[Gombal Warming]

A Touken Ranbu fanfiction

Disclaimer: DMM + Nitroplus

UNLEASH YOUR IMAGINATION!

.

.

.

[Saika Side Story]

Cast:

Hanairono Akari – Akari [OC – Saniwa]

Ishikirimaru

.

.

.

Ishikirimaru dan Akari sedang berbelanja ke pasar pagi itu. Keadaan pasar masih sedikit kacau karena baru terjadi pertarungan antara pedang dan organisasi misterius tadi malam dan kini orang-orang tengah membenahi pasar agar proses jual-beli kembali seperti semula. Mereka berkeliling pasar mencari bahan makanan yang mereka butuhkan dan berencana untuk langsung pulang namun urung karena mereka menemukan seorang gadis kecil yang tengah menangis dalam perjalanan pulang. Merasa gadis kecil tersebut sepertinya tersesat, mereka membawa anak itu ke rumah. Seampainya di rumah, anak perempuan yang kira-kira berumur 2 tahun itu ditenangkan Akari dan Ishikirimaru.

Akari yang khawatir dengan keadaan anak itu, bertanya apa yang sebenarnya terjadi padanya ketika ia selesai menangis.

"Nee adik kecil, apa yang membuatmu menangis? Apa kau tersesat?" Tanya Akari sembari mengusap pelan rambut anak itu.

Gadis kecil itu menatap Akari dengan tatapan sedih, "otouchan dan okaachanku tidak ada, aku sendirian neechan."

"Memangnya kemana orangtuamu?" Kali ini giliran Ishikirimaru yang bertanya.

"Aku tidak tahu ojichan. Mereka pergi meninggalkanku tadi malam saat ada monster jahat itu."

Mendengar penuturan si anak, Akari dan Ishikirimaru saling bertukar pandang. Mereka curiga orangtua gadis kecil itu pergi meninggalkannya sehingga tersesat atau mungkin kemungkinan terburuknya adalah orangtuanya tewas karena dibunuh monster yang dikendalikan organisasi misterius itu mengingat banyak korban berjatuhan tadi malam.

Mereka akhirnya merawat anak itu sementara waktu sembari mencari tahu kabar mengenai orangtua atau kerabat anak itu. Beberapa hari berlalu dan masih belum juga terdengar kabar mengenai orangtua yang kehilangan anaknya ataupun mencari gadis kecil itu.

Suatu pagi, Akari kewalahan. Tak hanya mengurus pedang-pedangnya tapi juga megurus anak kecil hingga kelelahan. Bukan hal yang mudah memang terlebih semua pekerjaan rumah dilakukan oleh remaja tanggung seperti Akari. Mengetahui Akari kewalahan, Ishikirimaru menghampirinya dan menawarkan bantuan. Dengan senang hati Akari menerima bantuan dari orang yang dianggapnya papa itu.

Mereka membagi tugas, dan diputuskanlah Ishikirimaru yang mengurus gadis kecil itu sementara Akari mengurus pedang lainnya. Setelah pekerjan Akari selesai, ia datang lagi pada Ishikirimaru yang tengah menina-bobokkan gadis kecil itu di futonnya.

Akari terekesima, tidak menyangka papanya itu telaten sekali mengurus anak.

"Papa," panggil Akari. Ishikirimaru menoleh dan tersenyum. Ia pun menaruh jari telunjuknya di bibir, sebagai tanda untuk tidak ribut.

Akari menutup mulutnya sembari berjalan pelan menghampiri Ishikirimaru yang terduduk di samping si gadis kecil.

"Dia tertidur," bisik Akari seketika duduk di samping papanya.

Ishikirimaru mengangguk.

"Aku tidak menyangka papa telaten sekali mengurus anak kecil seperti ini," bisik Akari kagum.

Ishikirimaru menoleh pada Akari dan tersenyum, kemudian mendekat padanya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga Akari.

"Kalau mengurus anak orang saja sudah telaten begini, bagaimana kalau aku mengurus anak kita nanti, hmm?" Bisiknya sembari mengerling pada Akari.

Akari sontak terkejut mendengarnya.

"Pa-pa—"

Wajahnya merona merah dan jantungnya berdetak kencang mendengar penuturan orang yang dianggapnya papa.

Sementara itu Ishikiriaru terkekeh pelan, "aku serius lho."

Saat itu juga ia terlintas dipikirannya bayangan ia dan Ishikirimaru menikah dan mengurus anak mereka. Dan saat itu juga Akari merasa suhu tubuhnya benar-benar naik karena imajinasi liarnya.

Fin