"... san."

"... mi-san."

"AIRI-SAN!"

"Ha'I, Sensei!" teriakmu terkejut dari lamunanmu.

"Apa kau memperhatikan pelajaran saya? Apa yang kau lihat dari luar jendela?" tanya sang sensei dengan air muka kesal menahan amarah.

"Gomen, sensei." Ucapmu, menyesal.

"Apa kau ada masalah dirumah? Atau kau tak enak badan?" Tanya sang sensei mulai melunak.

"Tidak sensei, saya baik-baik saja." ucapmu, lirih.

"Baiklah, untuk kali ini saya maafkan. Kalau kau tak memperhatikan lagi, kau akan mendapat hukuman dariku!"

Pelajaran kembali dilanjutkan dan kau mencoba memperhatikan pelajarannya walau tak sepenuhnya kau berkonsentrasi.

FanFiction Collaboration Natsume Rokunami and Yuzu Nishikawa

Unexpected Bad Guy by Natsume Nishikawa

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Cast: [Hanamiya Makoto, Miyuki Airi (OC / Readers) , Kiyoshi Teppei] , [Aida Riko, Hyuuga Junpei]

Genre: AU, Romance, Hurt/Comfort, Family

Warning: OOC, Typo(s), tanda baca tak sesuai EYD, judul tak menyakinkan, dll

Rated: M

.

Don't Like, Don't Read!

.

Bel pertama yang membuat siswi Akademi Chogasaki Koto, sekolah khusus putri, senang adalah bel istirahat yang menjadi waktunya mulai mengeluarkan dan menyantap makan siangnya, yaitu bento, dari tas masing-masing. Tapi ada pula beberapa siswi yang lebih memilih membeli makan siang di kantin sekolah, sama seperti seorang gadis manis bersurai brown.

"Kau tak membeli makan siang Miyuki-chan?" tanya Chigusa Sayaka, si surai brown. Dia adalah sahabat terdekatmu di sekolah. Walaupun kalian berdua berada dalam keluarga dengan keadaan ekonomi yang berbeda, kalian tetap akrab dan tak memedulikan besarnya harta keluarga satu sama lain.

"Aku membawa bento, Sayaka-chan." ucapmu lalu menunjukan tas bentonya.

"Kalau begitu mau makan siang bersama? Kita makan siang dibelakang taman belakang!" ajak Sayaka, ceria.

"Boleh. Sayaka-chan mau ke kantin untuk membeli makan siang? Boleh aku titip teh apel?"

"Tentu saja. Kau bisa ke taman belakang duluan!" ucap Sayaka, lalu ia segera pergi kearah kantin sebelum kau memberikan uang untuk membeli minuman.

Kau menghela nafas mencoba memaklumi sifat sahabatmu sejak memasuki sekolah ini, kau menenteng tas bentomu lalu berjalan kearah taman belakang yang sepi. Kau duduk disebuah bangku kayu ditaman belakang dan menaruh bentomu disebelah bangku. Kau mendongkak menatap langit hingga sebuah suara menyadarkanmu dari lamunan.

"Hoi kau anak SMP yang disana!"

Kau menoleh kearah kananmu dan melihat seorang siswa sekolah Kirisaki Daiichi High memanggilmu. Sekolah menengah pertama Akademi Chogasaki Koto memang bersebelahan dengan Sekolah Menengah Atas Kirisaki Daiichi High, bahkan sekolah hanya dibatasi oleh sebuah pagar kawat saja. Berbeda dengan sekolah Chogasaki khusus untuk putri yang mayoritasnya para siswi pintar dan berprestasi, sekolah Kirisaki adalah sekolah campuran yang mayoritas siswa dan siswinya adalah anak orang kaya. Kau menoleh dan menatap heran siswa Kirisaki itu.

"Maaf, apa senpai memanggilku?" tanyamu, mencoba meyakinkan bahwa dirimulah yang dipanggil oleh siswa tadi.

"Iya kau, memangnya disana ada siapa lagi?"

Kau segera berlari kearah pagar kawat menghampiri siswa itu. Siswa itu memberikan sebuah botol melalui lubang pagar kawat dan kau menerimanya.

"Tadi ada seseorang yang menyuruhku memberikan itu." ucap siswa itu saat kau menatap heran padanya.

"Siapa yang memberikan ini padaku?" tanyamu.

"Aku tak bisa memberi taukan padamu, aku hanya disuruh memberikannya padamu." Ujarnya, lalu berjalan meninggalkanmu.

Kau berdiri terpaku menatap heran botol minuman yang ternyata adalah teh apel, salah satu minuman kesukaanmu. "Siapa yang memberikan ini padaku? Kenapa dia tahu kalau ini adalah minuman yang selalu kuminum saat istirahat siang?" gumammu.

"Miyuki-chan, maaf lama. Ini teh pesananmu. Lho, kau sudah membelinya?" tanya Sayaka.

"Etto… tadi ada siswa dari Kirisaki yang memberikanku ini, Sayaka-chan."

"Eh, siapa? Siapa? Apa dia Kiyoshi-senpai?" tebak Sayaka, sumringah.

Wajahmu merona mendengar nama senpai yang tengah kau kagumi, "Ba-baka... tentu saja bukan! Memangnya Kiyoshi-senpai mengenalku?" ucapmu sedikit membentak yang direspon oleh tawa dari Sayaka.

"Hei, siapa tahu kalau senpai yang kau kagumi itu ternyata diam-diam adalah penggemar rahasiamu?" ucap Sayaka, mencoba menggodamu.

Kau menggembungkan pipi, lalu berjalan kembali menuju bangku dan membuka kotak bentomu, diikuti oleh Sayaka yang masih terus saja menggodamu.

"Fufu, jangan malu begitu Miyuki-chan. Siapa, sih, yang tak mengenal Miyuki Airi? Hime-sama dari Akademi Chogasaki Koto yang cantik, pintar dan seksi?" goda Sayaka. Ia semakin gencar menggodamu.

"Berhenti memanggilku seperti itu, Sayaka-chan. Aku tak suka dipanggil seperti itu!"

"Tapi itulah kenyataannya, Hime-sama. Wajahmu cantik, kulitmu putih bersih, rambutmu berwarna orange halus bergelombang dan lihatlah tubuhmu yang langsing." Sayaka mencolek pinggul. "Berisi. Tidak kurang juga tidak kelebihan lemak, dan wow, Big Boobs." ucap Sayaka disertai seringaian jahilnya.

"Berhenti bicara seperti itu, Sayaka-chan! Ucapanmu terdengar seperti om-om mesum." Ujarmu sambil cemberut.

Sayaka tertawa kecil sambil membuka bungkus rotinya.

"Kau makan roti lagi, Sayaka-chan?"

"Uhm, iya. Aku malas mengantri membeli bento, jadi aku beli roti saja."

"Kenapa tak membawa bento dari rumah?"

"Aku tak bisa masak. Lagipula si Nenek Sihir itu tak ada waktu untuk membuatkanku bento, dan Kakek Sihir itu tak peduli padaku." ujar Sayaka, seperti acuh tak acuh dengan orangtuanya yang tidak memerhatikannya.

"Jangan bilang seperti itu, Sayaka-chan. Bagaimanapun mereka tetap kedua orang tuamu." Tegurmu, lembut. Kau tahu bahwa sahabatmu ini kurang perhatian dari kedua orangtuanya, hanya uang yang mereka anggap 'perhatian pada anak gadisnya'. Uang tak bisa membeli hati manusia, bukan?

"Aku lebih bersyukur jika mereka tak a—"

"SAYAKA-CHAN!" teriakmu dengan mata berkaca-kaca. Sayaka sontak berhenti berbicara.

"Ma-maaf Miyuki-chan, aku tak bermaksud…"

"Maaf, tak seharusnya aku berteriak kepadamu." Ucapmu, lirih.

"Maaf, aku sungguh tak bermaksud mengucapkan hal seperti itu." ujar Sayaka dengan wajah bersalah. Kau tahu bahwa Sayaka sadar bahwa ia sudah menyinggung hal sensitif.

Kau menghela nafas berat, lalu mengambil sebuah Karaage dan kau suapkan kearah Sayaka.

"Kalau begitu mulai sekarang aku akan membuat bento untukmu Sayaka-chan." Ucapmu disertai senyuman teduh.

Sayaka menatapmu dengan mata berkaca-kaca. Sedetik kemudian ia langsung memelukmu dengan Karaage didalam mulutnya.

"Maaf Miyuki-chan, hanya kamu yang benar-benar mengerti keadaanku. Mulai sekarang kita terus bersama ya, walaupun kita lulus kita harus bersama!" Sayaka berkata sambil mengeratkan pelukannya padamu, seolah-olah ia sungguh tidak ingin kehilangan dirimu.

Kau mengelus lembut punggung Sayaka. "Sampai kita lulus dari sini kita akan terus bersama. Tetapi, maaf, setelah lulus kita harus berpisah, Sayaka-chan."

Sayaka melepas pelukannya, lalu menatap matamu dengan wajah terkejut. "Kenapa?"

Kau tersenyum sendu. "Setelah lulus kau akan melanjutkan ke sekolah Kirisaki Daiichi High, bukan?"

"Ya, tapi bukankah kau juga akan melanjutkan ke sekolah Kirisaki? Terlebih disana ada seseorang yang kau kagumi."

"Maaf, sepertinya aku tak akan melanjutkan kesana. Kau tahu sendiri, kan, itu sekolah elit yang mayoritasnya anak orang kaya. Untuk anak dari seorang single parents sepertiku, bersekolah disana sangat mahal. Terlebih tak ada sistem beasiswa disana, aku tak mau membebani okaa-san dengan biaya sekolahku. Selama ini aku selalu berusaha agar sekolah dengan biaya dari beasiswa."

"Jadi itu yang kau pikirkan dari tadi pagi sampai tak mendengarkan penjelasan sensei?"

Kau tersenyum kecil dan melanjutkan makan siangmu. Sayaka memakan rotinya dalam diam.

Hening. Tak ada pembicaraan diantara kalian berdua hingga kalian selesai makan.

"Gochisousama deshita." Ucap kalian berdua sambil mengatupkan kedua tangan.

Kau tengah merapikan kotak bentomu sedangkan Sayaka merapikan bungkus roti miliknya. Tak lama, Sayaka berbicara.

"Ano, Miyuki-chan kalau begitu a—hmpp!"

Kau membekap mulut Sayaka lalu menatapnya tajam. "Jangan berkata hal bodoh, Sayaka-chan! Kau pikir aku setuju kau tak jadi melanjutkan ke sekolah Kirisaki hanya karena aku tak melanjutkan kesana? Sekolah itu sudah menjadi pilihanmu dan pilihan orang tuamu, jadi lanjutkan kesana!" perintahmu, kemudian melepas tanganmu yang tadi membekap Sayaka.

Sayaka hanya menunduk mendengar ucapanmu, kau tersenyum kecil lalu memeluknya erat.

"Dengar Sayaka-chan, walau kita tak bersama setelah lulus kita tetaplah sahabat. Kau mengerti?"

Sayaka balas memelukmu, kemudian kalian saling menatap dan tertawa bersama. Tanpa kalian sadari, sedari tadi jauh diatas atap sekolah Kirisaki Daiichi, seorang pemuda tengah menyeringai memperhatikan kalian dengan teropongnya.

Setelah jam istirahat pelajaran selanjutnya adalah olahraga. Untuk sebagian siswi mungkin ini adalah jam yang menyebalkan, tetapi tidak untukmu. Mengapa? Karena jam olahragamu sama dengan jam olahraga laki-laki yang kau kagumi dan letak lapangan kalian juga bersebelahan.

"KYAAAAA! Itu Kiyoshi-senpai dan Hyuuga-senpai!" Teriak para siswi saat melihat salah satu idola sekolah Kirisaki berdiri masuk ke lapangan.

"KYAAAA Izuki-senpai terlihat tampan!"

"Ahh, ada Aida-senpai juga. Mereka selalu berempat, ya."

Kau menatap pemuda bersurai caramel itu, membuat rona merah menghiasi pipimu yang putih. Melihat tingkah dan ekspresi wajah dari seseorang yang kau kagumi membuat wajahmu menghangat.

"Jangan terlalu fokus menatapnya, Miyuki-chan. Nanti kau bisa pingsan, lho." ucap Sayaka secara tiba-tiba hingga membuatmu terkejut.

"Si-siapa yang sedang menatapnya?" elakmu, lalu mengalihkan pandangan keatas.

Kau membelalakan matamu kala melihat sebuah pot bunga terjatuh dari atas balkon sekolah Kirisaki dan sontak berteriak.

"KIYOSHI-SENPAI! AWAS DI ATASMU!"

Orang yang kau teriaki sontak menoleh ke atas dan…

PRANGG!

BRUK!

Terdengar suara benda jatuh menghantam tanah dan disusul dengan teriakan para siswi Kirisaki High, membuat nafasmu berhenti sejenak. Kau berlari kearah pagar kawat mencoba melihat lebih dekat kejadian tersebut. Kau hampir saja menangis melihat seseorang yang kau kagumi tengah jatuh terduduk tak jauh dari pecahan pot tersebut.

"Ha-hampir saja..." ucapnya dengan wajah pucat.

"Kiyoshi, kau baik- baik saja?" tanya sang pemuda berkacamata, Hyuuga Junpei. Teman-temannya datang tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Teppei, kau terluka?" tanya seorang gadis berambut pendek , Aida Riko.

"Ah… ya, aku baik-baik saja. Hanya luka kecil ditangan saat tadi terjatuh." ucap pemuda yang baru saja hampir menjadi korban, masih dengan wajahnya yang terkejut dan pucat pasi. Pemuda itu bernama Kiyoshi Teppei.

Pemuda berambut hitam, Izuki Shun, mengulurkan tangannya mencoba membantu Kiyoshi berdiri dari jatuhnya.

"Kau yakin baik-baik saja?" Tanya Izuki, khawatir.

"Uhm, iya, aku baik-baik saja. Aku hanya mendapatkan luka kecil saat melompat kebelakang dan jatuh terduduk." jelas Kiyoshi, mencoba meyakinkan. Tiba-tiba ia mengalihkan pandangannya kepadamu, ia berjalan menuju pagar berkawat yang memisahkan dirimu dan dia.

"Andai kau tak berteriak tadi, saat ini mungkin aku sudah terkapar dilapangan. Arigatou." ucapnya tulus disertai senyuman hangat.

Mendapat pernyataan terima kasih dari seseorang yang kau kagumi sontak membuat semburat merah menghiasi pipimu. Kau hanya bisa menundukan kepalamu agar pemuda dihadapanmu tidak melihat rona diwajahmu. "Dou itashimasite, senpai, aku hanya refleks berteriak saat melihatnya."

"Teppei, sebaiknya kau ke ruang kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut!" teriak Riko.

Kiyoshi menoleh, ia menganggukan kepalanya. Ia menoleh kembali kepadamu. "Siapa namamu?" tanya Kiyoshi.

"Miyuki Airi, senpai." Jawabmu, sopan.

"Salam kenal, Airi-chan. Dan sekali lagi, arigatou sudah menolongku." ucapnya sembari tersenyum. Kemudian ia berjalan menuju gedung sekolahnya.

Kau hanya bisa terpaku dan melamun, tak sadar bahwa teman-temanmu tengah mengelilingimu dan mengatakan iri padamu karena disapa oleh seorang idola dari sekolah sebelah. Kau terus melamun tak menyangka bahwa kau akan disapa oleh seseorang yang sudah lama kau kagumi, hingga sebuah tepukan dibahu menyadarkanmu dari lamunan.

"Selamat Miyuki-chan, kau sudah disapa oleh Kiyoshi-senpai. Tetapi sekarang kau harus kembali ke kenyataan, jangan terus tinggal dialam mimpimu itu." tegur Sayaka disertai senyuman goda.

"EH?! Ahh, jadi tadi aku benar-benar disapa oleh Kiyoshi senpai?! Tadi bukan mimpi Sayaka-chan?!" tanyamu sambil mengguncang-guncangkan bahu Sayaka berkali-kali.

"Tadi kau tidak sedang bermimpi Miyuki-chan, kau telah menyelamatkan Kiyoshi-senpai." Sayaka tertawa kecil melihatmu yang menjadi lucu seperti ini.

Kau tersenyum dan tertawa mendengarnya menyadari bahwa kau telah menyelamatkan seseorang yang menurutmu penting. Sekali lagi ucapan iri dan menggoda kau dengar dari teman-temanmu, kau hanya tersenyum dan merona mendengarnya.

"Cih, brengsek!" umpat seorang pemuda dari balik pohon yang tak jauh dari lapangan Kirisaki.

.

.

.

: =Natsume Nishikawa: Unexpected Bad Guy= :

.

.

.

Bel kedua yang membuat para siswi bersorak adalah bel pulang sekolah. Kau tengah merapikan buku pelajaranmu kedalam tas, sedangkan sahabatmu tengah berdiri disampingmu.

"Kita pulang bersama, Miyuki-chan. Supirku akan mengantarmu sampai rumah. Kau mau, kan?" tanya Sayaka.

Kau hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya. Sepanjang perjalanan menuju gerbang sekolah kau berbincang dan sedikit bercanda dengan Sayaka, sampai kau lihat para siswi tengah mengelilingi sesosok pemuda yang berdiri didepan gerbang sekolahmu membuatmu berhenti berjalan.

"Airi-chan." sapa pemuda itu. Ia berlari kecil menghampirimu.

"Kiyoshi-senpai…" balasmu. Kau terpaku ditempat.

"Ahh, anoo... sebagai ucapan terima kasihku, aku ingin mentraktirmu. Bagaimana? Kau ada waktu sekarang?" tanya Kiyoshi.

"Uhm... sebe—"

"Tentu saja, senpai! Hari ini Miyuki-chan punya banyak waktu jadi bersenang-senanglah. Jaa~, Miyuki-chan!" Setelah memotong ucapanmu, Sayaka segera berlari menuju mobilnya yang sudah berada didepan gerbang meninggalkanmu dengan Kiyoshi didepan gerbang. Sebelum pergi, Sayaka memberikan kedipan mata sebelah dengan artian 'berjuanglah!'. Kamu langsung merasa gemas akan tingkah sahabatmu itu.

"Jadi… bagaimana?" tanya Kiyoshi sekali lagi.

"Tentu saja. Suatu kehormatan bagiku kau mau mentraktirku, senpai." Kamu menerima tawaran Kiyoshi dengan sopan sambil tersenyum. Dalam batinmu, kau merasa beruntung karena bisa bersama dengan lelaki yang kau kagumi tersebut. Kesempatan tidak akan datang dua kali, bukan? Paling tidak, kau memiliki kenangan indah bersama idolamu meskipun hanya sebentar. Hanya ditraktir makan. Tapi, sudah cukup, kau sudah senang akan itu.

Kau berjalan berdampingan dengan Kiyoshi. Untuk kesekian kalinya kau mendapat tatapan iri dan bisikan menggoda dari siswi-siswi disekitar kawasan sekolah. Kau tak mencoba untuk mengabaikannya.

"Kau ingin makan apa? Tenanglah aku yang traktir. Aku ada uang jajan ekstra, kok, jadi tak perlu sungkan." ucap Kiyoshi membuka obrolan.

Kau terkekeh kecil. Kau terlihat berpikir sejenak. "Uhm, mau ke café favoritku? Disana cakenya enak."

"Tentu saja. Ayo kesana!"

Hanya butuh waktu 10 menit berjalan kaki dari sekolahmu dan sampailah kamu di café favoritemu. Posisi café yang terletak tak jauh dari stasiun dan jalan raya, membuatnya terlihat strategis. Kau mendorong pelan pintu café dan terdengar suara gemerincing bel yang berada dipintu.

"Irrashaimasen. Ara… Miyuki-chan." sambut sang pelayan café.

"Aku datang berdua nee-san." ucapmu pada pelayan café tersebut.

"Wah, wah, tak biasanya kau datang dengan seorang lelaki. Apa dia kekasihmu?" tanya sang pelayan café saat melihat Kiyoshi berdiri dibelakangmu.

"Bukan! Di-dia senpaiku." Ucapmu, menyangkal.

Sang pelayan café hanya tertawa kecil lalu mempersilahkan kalian duduk. Kau dan Kiyoshi memilih kursi dekat jendela yang berada diujung. Tak lama sang pelayan datang dengan dua gelas air dan dua buah buku menu. Setelah meletakan air, ia mengeluarkan pena serta notes kecil.

"Sudah siap memesan?" tanyanya.

"Choco pie dan Hot chocolate." ucapmu tanpa melihat buku menu.

Sang pelayan mencatat pesananmu lalu menoleh kearah Kiyoshi yang terlihat bingung untuk memesan.

"Ada rekomendasi menu Airi-chan? Kau terlihat sangat familiar dengan café ini." kata Kiyoshi.

"Ini café favoritku, senpai. Tentu saja aku familiar. Nah, pesanlah apa pun. Semua cake disini sangat enak, ya kan, nee-san?"

"Karena katamu semua cake disini enak, bisa pilihkan satu untukku?"

"Uhm... bagaimana dengan Baked Cheese Cake?"

"Baiklah, aku pesan itu. Untuk minumnya, tolong Cappuchino saja."

"Baiklah, saya ulangi pesanannya, ya. 1 choco pie, 1 baked cheese cake, 1 hot chocolate, dan 1 cappuchino. Silakan tunggu sebentar."

Setelahnya sang pelayan meninggalkan kalian menuju counter pemesanan.

"Kau yakin hanya memesan itu? Bukankah aku sudah bilang, pesan apapun yang kau mau, tak usah sungkan." Ujar Kiyoshi.

"Tak apa, senpai. Menu yang aku pesan tadi sudah lebih dari cukup." Jawabmu.

Tak butuh waktu lama, pesanan kalian datang. Kalian menikmati cake sembari berbincang dan sesekali tertawa. Bukan hanya tampan, ternyata orang yang kau kagumi ini sangat ramah dan lucu. Disaat yang sama dimeja paling sudut dekat café, seorang pemuda tengah memperhatikan kalian. "Sudah siap memesan, tuan?" tanya seorang pelayan.

"Gatteu chocolate dan hot chocolate." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Mohon tunggu sebentar."

5 menit kemudian pesanan sang pemuda datang,"Silakan menikmati."

Pemuda it uterus memperhatikanmu yang tengah bercanda dengan Kiyoshi, kau terlihat bahagia saat itu, membuat pemuda itu menggenggam lebih erat sendok cakenya.

Clak!

"Brengsek! Jangan harap kali ini aku membiarkanmu merebutnya dariku lagi." geram sang pemuda dengan tatapan membunuh setelah menusuk cakenya dengan sendok.

.

.

.

: =Natsume Nishikawa: Unexpected Bad Guy: =

.

.

.

Setelah menghabiskan waktu selama setengah jam di café, kalian memutuskan untuk pulang kerumah.

"Rumahmu dimana? Biar aku antar." tawar Kiyoshi setelah keluar café.

"Apartement tempatku tinggal tak jauh dari sini, senpai, jadi kau tak perlu repot-repot mengantarku." Ucapmu, menolak.

"Tak masalah, sudah menjadi tanggung jawabku mengantarmu pulang karena aku tadi sudah mengajakmu pergi."

Kau menghela nafas, merasa percuma mencoba menolak. "Baiklah, aku tak bisa menolak."

Sepanjang perjalanan menuju apartementmu yang hanya ditempuh waktu 10 menit berjalan kaki dari café, tak ada percakapan diantara kalian hingga kau merasa ada seseorang yang mengikuti kalian. Kau menoleh dan tak melihat seorang pun.

"Ada apa?" tanya Kiyoshi, melihatmu yang menoleh ke belakang.

"Uhm... ano, aku merasa ada yag mengikuti kita, senpai." Ucapmu, ragu.

Kiyoshi menoleh ke belakang dan tak mendapatkan siapa pun disana, ia menepuk kepalamu lembut mencoba menenangkan.

"Mau ku periksa?" Kiyoshi berkata. Kau mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Kiyoshi berbalik arah mencoba memeriksa, tetapi saat sedikit lagi sampai ditikungan sebuah gang tiba-tiba kucing hitam keluar dari gang tersebut.

"Ya ampun, ternyata seekor kucing." ucap Kiyoshi, lalu menggendong kucing hitam tersebut dan menghampirimu.

"Nih, stalker yang mengikuti kita." Ucapnya, menggodamu.

Kau hanya merona dan menundukan kepalamu, membuat Kiyoshi tertawa. Kemudian kalian melanjutkan perjalanan menuju apartementmu setelah Kiyoshi terlebih dulu menurunkan sang kucing. Akhirnya kau sampai didepan gedung apartementmu.

"Terima kasih atas traktirannya, senpai.Terima kasih juga karena telah mengantarku pulang." ucapmu sambil sedikit membungkuk.

"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Baiklah, aku pulang dulu." pamitnya.

Kau melambaikan tangan sampai sosok Kiyoshi menghilang di tikungan, kau tersenyum lebar dan menaiki tangga menuju kamar apartementmu dengan bahagia. Kau membuka pintu apartement dan mengunci kembali pintunya. Kau berjalan kearah kamar dan menjatuhkan tasmu dilantai kamar. Kau melompat ke ranjang single bed milikmu, memeluk boneka beruang dengan wajah merona.

'Aku tak menyangka akan tiba saat aku bisa berbincang bersama Kiyoshi-senpai, bahkan tadi kami terlihat seperti berkencan.' jeritmu dalam hati. Tak lama, kau terlelap.

.

.

Apartement Airi. Tokyo, 06.00 P.M

Kau terbangun setelah tak sadar tertidur dengan memakai seragam. Kau melihat jam yang berada dikamarmu dan terlonjak kaget menyadari sudah hampir malam dan kau belum menyiapkan makan malam. Dengan sedikit terburu-buru, kau berlari keluar kamarmu menuju kamar mandi hanya untuk sekedar mencuci muka dan berjalan kearah dapur, mulai memasak makan malam. Hingga pukul 06.45 P.M, suara pintu depan terbuka lalu sebuah suara tak asing terdengar.

"Tadaima, Miyu-chan."

Kau mengecilkan api dikompor lalu berjalan menuju koridor. Kau melihat sang Ibu tengah melepas sepatu kerjanya.

"Okaerinasai, okaa-san." Ucapmu, kemudian kembali ke dapur yang menjadi satu dengan ruang makan.

Ibumu berjalan menuju dapur dengan tas kerjanya. Ia duduk dimeja makan. "Ara, tumben kau belum selesai masak, Miyuki-chan?"

"Gomen, kaa-san. Tadi aku tertidur, jadi baru sempat masak sekarang. Sebentar lagi supnya matang."

Kau tengah sibuk menyiapkan masakan yang sudah matang, tanpa tahu bahwa Ibumu tengah memperhatikan dirimu.

"Ne, Miyuki-chan." panggil Ibumu.

"Nani, kaa-san?" jawabmu tanpa mengalihkan pandangan dari sup yang tengah kau aduk.

"Ada yang ingin kaa-san bicarakan."

Kau mematikan kompor dan menyiapkan dua mangkuk sup, lalu menatanya dimeja makan dengan masakan yang lainnya. Setelah selesai menata masakan dimeja makan, kau duduk berhadapan dengan ibumu.

"Apa yang ingin kau bicarakan, kaa-san?" tanyamu sambil melihat raut wajah serius Ibumu.

"Uhm.. begini, Miyuki-chan. Sebelumnya jangan marah dulu, ya. Kalau kau tak setuju, kau boleh menolaknya. Kaa-san tak memaksa."

Kau menghela nafas mengerti maksud pembicaraan Ibumu. "Kau ingin meminta izinku untuk menikah lagi, kaa-san?" Tanyamu tanpa basa-basi, membuat sang Ibu menatapmu terkejut.

"Ba-bagaimana kau tahuu Ibu ingin mengatakan itu?"

Kau tersenyum kecil, bagaimana pun wajah Ibumu masih terlihat cantik diumurnya yang terbilang masih cukup muda, 35 tahun. Jadi wajar saja ada seorang laki-laki yang tertarik dengan Ibumu. Ditambah dengan kepintaran akan wawasan milik Ibumu, tak heran banyak lelaki yang suka, walau Ibumu tak menganggapinya. Tetapi kali ini berbeda karena Ibumu meminta izin padamu, berarti laki-laki yang tengah dekat dengan Ibumu sudah pasti dapat menaklukan hatinya dan menggeser posisi Ayahmu dihatinya.

"Apa dia laki-laki yang baik?" tanyamu, lalu mulai makan.

"Tentu saja dia laki-laki yang baik. Dia sopan dan sangat ramah padaku. Walau kedudukan kami berbeda tingkat, tetapi dia bersikap rendah hati. Terlebih kami memiliki nasib yang sama, sama-sama seorang single parents, membuat kami saling memahami perasaan satu sama lain." ujar Ibumu dengan wajah sedikit merona.

Sekali lagi kau tersenyum kecil, melihat Ibumu bahagia adalah salah satu kebahagianmu. Jika Ibumu bahagia kau pun turut bahagia.

"Kalau menurutmu dia adalah pria yang tepat maka menikahlah, kaa-san. Aku mengizinkanmu."

Ibumu membelalakan matanya terkejut, tak menyangka kau akan menyetujuinya secepat ini. "Kau yakin, Miyuki-chan?" tanya, Ibumu.

"Jika laki-laki itu bisa membuat kaa-san bahagia, aku tak punya alasan untuk menolak. Lagipula sudah lama aku ingin merasakan kembali kasih sayang seorang Ayah."

"Ta-tapi dia juga seorang single parents dengan satu anak. Kau tak masalah?"

"Oh, benarkah? Kalau begitu aku akan punya saudara, bukan? Aku senang akhirnya punya saudara yang bisa aku ajak main." Ucapmu, lalu tersenyum.

Ibumu bangkit dari kursinya lalu berjalan kearahmu dan memelukmu.

"Arigatou, Miyuki-chan. Kaa-san janji kita akan menjadi keluarga yang bahagia." isaknya saat memelukmu.

"Jika kaa-san bahagia, aku pun turut bahagia." ucapmu sembari membalas pelukan sang Ibu.

"Kalau begitu aku akan bicara dengannya dan mengatur jadwal pertemuan kita dengannya."

Malam itu kau habiskan waktu makan malam dengan cerita dan canda tawa bersama Ibumu tersayang.

.

.

.

: =Natsume Nishikawa: Unexpected Bad Guy= :

.

.

.

Keesokan harinya...

Kau sudah rapi dengan seragam sekolahmu. Ibumu pun sudah rapi dengan kemeja serta blazer kerjanya. Setelah kau selesai menyiapkan makan siang untukmu dan ibumu, kau menghampiri meja makan, mengambil sebuah roti berselai coklat yang sudah disiapkan Ibumu.

"Kaa-san, ini makan siangmu. Aku berangkat dulu." Pamitmu setelah menengak habis susu yang disiapkan Ibumu. Kau mencium kedua pipinya dan berjalan menuju rak sepatu. Setelah memakainya kau berseru.

"Ittekimasu!"

"Itterashai." balas Ibumu.

Kau membuka pintu apartementmu dan tanpa sengaja menendang sesuatu yang berada di depan pintu.

"Apa ini?"

.

.

TBC

.

.

Pojok Santai bersama Yuzu Nishikawa dan Natsume Rokunami

Yuzu: Halo minna Yuzu disini xD
Akhirnya fict collab Yuzu dan Natsu dipublish juga xD, yey!
Untuk para fans chara yang ada di fict ini, gomen kalau charanya sedikit OOC. Karna sejujurnya Yuzu hanya fokus sama chara utama dalam fic ini.
Untuk itu review dari readers sekalian sangat kami butuhkan untuk lanjutan fic ini x)

Natsu: Halo, para readers di fandom KnB! XD

Ini adalah fict collab pertama kami. Natsu baru pertama kali masuk ke fandom KnB –kalau baca-baca fict, sih, sering-. Dalam pengerjaan fict ini, kami saling bagi-bagi tugas. Yuzu buat ceritanya sampai chap tertentu, Natsu yang membetakan. Begitupula sebaliknya. Natsu minta concrit kalian, ya. :3

Mind to Review?