Semua karakter milik: Haruichi Furudate

Tasha hanya mengadopsinya menjadi sebuah fan fiction pendek.

Feel free to review! Psst, its my first fanfic!

Warning: Fluffy (mungkin bisa bikin orang mual), OOC's, Gaje, Boys Love, EBI-nya ngaco!, Typo?

.

.

.

Hinata pikir, segalanya akan berjalan normal. Dengan segudang rutinitas keseharian yang berulang dan berlanjut terus-menerus. Termasuk bertemu Kageyama; partner, setter klub bola voli Karasuno, sekaligus seseorang yang disukainya sejak hari kemenangan babak semi final Spring High Tournament melawan klub bola voli Aoba Johsai.

Namun tadi malam, Kageyama mengatakan sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh si pemilik spike kilat itu. Berkata bahwa ia telah jatuh cinta pada Hinata dan ingin menjadi kekasihnya. Kalimat tersebut selalu terngiang di telinga Shouyou. Membuat tidur malamnya berantakan, juga seakan memaksa memutar ulang memori ketika mereka pulang bersama menuju stasiun kereta tiap kali memejamkan mata.

Saat itu udara malam sangat dingin, bagai akan menusuk tulang-tulang manusia yang sedang berada di luar rumah maupun bangunan. Hinata sebagaimana mestinya, menggiring sepeda hitam seraya menyusuri jalan. Di samping, ada si setter tengah memegang sepotong bakpao isi daging sambil melangkahkan kaki beriringan partner-nya. Diam; tak ada yang memulai berbicara. Cuma ada suara langkah kaki, bunyi jangkrik-jangkrik saling bersahutan, serta kucing mengeong. Hingga ketika sampai di perempatan jalan, Kageyama berdeham kemudian mencengkram bahu si chibi dengan mata mengintimidasi.

"Besok ... musim panas, iya kan?" Ucapnya terdengar bergetar.

Hinata menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Tobio, "E-eh? Y-ya. Memangnya kenapa?"

"Aku ..., sudah lama ingin mengutarakannya, tapi—" Kageyama menarik napas panjang, berusaha meredam debaran jantung tak keruannya. "Tapi karena tidak ada waktu yang tepat, jadi kupendam. Diganggu mulu sih, sama Tanaka dan Noya."

Hinata menghela napas, "Kageyama! To the point saja, oke? Kita harus segera pulang sebelum keberangkatan kereta terakhir ..." Lagi pula ia serasa tidak nyaman dengan gaya bicara Tobio sekarang; layaknya setter pemilik wajah seram nan kecut itu ingin mengatakan sesuatu yang tak terduga baginya dan bertema berat.

"Oke, intinya—" jemari Kageyama mulai menelusuri dan menggaruk tengkuknya, kini perasaan gugup semakin menjalari setiap inchi tubuhnya. Cowok di depannya menatap penuh ketidaksabaran, baru kali ini ia benar-benar terlihat gelisah, pikir Shouyou. "Eng, a-aku jatuh ci-cinta kepada— ARGH! Dumbass! Kenapa sih susah sekali ngomong sama kamu?! Berhenti memasang wajah polos ketika menatapku, bodoh!" Tiba-tiba ia mencubit kedua pipi teman seklubnya dengan penuh rasa berang bercampur malu.

Orang yang dicubit seketika meronta sambil menahan rasa sakit, "Ittaiiiiii ...! Lepaskan bakageyama!" Seakan dunia sedang menanggapi jeritannya; beberapa burung hantu, kucing, bahkan seorang gadis kecil di rumah sebelah kanan mereka berdiri entah kenapa ikutan terpekik. Seketika menghentikan kelakuan Kageyama dan meninggalkan kebungkaman. "De-dengar," kata Hinata terengah seraya mengelus pipinya, "Ini sudah malam, jangan membuatku berteriak atau orang lain bangun! Sekarang ngomong, kau jatuh cinta pada siapa? Dan jangan terbata-bata begini. Aku pengin cepat pulang tahu!"

"Baiklah," Kageyama membuang muka, memilih melihat jalanan beraspal mulus ketimbang memandang tepat wajah baby face milik Shouyou. "Aku jatuh cinta kepadamu, puas? Silakan tertawa, aku enggak marah sekalipun."

Alih-alih tertawa layaknya dia perintahkan, si rambut oranye malah terenyuh. Isi pikiran Hinata mulai dipenuhi Kageyama. Perasaanya terhadap laki-laki penyuka susu vanilla itu telahterbalas, dan love confession tersebut terjadi pada malam sebelum musim panas datang. Dengan tengggorokan yang anehnya menjadi kering ini Hinata berkata: "Ya, aku juga menyukaimu."

"Ka-kalau begitu …, jadi pacarku?"

"Baik, permintaanmu diterima ..."

—Seketika air mata Shouyou meluruh begitu saja.