-benar merasa bersalah. Mino terkejut saat mendapati Luhan memeluknya. Sontak tubuhnya menegang.
"inilah salah satu alasan yang membuat aku menyukaimu. Kau dewasa. Aku tidak akan menyesal pernah menyukaimu. Terima kasih. Dan dari sini pun aku tahu jika pada akhirnya perasaanku dulu padamu tidak hanya bertepuk sebelah tangan."
"yahh secara teknis aku memang tidak menolakmu. Aku hanya tidak mengizinkanmu untuk masuk lagi kedalam hatiku. Maafkan aku. Tapi kita tetap berteman kan?" Luhan melepaskan pelukannya dan menatap Mino yang tersenyum.
"tentu saja Deer. Tapi bolehkan aku menjadi salah satu sahabatmu? Kata 'sahabat' terdengar lebih intim dibandingkan 'teman' hehe." Luhan tersenyum geli.
"kau ini. baiklah. Sekarang kau sahabatku. Eotte?" ujar Luhan seraya menjabat tangan Mino. Entah apa maksudnya. Tapi Mino malah memeluk Luhan.
"ah~ aku menyayangimu 'sahabat'ku."
Biarlah seperti ini. yang terpenting aku masih bisa berhubungan dengan Luhan walaupun hanya sebatas sahabat. Aku benar-benar menyayangimu Deer. Batin Mino.
"hei kau ini mengambil kesempatan dalam kesempitan eoh? Tsk dasar." Ucap Luhan tersadar. Lalu Mino melepaskan pelukannya.
"hehehe aku ketahuan." ujarnya seraya mengusap tengkuknya malu karena tertangkap basah.
"eh, jadi kau ke Incheon sendiri? Kalau begitu ku antar saja. Tenang, aku tidak ada maksud apapun." Ucap Mino meyakinkan.
"ah itu, aku sudah ada yang mengantar Min-ah."
"hmm? Nugu?" tanya nya memastikan.
"namanya Kim Jongin. Dia mahasiswa di SNU juga seperti kita. Tapi dia jurusan bisnis." Mino terlihat menyipitkan matanya seperti sedang menelisik.
"jadi, sebenarnya ada hubungan apa kau dengan namja itu?" tanyanya seperti mengintrogasi. Luhan memasang raut bingung.
"maksudmu? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya." jawab Luhan seadanya.
"hhh yasudah kalau begitu. Ah karena sekarang kau adalah sahabatku, jadi aku meminta belas kasihanmu untuk memberiku sarapan karena aku belum sarapan tadi." Mino berdiri dan melipat tangannya didepan dada. Luhan ikut berdiri.
"kau ini menyusahkan saja lagipula siapa yang menyuruhmu datang kemari pagi-pagi buta." Ujar Luhan kesal tapi dia berjalan kedapur diikuti oleh Mino.
"belajarlah terbiasa Deer. Karena mulai saat ini aku akan selalu menyusahkanmu." Ucap Mino enteng seraya tersenyum. Luhan memutar bola matanya malas.
...
"semoga perjalananmu menyenangkan Deer, nikmatilah liburanmu dan cepatlah kembali kemari. Aku takut otakmu membeku karena terlalu lama tidak digunakan. hahaha" Mino mengejek.
"aish anak ini! ne ne arra~" jawab Luhan malas.
"jangan lupakan aku eoh! Jika aku merindukanmu, aku akan menelfonmu, dan nanti kirimkan account skypemu padaku." Ucap Mino sarkastik.
"ya ya ya! Kau kira kau siapaku eoh?" ujar Luhan jengkel "aku sahabatmu." Sahut Mino santai. Luhan mendelik.
"aish menyebalkan. Iya iya nanti ku kirimkan. Cepat sana. Kau jadi pulang tidak?"
"kau mengusirku? Baiklah, aku memang tidak diharapkan. Maaf sudah mengganggu waktumu Luhan-ssi, annyeong." Mino mendramatisir. Dia berakting sedih lalu pura-pura beranjak untuk pergi dari appartemen Luhan.
"hei hei bukan seperti itu maksudku. Aish jinjja! Ya! Jamkkanman!" Luhan termakan akting Mino. Dia menahan Mino yang sudah berada di ambang pintu appartemennya. Mino tersenyum saat tangan Luhan menarik lengannya.
"mianhae~ jangan seperti itu. aku tahu kau mengerti maksudku Song Min Ho." "ne, nado mianhae. Baiklah kalau begitu aku pulang Deer. ah~ aku akan sangat merindukanmu. Farewell Hug?" Luhan sedikit terkejut tapi selanjutnya tersenyum lalu mengangguk.
Mino ikut tersenyum dan segera memeluk Luhan. Luhan membalas pelukan Mino dan mengusap-usap punggung namja itu. dia sangat tahu Mino masih berharap padanya. Tapi dia benar-benar tidak ingin dan tidak bisa kembali merajut perasaannya pada Mino. "hei bro, aku hanya pergi ke China selama 2 bulan. Kau terlalu cengeng iwh" ujar Luhan sedikit menggoda Mino. Mino lalu melepaskan pelukannya.
"lagi pula kau sendiri yang bilang jika kau merindukanku, kau akan menelfonku." Lanjutnya. Mino tersenyum lalu mengacak surai Luhan.
"arraseo~ yasudah, hati-hati dijalan. Jangan lupa rindukan aku~ paipai Deer."
CUP Luhan terkejut. Mino mencium kening Luhan lembut. Lalu dia benar-benar pergi. Luhan memegang dadanya. Merasakan detak jantungnya. Normal.
"mianhae Mino-ya. Jantungku sudah tidak bereaksi padamu lagi." selanjutnya Luhan kembali masuk kedalam appartemennya untuk sekedar merapikan dandanannya. Sebentar lagi Jongin akan datang.
...
TOK TOK TOK
"ne~ jamkkanman~" teriak Luhan ketika dia mendengar suara ketukan pintu.
"Jongin? Kau sudah datang?" sapa Luhan saat melihat Jongin berdiri didepan pintunya. Jonging tersenyum.
"hai Lu, hehe" ujar Jongin tertawa kikuk.
"masuk lah," ajak Luhan. Lalu Jongin masuk ke dalam appartemen Luhan.
"kau sudah selesai berkemas Lu?" tanya Jongin basa-basi. Mereka duduk di ruang tamu.
"hmm. Sudah. Hanya tinggal berangkat saja. Lagipula aku tidak membawa banyak barang. Hanya satu travel bag dan tas jinjing. Barangku di rumah masih banyak hehe"
"kau ingin minum apa Jong?" tanya Luhan.
"ah tidak perlu. Eh maksudku nanti saja. Emm aku belum haus." Jelas Jongin gugup. Entah kenapa dia terlihat kikuk sekali hari ini di depan Luhan. Padahal sebelumnya dia baik-baik saja.
"kau kenapa Jong? Kau sakit?" tanya Luhan khawatir saat melihat Jongin sedikit pucat dan berkeringat.
"eh? ti-tidak. Gwaenchanayo~ emm aku ingin ke kamar mandi Lu." Jongin benar-benar gugup. Luhan semakin bingung.
"ah begitu, kamar mandinya di sebelah dapur. Neon, Jeongmal gwaenchana?" ujar Luhan semakin khawatir.
"kalau kau sakit sebaiknya kau istirahat saja Jong. Aku bisa ke bandara sendiri." Lanjutnya.
"eh? ani ani. Nan jeongmal gwaenchanta. aku hanya perlu ke kamar mandi." Jelas Jongin. Nadanya sudah tidak segugup tadi.
"geurae, mau ku antar?"
"tidak perlu, aku sendiri saja."
Jongin langsung bergegas ke kamar mandi. Saat dia sudah masuk kedalam kamar mandi, dia menghembuskan nafas lega.
"hhh~ ige mwoya! Aish memalukan sekali!" ujar Jongin merutuki dirinya sendiri. Dia menepuk-nepuk pelan pipinya untuk menghilangkan gugup "tenang Kim Jongin. Kau hanya perlu berbicara. Huhhh ini lebih sulit dibandingkan presentasi dihadapan dosen." Selanjutnya dia keluar dan kembali ke ruang tamu.
"kau sudah selasai? Ini Jong, minumlah." Luhan tersenyum. Membuat Jongin merasa lebih tenang dan nyaman "ah ne, gomapta." kai menenggak minumnya hingga habis.
"emm Lu, sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu." Ujar Jongin terlihat lebih serius. Luhan mengerjapkan Deer eyesnya bingung.
"heum? Mueoseul? Malhae malhae~" sahut Luhan semangat. Jongin kembali gugup melihat respon Luhan.
"hajiman, yaksokdeulhaji jeone." Tapi, sebelumnya berjanjilah.
"eotteon yaksok?" janji apa?
"kau tidak akan menjauhiku. Dan kau tidak akan marah padaku." Jelas Jongin ragu.
"emm tergantung apa yang kau katakan. tapi sebisa mungkin aku tidak akan melakukannya. Palli malhae~" Luhan sepertinya penasaran.
"jangan seperti itu. kau membuatku gugup Lu." ujar Jongin jujur.
"heum? Kenapa kau harus gugup?" tanya Luhan polos dengan wajah innocentnya.
"karena aku ingin mengatakan kalau aku mencintaimu." Ucap Jongin tanpa dia sadari. Sedangkan Luhan yang terkejut terlihat membelalakkan matanya. Seakan baru sadar, Jongin menutup mulutnya.
Kim Jongin Babo! Rutuknya dalam hati.
mereka terdiam. Keadaan menjadi sangat hening. Luhan yang masih terdiam. Dan Kai yang mulai jengah dengan suasana awkward yang dia ciptakan. Sebenarnya Luhan sedang berusaha mengontrol degup jantungnya.
"ekhm. Lu. apa kau marah padaku? Emm biar kuperjelas sekali lagi dan selanjutnya kau boleh marah padaku jika kau ingin."
"sebenarnya, sudah sejak lama aku merasakan perasaan ini padamu Lu. Sebelumnya aku berfikir kalau ini hanya perasaan seperti halnya teman biasa. Tapi hatiku seperti berkata lain. Sejak 6 bulan yang lalu aku mulai yakin dengan perasaanku. Tapi, aku tidak berani untuk mengatakannya karena aku takut kau akan menjauhiku. Tapi semakin lama dadaku terasa semakin sesak." Jantung Luhan berdetak tak karuan. Tubuhnya kaku seketika.
"Aku tidak bisa memendam semuanya seorang diri. aku ingin membaginya bersamamu Lu. aku menerima semua keputusanmu. tapiaku berharap kau tidak akan menjauhiku dan kita tetap berteman walaupun nanti perasaanmu tidak sejalan denganku."
"saranghae Luhan, jeongmal saranghae" ucap Jongin Final. Luhan masih terlalu shock menerima 2 pengakuan hari ini. tadi pagi Mino, dan sekarang Jongin. Tapi dengan perasaan yang berbeda. Kalau dengan Mino tadi dia merasa biasa saja. Tapi sekarang, saat Jongin yang mengatakannya, perutnya seakan bergejolak. Jantungnya berdetak tak menentu.
"Lu? kumohon bicaralah. Kalau pengakuanku membuatmu tak nyaman, aku sangat menyesal. Aku tidak memintamu untuk menjawabnya. Aku hanya ingin mengucapkannya padamu." Ujar Jongin lagi karena merasa Luhan enggan untuk berbicara. Luhan menarik nafasnya dalam untuk menetralkan detak janutngnya dan siap untuk berbicara.
"aku akan menjawabnya. Sekarang." Ucap Luhan mantap setelah berhasil menetralkan detak jantungnya.
"tidak perlu dipaksakan Lu, kau boleh menjawab jika kau sudah siap untuk menjawab." Jelas Jongin. Dia tidak mau Luhan menjawab hanya karna terpaksa.
"tidak, aku akan benar-benar menjawabnya sekarang dan ini bukan keterpaksaan Jong." Jongin menatap Luhan lekat. Yeoja itu bersungguh-sungguh.
"dengar. Sejujurnya aku terkejut kau mengatakan bahwa kau mencintaiku. Yahh kau tahu, saat teman dekatmu menyatakan cintanya padamu. tapi aku merasa ada yang aneh saat aku bersamamu. Sebelumnya aku tidak menyadarinya. Tapi kini aku sudah benar-benar yakin. Aku yakin jika perasaanku sejalan denganmu."
"ne? jadi maksudmu–" Jongin tak bisa berbicara lagi. kini dia yang shock. Luhan menggigit bibirnya gugup.
"aku juga mencintaimu Kim Jongin." Ujar Luhan malu-malu. Dia menunduk. Dia benar-benar malu.
"b-bisakah kau ucapkan sekali lagi Lu? a-aku– aku takut salah dengar." Sungguh Jongin benar-benar tidak menyangka. Dia sudah menyiapkan mentalnya untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Tapi ternyata...
"Kim Jong In, aku juga mencintaimu. Oh ayolah Jong, aku benar-benar malu jika harus mengulangnya lagi." ucap Luhan bercampur antara malu dan jengkel. Pipinya merona saat ini. benar-benar manis.
"Saranghae Luhan! Jeongmal Saranghae!" ujar Jongin girang dan langsung memeluk Luhan. Luhan hanya diam. Wajahnya merona hebat saat ini. lucu sekali.
"jadi sekarang kita resmi menjadi sepasang kekasih?" tanya Jongin lagi. hanya untuk memastikan. Luhan mengangguk malu. "gomawo Lu, gomawo." Jongin kembali memeluk Luhan tapi langsung dilepasnya lagi. Luhan tersenyum manis.
"emm, Jong, kufikir ini sudah waktunya kita berangkat." Ucap Luhan ragu. Sungguh dia sekarang merasa enggan untuk segera berangkat ke bandara. Dia masih ingin berada di dekat kekasihnya, Kim Jongin. Dan terlihat dari raut wajahnya, sepertinya Jongin pun begitu.
"mulai sekarang panggil aku jonginnie atau chagi Lu, arrachi?" ujar Jongin tersenyum. Luhan mengangguk malu-malu.
"hhh aku masih ingin bersama denganmu chagi, jinjja, bahkan baru saja kita menjadi sepasang kekasih dan kita sudah harus berpisah." Lanjut Jongin sendu. Luhan jadi merasa bersalah. Dia arahkan tangannya ke wajah Jongin lalu mengusap lembut pipi Jongin seraya tersenyum. Jongin menatap wajah cantik Luhan, dapat dilihat pada matanya menyiratkan ketidak relaan.
"maafkan aku chagi, lagipula tidak akan lama. hanya 2 bulan." Luhan meyakinkan Jongin bahwa ini akan baik-baik saja. Tapi sebenarnya dia sendiri juga tidak yakin bagaimana dia menjalani 2 bulan itu tanpa Jongin.
Jongin menggenggam tangan Luhan yang berada dipipinya. Dia memejamkan matanya lalu mencium tangan Luhan lembut. Secara refleks Luhan pun memejamkan matanya.
"baiklah, kajja kita berangkat." Ucap Jongin selanjutnya. Membuat Luhan langsung membuka matanya. Dadanya terasa sedikit sesak. Tapi dia tersenyum dan mengangguk. Lalu mereka segera bersiap-siap untuk berangkat ke incheon.
...
"chagi, ingat. Sekarang kau sudah punya aku. Jangan coba-coba melirik namja lain disana arra?" ujar Jongin seraya mencubit pelan hidung Luhan. Luhan terkekeh kecil.
"heum, aku tidak berjanji. Jika pria disana lebih tampan dan seksi mungkin aku akan mendekatinya." Sahut Luhan menggoda Jongin. Jongin tau Luhan sedang berusaha untuk menggodanya.
"begitu heum? Kalau sampai itu terjadi, aku akan langsung terbang ke Beijing dan membunuh namja sialan yang sudah membuatmu berpaling dariku." ucap Jongin penuh dengan kepercayaan diri.
"hahaha dasar kau ini. kalau itu membuatmu menyusulku ke Beijing, sepertinya akan benar-benar ku lakukan." ujar Luhan terkekeh.
"coba saja kalau kau berani rusa nakal!" Jongin yang gemas langsung mencubit pipi Luhan pelan.
"appo!" Ucap Luhan manja.
"eh? mianhae chagiya" Jongin mengusap-usap pipi Luhan.
CUP
Dan mengecupnya singkat. Luhan terkejut. Wajahnya kembali merona. "eotte? Sudah tidak sakit lagi?"Luhan menunduk malu. Lalu mengangguk.
"Chagi, boleh aku meminta sesuatu padamu? sebagai salam perpisahan." Jongin bertanya. Luhan mengangkat wajahnya dan alisnya bertau. Bingung.
"emm maksudku untuk salam perpisahan sementara kita. Boleh ya?" lanjut Jongin lagi. Luhan kemudian mengangguk dan tersenyum.
"apa yang kau mau?" tanya Luhan lembut.
"kiss" cicit Jongin. Suaranya sangat pelan yang tentu saja tidak bisa terdengar jelas oleh Luhan. Dia sebenarnya ragu meminta ini pada Luhan dan juga malu.
"heum? Apa?" tanya Luhan lagi.
"emm tidak, tidak jadi chagi. Kha~ nanti kau tertinggal pesawat." Ucap Jongin dengan cepat. Membuat Luhan semakin bingung. Luhan pun mengikuti perkataan Jongin.
"yasudah, aku pergi ne. Jaga dirimu baik-baik." Ujar Luhan sambil tersenyum. sangat manis. Jongin pun ikut tersenyum.
"ne chagi, kau juga. Semoga kau cepat kembali kemari. Hubungi aku segera saat kau sudah sampai di Beijing arrachi?"
"arraseo~"
"ah dan juga jangan sampai tidak menghubungiku dalam satu hari. Aktifkan selalu skypemu walaupun kau sedang tidur. Aku akan menghubungimu lewat skype setiap pagi dan malam. Apa kau terganggu dengan hal itu chagi?"
"ani, arraseo. Ponsel dan skypeku akan selalu aktif, dan aku akan menghubungimu saat aku sudah sampai di Beijing. Jangan khawati Jonginnie, percayalah padaku."
"bukannya aku tidak percaya padammu chagi, tapi aku takut merindukanmu. Yasudah. Sudah waktunya kau berangkat. Semoga liburanmu menyenangkan Luhannie."
"kau juga Jonginnie. Annyeong~"
Luhan lalu tersenyum untuk terakhir kalinya dan membalikkan badannya untuk segera masuk untuk check in. Tapi baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba Jongin memanggilnya. Secara refleks dia membalikkan badannya. Tanpa aba-aba Jongin langsung menarik lengannya dan–
CHU~
Bibir mereka bertemu. Bibir mereka hanya menempel. Luhan yang awalnya terkejut, mulai bisa menerima perlakuan Jongin. Dia tidak marah sama sekali. Jongin adalah namjachingunya, kenapa dia harus marah. Sedangkan Jongin memejamkan matanya, mencoba meresapi rasa dan tekstur lembut bibir Luhan.
Tak lama kemudian Jongin melepaskan tautan bibir mereka lalu mengusap lembut bibir yang baru saja dia rasakan itu.
"aku akan sangat merindukanmu chagi."
"nado Jonginnie."
"jja, pergilah. Saranghae Chagiya."
"nado saranghae Jonginnie."
Selanjutnya Luhan benar-benar pergi. Dengan sesekali menengok kebelakang. Memastikan Jongin masih disana sampai dia benar-benar tidak bisa melihat namja itu lagi.
...
"ni hao mama~ Lulu sudah sampai di bandara. Siapa yang menjemputku?"
"hehe, iya iya mama. Jadi siapa yang menjemput Lulu ma?"
"ah begitu, hao ba. Lalu mana anak itu ma? Lulu tidak mau menunggu lama ma, Lulu lelah~"
"iya iya ma duibuqi. Gege memangnya dimana? Apa dia sudah sampai ma?"
"yasudah Lulu tunggu. Lulu tutup ya ma, Zai jian mama."
PIP
Luhan beranjak ke deretan kursi yang kosong di tengah hiruk pikuk aktifitas yang sedang terjadi di bandara internasional kota Beijing. Dia mendudukkan bokongnya disana. Badannya terasa lelah sekali. Tapi dia langsung teringat sesuatu dan langsung merogoh ponselnya lagi untuk menelfon seseorang.
"yeoboseyo? Lu? kau sudah sampai chagi?"
"ne, aku baru saja sampai di bandara Jonginnie. Aku lelah~"
"kau dijemput siapa? Istirahatlah jika kau lelah nae cheonsa~"
"tadi mama bilang padaku yifan gege yang menjemputku. Tapi sampai sekarang dia belum juga terlihat. Heum, arraseo~ kau sedang apa Jonginnie?"
"tunggulah sebentar lagi chagi, mungkin terkena macet. Kau sudah makan? Sejak kau pergi yang kulakukan hanya memandangi ponselku untuk menunggu telfon darimu Lulu."
"ne baby. Tadi di atas pesawat aku sudah makan, bagaimana denganmu? Tsk, kau ini ada-ada saja."
"aku tadi sudah chagi. Hhh~! Bahkan baru saja berpisah 2 jam tapi aku sudah sangat merindukanmu chagiya~ bogosipheo~"
"nado bogosipheo Jong–"
"XIAO LU!" ucapan Luhan terpotong oleh seseorang yang memanggilnya. Refleks dia menolehkan kepalanya pada sumber suara dan menemukan seonggok tubuh yang tinggi menjulang tak jauh darinya. Kemudian Luhan langsung menghampiri orang itu.
"gege!" ujarnya girang lalu menghambur memeluk gegenya.
"ni hao ma Lu? " tanya Yifan –gege Luhan– seraya membawa Luhan kedalam pelukannya.
"wo hen hao, ni ne?" aku baik-baik saja, kau bagaimana?
"wo hen hao Lu. ayo kita pulang. Ku yakin kau sangat lelah." Ujar Yifan lalu mengangkat koper Luhan dan berjalan mendahului Luhan.
"ah deng yixiar ge," tunggu sebentar.
Luhan kemudian kembali beralih pada ponselnya yang masih menyala.
"Jonginnie, mianhae aku harus mneutup telfonnya sekarang. Yifan ge sudah datang."
"ah geurae, arraseo~ Qing ni xiao xin baby, wo ai ni~"
"eh? kau bisa bahasa mandarin Jong?"
"ani, aku lihat di internet tadi hehe. Yasudah kau sudah sangat merindukan keluargamu. Saranghae Lu Han"
"haha kau ini, yasudah. Nanti aku hubungi lagi ne? nado saranghae Kim Jongin."
PIP "Shui?"siapa?. tanya Yifan –gege Luhan. "rahasia. Ayo pulang ge, aku lelah~" ucap Luhan manja. Dia selalu seperti itu pada gegenya.
"hhh hao ba. Ayo" Sahut Yifan lalu menggandeng Luhan untuk pulang.
...
"mama~ baba~ Lulu pulang~"
"akhirnya kau pulang juga sayang. Mama sangat merindukan anak mama yang cantik ini. astaga kau terlihat lebih kurus sayang. Apa kau tertekan disana? Apa kau tidak makan yang cukup? Kau harus banyak makan selama kau dirumah sayang."
"ish mama, Lulu baik-baik saja. Lulu juga sangat merindukan mama. Baba dimana ma?"
"babamu masih di kantor sayang, setelah meetingnya selesai babamu akan segera pulang. Kau istirahatlah dulu, pasti kau sangat lelah. Yifan~ bawakan koper meimeimu ya sayang."
"iya ma"
"Maafkan mama Lu, mama harus mengurus sesuatu yang penting di rumah sakit. Tidak apa kan?"
"tidak apa ma, ada Yifan ge disini."
"yasudah. Yifan, jangan pergi keluar mengerti?"
"aku mengerti ma, lagi pula aku juga merindukan anak ini"
"eeeh jinjja?"
"ne, jeongmal~" "hei hei, jangan gunakan bahasa korea. Mama tidak mengerti."
"haha dui bu qi mama. Lulu hanya mengetes Yifan ge saja ma."
"yassudah pergilah ke kamarmu. Mama harus pergi sekarang. Wanshang jian sayang."
"xiaoxin mama"
Setelah percakapan singkat itu, nyonya Xi segera pergi karena tugas dadakan sedangkan Luhan dan Yifan langsung beranjak ke kamar Luhan. Yifan, anak pertama keluarga Xi. Sebelumnya dia tinggal di korea sejak senior high school. Setelah lulus dia kembali ke china. Lalu memutuskan pergi ke kanada untuk melanjutkan studynya. Maka dari itu dia menguasai 3 bahasa. Mandarin, korea dan inggris. Sejak Luhan pindah ke seoul untuk kuliah, dia dan Yifan sering berbicara menggunakan bahasa korea.
"kau lelah Lu?"
"hmm sangat ge. Lulu kira gege masih di kanada."
"aku sudah libur sejak seminggu yang lalu. Baru 4 hari aku dirumah."
"ah gege masih dengan Taozi kan? Bagaimana kabarnya ge?"
"heum. Baru saja kemarin aku ke rumahnya. Saat aku bilang padanya kalau kau akan pulang, matanya langsung berbinar."
"ah jinjja? Lulu sangat merindukannya. Besok Lulu akan kerumahnya."
"heum, pergilah. Emmm ngomong-ngomong, sekarang siapa pacarmu Lu?"
"ah itu, hehe namanya Kim Jongin ge."
"Apa kelebihannya?"
"gege jangan seperti itu. aku mencintainya dia juga mencintaiku. Itu sudah cukup ge."
"tapi gege perlu tahu sayang."
"hhh arraseo. Kim Jongin. Mahasiswa jurusan bussines administration di universitasku. Tampan, baik, pintar, dan dia pacarku."
"pilihan yang bagus. Baiklah, lanjutkan hubunganmu dengannya. gege merestuimu."
"dengan ataupun tanpa restu gege, Lulu akan tetap berhubungan dengan Jongin."
"iish dasar adik yang tidak berbakti pada gegenya."
"memangnya Lulu peduli? Wlee! Sudah ah Lulu ingin mandi dulu ge."
"kau mengusir gegemu yang tampan ini?"
"cih lebih tampan Jonginku daripada gege. Sudah sana Lulu ingin mandi. gege ingin mengintipku mandi hah?"
"untuk apa aku mengintip, tidak ada yang bisa dilihat."
DUGH "awww ya! sakit Lu!"
"Lulu tidak peduli. Sudah cepat sanaaaa"
"iya iyaaaa ish berisik sekali. Aku ada dikamarku jika kau membutuhkan sesuatu."
...
Sebelum pergi mandi, Luhan menyempatkan diri untuk memberikan kabar pada Mino bahwa dia sudah sampai di Beijing mengingat tadi Mino menyuruhnya untuk menghubungi anak itu. Selanjutnya dia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
.
.
.
1 BULAN KEMUDIAN "akh, dui bu qi." Ucap Luhan refleks saat dia menyenggol seseorang. Dia terjatuh. Luhan sedang berjalan menuju rumahnya dari mini market yang tak jauh dari kawasan tempat tinggalnya.
"Maaf kau jadi terjatuh." Ujar orang itu lalu membantu Luhan berdiri.
"bushi, salahku tadi tidak sengaja menyenggolmu dan malah aku yang terjatuh." Ucap Luhan langsung. Memang dia yang salah.
"mei guanxi." Tidak masalah.
"xie xie" ucap Luhan setelah dia berdiri. Orang itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
"wo jiao Sehun, Oh Sehun."
.
.
.
.
.
?
A/N :
Annyeonghaseyo yeorobun~ Gina balik dengan FF yang selalu membosankan :V Jujur aja gina kalo baca ulang FF gina sendiri emang bosen pas baca kalo lebih dari 2 kali soalnya alurnya ya gitu-gitu aja + ga ada konflik. gina ga suka konflik, gina cinta damai/? wkwk tapi yaaa daripada udah dibikin terus Cuma disimpen, kan jadi gimanaaaa gitu /apasih.
Gina sih pengennya bikin one shoot tp kepanjangan /-_- ini aja udah panjang banget, palingan yang baca mabok abis bacanya wkwkwk ini sih masih ada lanjutannya, kalo ga two shoot ya paling Three Shoot.
Kalo responnya bagus, Gina lanjut. kalo ga, yaaaa gimana nanti aja.
Makasih yang udah mau baca. Usahakan review ya :'3 Annyeong~
