Chapter 1: Awal Kejutan
Summary:
Conan menemukan Kid jatuh di halaman rumah profesor
Notes:
Detective Conan dan Magic Kaito adalah milik Aoyama Gosho.
Warning: Kaishin, percobaan kedua ngetik fanfic, jadi sangat mungkin penuh kekurangan, sudut pandang campur aduk ga jelas, maaf soal itu.
Chapter Text
Bel tanda berakhirnya pelajaran sekolah (dan dimulainya libur akhir minggu dari akting sebagai anak kecil - bagi Conan) berdering. Anak-anak dengan keceriaan khas milik anak-anak segera bersiap-siap untuk pulang, memberi salam pada guru, dan berlarian keluar. Hal ini, tentunya, tidak berlaku untuk dua orang anak-anak palsu yang berjalan keluar dengan normal tanpa berlarian.
"Conan-kun, Ai-chan, kami duluan ya," Ayumi, Mitsuhiko, dan Genta yang tidak sabar menunggu Conan dan Haibara berjalan langsung segera pergi, bahkan tanpa menunggu jawaban. Sepertinya mereka masing-masing memiliki suatu rencana menyenangkan yang menanti di rumah. Mungkin tentang suatu game yang tadi mereka bicarakan dengan antusias saat jam istirahat. Khusus untuk Genta mungkin lebih karena lapar.
Nafas yang telah ditarik oleh Conan untuk menjawab Ayumi akhirnya keluar lagi hanya sebagai helaan nafas lelah khas orang tua yang selesai bekerja sepanjang minggu, yaitu akting hampir sepanjang waktu. Bahkan dalam menulis juga harus akting untuk menghasilkan tulisan dengan standar kualitas tulisan anak SD kelas 1.
"Menyenangkan bukan, menjadi anak-anak tanpa harus menghawatirkan hal-hal rumit. Seandainya saja racun yang membuat tubuh kita menjadi anak-anak juga menghilangkan ingatan kita, dan membuat kita menjadi anak-anak normal."
Kaget, dengan mata melebar, Conan langsung mengubah arah pandangan ke sisi kanan wajah Haibara. "Ha, Haibara! Itu mengerikan, gimana dengan -"
"Bercanda," dan sang gadis yang mengagetkan Conan itu pun tetap berjalan seakan tidak ada yang terjadi, sementara Conan sempat berhenti sejenak dan serasa ingin membenturkan kepala ke tiang listrik.
Tentu saja, pikir Conan, Haibara emang gitu. Tiba-tiba mengatakan hal-hal diluar dugaan bahkan sejak hari pertama mereka bertemu! Mengatakan bahwa profesor telah mati, mengaku umurnya 84 tahun, berbicara tentang pergi jauh, bahkan tiba-tiba berbicara seakan putri dalam dongeng, daftarnya tidak akan pernah berakhir..
Tanpa terasa mereka telah sampai di rumah profesor Agasa, masuk ke rumah, Haibara mengatakan salam, sementara Conan langsung berteriak memanggil profesor.
"Selamat datang, Ai-kun. Ah, Shinichi. Menginap di sini lagi?" profesor yang baru keluar dari kamar mandi menyapa Conan dan berjalan menuju rak di dekat TV. Akhir-akhir ini Conan memang selalu menginap di rumah profesor setiap akhir pekan.
"Iya iya, Hakase, tentang buku yang aku titip belikan-"
"Ini, novel detektif yang kamu mau. Tadi aku sampai antri lama hanya untuk beli ini"
"Yeayy! Thank you, Hakase." Dan dengan mata berbinar, hati yang riang gembira, (untungnya tidak sampai bersenandung), namun tetap hati-hati, Conan membuka bungkus sang novel yang sangat berharga baginya, meski tidak sebanding dengan The Sign of the Four. Haibara yang melihat hal ini hanya menggelengkan kepala, dan lanjut ke dapur untuk menyiapkan makan.
Malam telah larut, tapi Conan belum selesai membaca novel barunya, sehingga dia belum tidur. Dia telah memtuskan untuk begadang hingga selesai membaca seluruh isi novel, toh besok libur ini. Profesor Agasa mungkin sudah tidur. Haibara, yang aneh, entah tidur atau tidak terserah beliau. Conan hanya perlu menjaga ketenangan malam agar tidak membangunkan yang sudah tertidur, dan tidak mengganggu Haibara dan membuatnya marah seandainya dia belum tidur.
Perlahan-lahan, Conan menuju dapur. Dia hanya ingin membuat kopi, mumpung tidak ada Ran yang akan mencegah. Dan melihat sesuatu putih di luar jendela, bukan hantu, tampaknya sedang terbang, malaikat lebih tidak mungkin lagi, (maklum Conan sedang agak mengantuk, jadi agak melantur), dan tiba-tiba terjatuh di halaman belakang rumah.
".. !"
Setelah meletakkan mug, Conan langsung membuka pintu yang menuju halaman belakang, menemukan sosok bukan hantu dan bukan malaikat, tergeletak di antara semacam sisa reruntuhan hanglider dan ranting-ranting serta dedaunan, di bawah pohon di pojok halaman. Ah, itu..
"Kid! Ngapain, eh, kok bisa-" dari pengamatan singkat Conan, sepertinya KID tidak berdarah, jadi tidak tertembak. Tapi sesuatu yang mungkin bisa tiba-tiba menjatuhkan KID yang sedang terbang di langit… oh, mungkin dia ditembak tapi pelurunya hanya mengenai rangka hanglidernya hingga patah.
"Tantei-kun..?"
"Iya ini aku, Kid… kepalamu terbentur?" pandangannya tidak fokus..
"Shinichi.." Kid terlihat memaksakan diri untuk mengatakan sesuatu.
"I.. Iya?" Baru kali ini dia memanggil nama asliku..
"I love you.." dan Kid pun kehilangan kesadaran, menginggalkan Conan yang berkedip dan ternganga..
