Chapter 1 : Awal.

Lightning Inquisitor.

Disclaimer: Naruto dan Charakter yang lainnya 100% bukan punya saya, namun cerita dalam fic ini 100% buatan saya...

Rate: T

Genre : Adventure, FriendShip, Family, Romance.

Pair: Mystery

Warning : Typo, AlurPasaran, OC, OOC, StrongNaru.

Summary : Datangnya sang Hakim adalah awal dari sebuah kejadian yang besar, dia akan terus berusaha untuk merubah alur dunia. BadSummary


Chapter 1 : Awal.

.

.

BUGH BUGH BUGH

Suara pukulan terdengar menggema dari salah satu gang yang ada diKonohagakure no Sato, rintihan minta tolong terdengar sangat menyayat hati kala itu, suara dari seorang anak kecil yang terdengar sangat memilukan, suara tawa laki laki yang terdengar bak psycopath menggema keras mengiringi suara rintihan tersebut.

Inilah salah satu sisi gelap dari Konoha, seorang bocah berambut silver dengan sebuah luka vertikal dimata kanannyalah yang menjadi korban pemukulan malam ini, sebetulnya banyak warga yang lalu lalang melewati depan gang tersebut namun tak ada satu pun warga nampak perduli akan kejadian yang sudah terjadi bagai nasi sayur disetiap malam hari.

Bukan rahasia lagi jika bocah ini selalu menjadi korban penyiksaan para warga yang nampak selalu marah saat melihatnya, hanya karena bocah yang hidup dijalanan itu mendatangi toko toko mereka hanya untuk meminta sedikit makanan ataupun beristirahat diemperan toko mereka, bocah berumur lima tahun ini pastilah sudah memiliki ketahan fisik yang sangat sangat kuat untuk menerima siksaan hampir setiap malam.

Mereka memanggilnya jelmaan iblis petir, kenapa ? karena pernah satu waktu bocah berambut silver tersebut marah besar saat cita cita dan orang tua yang memang tidak dia kenal dicaci maki oleh anak anak seumurannya, lalu hal yang terjadi berikutnya adalah tubuhnya teraliri listrik yang entah dari mana datangnya, dia menghajar ketiga anak tersebut sampai babak belur dan dua dari anak tersebut harus mati, itulah awal dimana dirinya menjadi dibenci didesa ini.

Kabar tersebut memang terdengar sampai telinga Hokage Konoha atau tepatna Sandaime Hokage, namun karena umur bocah tersebut yang baru menginjak empat tahun hukuman bagi bocah itu tak berlaku, para petinggi Konoha nampak tak percaya akan cerita dari para warga yang menurut mereka nampak dilebih lebihkan apa lagi pada bagian bocah berumur empat tahun dapat mengendalikan petir ditubuhnya.

Dan oleh sebab itu para warga nampak dendam padanya, mereka lebih memilik menghakimi anak tersebut tanpa bantuan dari para pemimpin Konoha.

Kini lebih dari empat orang dewasa tengah keluar dari gang tersebut dengan wajah yang nampak puas serta kepalan tangan mereka nampak ternodai oleh darah merah, merekalah orang dewasa yang baru saja selesai memukuli bocah tersebut, jika kita memindahkan pandangan kearah dalam gang tersebut bisa kita lihat dengan jelas jika bocah itu tengah terkapar dengan luka luka yang hampir ada disekujur tubuhnya.

Keningnya nampak terluka parah, wajahnya sempurna tertutupi oleh darah akibat luka yang berada tepat ditengah tengah keningnya, bahkan darah nampak masih mengalir deras dari lukanya. Tubuh bagian atasnya nampak tak mengenakan apapun karena baju yang biasa dia kenakan kini telah robek dan terlepas dari tubuhnya, dapat dilihat dengan jelas puluhan bekas luka dan sebuah luka tebasan miring dari atas dada kirinya sampai bawah dada kananya masih mengeluarkan darah.

Pungung tangan kanannya nampak terancap oleh sebatang besi yang menembus sampai menancap ditanah, jika ditanya apakah dia saat ini mengalami patah tulang jawabannya tidak karena memang tubuhnya sudah terbiasa akan hal tersebut dan tulang tulang miliknya sudah kuat walau dahulu dia pernah mengalami beberapa tulang rusuk patah.

Dia hanya dapat merasakan sakit yang sedari tadi dia rasakan, dia hanya diam memandang kearah gelapnya langit Konoha kala itu, tak ada satu pun bintang yang menerangi malam ini bahkan bulan nampak tak mau melihat ataupun tak perduli akan kejadian yang dialami bocah ini, namun beruntung rintik air hujan mulai membasahi bumi Konoha, darah yang tadi mengalir dikepala dan dada bocah ini mulai hanyut bersama hujan yang mulai deras.

Dia mulai menutup matanya perlahan seraya merasakan sensasi tetesan hujan yang semakin deras, dia kembali membuka matanya dapat dilihat wajah seorang laki laki yang tengah menatapnya iba, pria bercamping dengan sebuah tongkat coklat yang berdiri tepat disamping kirinya, bocah tersebut tersenyum simpul saat mengerti arti tatapan pria itu, dan sebuah cahaya terang akibat petir yang menyambar menjadi hal terakhir yang dia lihat sebelum kegelapan.


SKIP TIME

Pagi hari telah tiba diKonohagakure, puluhan warga nampak berlalu lalang untuk memulai rutinitas harian mereka, beberapa Shinobi atau Kunoichi pun tak ketinggalan untuk saling sapa ataupun sekedar mengobrol sebentar, begitu pula dengan seorang bocah berambut kuning cerah yang tengah berjalan dengan senyum yang mengembang diwajahnya, beberapa kali dia menjawab sapaan dari warga yang memang ditujukan padanya.

Para warga tahu kenapa pemuda atau bisa dibilang bocah ini tengah tersenyum gembira, warga tahu sebuah keganjilan ataupun perbedaan yang tengah berada pada bocah ini, Ramen Instant, ya dia membawa dua buah ramen instant lengkap dengan Termos yang memang dia bawa untuk menyeduh ramen instant miliknya, warga tahu kemana tujuan bocah ini, Taman Konoha, ya disanalah dia selalu datang pada pagi hari seperti ini.

Warga tahu dia akan menemui temannya, seorang bocah berambut silver yang mereka sebut sebagai jelmaan iblis petir, seorang bocah yang selalu menjadi korban penyiksaan para warga karena alasan sepele, mereka takut pada bocah itu. Sudah berkali kali mereka memperingati bocah berambut kuning tersebut namun dia masih tetap berteman dengannya dan menganggap peringatan tersebut hanya seperti angin lalu.

Perjalanan yang bocah pirang tersebut lewati telah selesai, dia telah sampai diTaman Konoha dan dia pun juga sudah melihat dimana temannya tersebut berada, sapaan ringan mengawali komunikasi yang selalu berakhir dengan tawa dan senyuman, dia berjalan dengan bahagia kearah bocah tersebut, sedangkan bocah berambut silver tersebut hanya duduk dengan tenang dibawah salah satu pohon diTaman itu.

"Apa kau sudah menunggu, Naruto." Bocah berambut silver tersebut hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang selalu menjadi awal pembicaraan mereka disetiap pagi, bocah berambut kuning tersebut duduk disamping Naruto seraya mengeluarkan dua ramen instant miliknya dan mulai menyeduhnya.

"Selalu saja, kau bahkan tahu jika rumahku berada didekat sini jadi aku dapat melihatmu dari rumahku saat kau akan datang." Senyum mulai mengembang diwajah bocah tersebut saat mendengar kekehan dari bocah berambut kuning itu, Naruto mengubah posisi duduknya yang awalnya bersila kini meluruskan kedua kakinya seraya mendorongnya kuat untuk sedikit melemaskan otot otot kakinya.

"Ya aku tahu, tapi mau seperti apa aku harus menyapamu disetiap pagi jika bukan seperti itu." Keduanya tersenyum mendengar jawaban dari bocah berambut pirang itu, mata mereka nampak tertuju pada dua ramen yang tengah tertutup rapat guna menahan uap panas untuk membuat ramen instant tersebut matang agar dapat segera mereka santap pagi ini.

"Terserah sajalah, lalu bagaimana dengan latihan yang kau jalani akhir akhir ini, Menma?" Menma nama bocah berambut pirang tersebut, dia hanya tersenyum seraya menggaruk tengkuknya yang mungkin tidak gatal sebagai reaksi akan pertanyaan dari Naruto ini, Naruto hanya dapat tersenyum kecil melihat tingkah Menma yang sering ditunjukkan padanya.

"Ya lagi lagi masalah control chakra yang selalu menjadi penghalang latihanku, cukup sulit memang namun aku akan tetap berusaha seperti saranmu beberapa minggu yang lalu, dan mungkin Hokage-jiji bisa membantuku berlatih." Naruto hanya tersenyum seraya mengalihkan pandangannya menatap kearah salah satu dahan pohon yang ada diatasnya, disana dia dapat melihat dua ekor burung yang tengah bernyanyi indah dipagi ini.

"Kau beruntung para warga disini menerimamu Menma, kau tahu sendiri tentangku, hanya kau, Hokage-jiji, Ayame-neechan, Tauchi-jiji, dan pengurus perpustakaan yang bisa menerimaku dan mengakuiku, ingin rasanya aku berlatih menjadi seorang Shinobi dan belajar diAkademi sepertimu walau memang kau sudah melaluinya selama satu tahun terakhir dan teman teman seangkatanmu sudah lulus terlebih dahulu, tapi senang rasanya jika memiliki teman yang dapat sering bertemu dan saling sapa."

Menma hanya tersenyum sendu mendengar ucapan bocah disampingnya ini yang sudah dia anggap bagai saudaranya sendiri, dia tahu akan penderitaan dari sahabatnya ini terlebih lagi kejadian dua tahun yang lalu, kejadian yang paling tragis yang dialami sahabatnya ini walau dia dan Naruto baru berteman kurang lebih lima bulan terakhir ini, namun Naruto nampak mempercayainya dan menceritakan semua pengalaman pahit yang sudah dia rasakan.

"Kau tahu, beberapa minggu lagi akan diadakan penerimaan murid murid baru bagi akademi dan mungkin kau dapat mendaftarkan diri untuk ikut kedalamnya." Naruto dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah Menma yang tengah tersenyum lebar kearahnya saat ini, Naruto pun ikut tersenyum melihatnya namun dia kembali menatap kearah dimana burung yang tadinya bernyanyi kini sudah terbang menjauh.

"Tidak Menma, walau memang aku sudah dapat mengaktifkan chakraku tujuh bulan yang lalu dan sudah menguasai control chakra sampai tahap berjalan diatas air terjun walau ya hanya lima sampai sepuluh langkah tapi aku tak ingin masuk kedalam akademi, aku tahu pastilah guru dan murid disana tak akan menerimaku..." Naruto mengalihkan pandangannya kearah kedua telapak tangannya yang nampak kotor entah karena apa.

"...Aku terkenal dengan nama Jelmaan Iblis Petir walau aku tak tahu maksud dari ucapan itu, sedangkan kau, kau adalah orang yang sangat dihormati diKonoha karena salah satu jasamu menolong mereka, aku bahkan bingung kenapa kau mau berteman denganku..." Naruto memejamkan matanya sesaat setelah dia nampak menggantung ucapannya guna membuang nafas panjang.

"...Kau juga tahu bukan aku pernah membunuh tiga Chunnin Konoha walau aku tak tahu akan kebenaran tentang hal tersebut, para Shinobi Konoha seperti masih dendam padaku, reputasiku didesa ini benar benar buruk, sudah jelas tidak mungkin aku dapat masuk kedalam akademi, dan belajar menjadi Shinobi disana, menjadi kuat disana, dan membersihkan namaku."

Menma nampak terdiam mendengar ucapan panjang Naruto barusan, dia tahu, dia tahu lebih dari siapapun akan anak bernama Naruto ini, dan dia tahu kenapa bocah ini menjadi sebuah teror ketakutan bagi para warga yang berada diKonoha, memang akhir akhir ini para warga sudah sangat jarang mengejar Naruto dan menghajarnya seperti dahulu karena Naruto kini sudah tahu bagaimana cara untuk membela diri.

Namun itu warga, bukan para Shinobi Konoha terlebih Chunnin dan teman dari ketiga Chunnin yang kabarnya dibunuh Naruto, memang dari segi manapun Menma sangat sangat lebih beruntung dari pada Naruto, namun dia tak menyangkal jikalau bocah ini lebih habat darinya dalam segi menjadi seorang Ninja, ya dia tahu seperti apa kekuatan Naruto walaupun dia sama sekali tak pernah menerima pelatihan menjadi seorang Shinobi.

Dia hanya belajar dari gulungan gulungan yang ada diPerpustakaan Konoha, meminjamnya, mempelajarinya, mempraktekannya. Itulah cara Naruto berlatih.

"Tapi Naruto, tidak selamanya kau akan seperti ini bukan, jika kau tak segera melangkah untuk mengambil sebuah tindakan dan memilih sebuah pilihan kau tak akan pernah maju sampai kapanpun, Hokage-jiji pasti akan menyetujui jika kau belajar diakademi dan kau sudah memiliki semua modal untuk menjadi seorang Shinobi..." Menma nampak memandang wajah Naruto yang nampak memandang lurus kearah depannya.

"...Kau lebih kuat daripada aku, mulai dari kekuatan mental sampai kekuatan fisik aku jauh berada dibawahmu, kau bahkan dapat mengaktifkan chakra diumur enam setengah tahun Naruto itu hal yang jarang terjadi, kau dapat melatih control chakramu sampai batas berjalan diatas air terjun walau hanya beberapa langkah dan kau melakukannya kurang dari tujuh bulan, ya walau aku belum mengerti apa perubahan jenis chakramu tapi hey, itu sesuatu yang hebat."

Naruto hanya terkekeh mendengar ucapan dari sahabatnya ini, dia beruntung mendapatkan seorang sahabat yang selalu mendukungnya seperti bocah pirang disampingnya ini, Naruto nampak mengambil salah satu ramen instant yang ada didepannya dan membuka tutup kertas yang ada diatasnya, namun sebuah tangan menghentikan aksinya. "Itu milikku bodoh, kau bilang kau ingin miso ramen."

Naruto hanya menggaruk tengkuknya malu saat mendengar ucapan Menma serta wajah Menma yang nampak datar dengan mata yang memincing tajam kearahnya. "Hehe, gomen aku lapar jadi aku asal ambil saja toh aku belum makan dari kemarin siang." Menma cukup tersentak mendengar ucapan Naruto barusan, dan Naruto nampak menutup mulutnya saat ucapan itu terlontar mulus darinya.

"Ka-Kau! Kenapa kau tak bilang dari tadi bodoh! Aku akan membelikanmu beberapa makanan!" Menma yang baru saja akan beranjak dari tempatnya nampak terhenti saat sebuah tangan yang memegang pundaknya berhasil menghentikan gerakannya, dia menatap kearah kanannya dan disana berdiri seorang laki laki tua yang tengah menatap keduanya dengan senyum yang mengembang.

"Hokage-jiji." Ucapan tersebut terlontar secara bersamaan saat kedua bocah tersebut melihat siapa yang berdiri disana, mereka memanggilnya Hokage-jiji dan kakek tua tersebut memiliki nama Hiruzen Sarutobi, Hokage yang memiliki julukan The Profesor tersebut tengah tersenyum kearah mereka berdua.

"Sepertinya tak salah aku ingin mengunjungimu Naruto-kun, instingku benar jika kau membutuhkan makanan hari ini dan aku sudah membawa beberapa masakan yang aku beli dari beberapa toko secara acak." Naruto dan Menma cukup tersentak kaget mendengar ucapan dari Hokage tertua ini, dan dapat dilihat dari wajah Naruto dia saat ini tengah terharu mendengar ucapan Hiruzen barusan.

"Kau tak perlu repot repot seperti itu Jiji, aku sudah terbiasa menahan lapar." Hiruzen duduk didepan Naruto dan Menma seraya mengambil beberapa bungkus makanan yang berada didua kantung plastik yang dibawanya, Naruto nampak tersenyum senang melihat apa saja yang dibawa Hokage tersebut, Hokage yang memberinya kasih sayang selama ini.

"Kau masih seperti dulu Naruto-kun, kau fikir aku tak mengetahui jika selama ini uang uang yang aku berikan padamu sebagian kau berikan pada panti asuhan agar anak anak disana dapat hidup sedikit lebih baik dari padamu." Menma sedikit shock mendengar penuturan dari Hiruzen barusan, sedangkan Naruto dia tak kuasa untuk tak tersenyum malu menanggapi penuturan Hiruzen tadi.

"Aku hanya ingin membantu panti asuhan yang dahulu sempat membesarkanku Hokage-Jiji, ya walau aku lebih memilih keluar dari sana agar nama panti asuhan itu tak terkotori akan adanya aku disana." Hiruzen tak kuasa untuk tak tersenyum mendengar ucapan dari bocah ini, Menma hanya menatap kagum kearah Naruto, dia ingin seperti sahabatnya ini berlaku baik jika dilakukan dengan baik, dan berusaha berlaku baik jika orang lain berbuat buruk padanya.

"Itu bagus, tapi kau tak perlu berlaku seperti itu Naruto-kun, panti asuhan itu urusan bagi para donatur dan para petinggi Konoha terlebih lagi..."

"Naruto-kun! Menma-kun!" Sebuah teriakan keras terdengar, suara dari seorang gadis yang tengah berlari kearah mereka bertiga dan teriakan gadis tersebut sukses membuat Hiruzen tersenyum kearah gadis tersebut karena ucapannya yang terpotong serta tingkah bersemangat dari gadis itu. Menma melambaikan tangannya kearah gadis berambut merah darah itu, Hiruzen masih setia menatap gadis itu begitu pula dengan Naruto.

"Hah hah, maaf terlambat Naruto-kun, Menma-kun." Naruto dan Menma nampak mengangguk bersamaan saat mendengar ucapan dari gadis tersebut, gadis berambut merah yang nampak indah melambai dengan gaya ekor kudanya, Hiruzen nampak mengerti akan ucapan gadis tersebut.

"Sepertinya, pertemuan kali ini memang sudah direncanakan, ada acara apa jika aku boleh tahu." Gadis tersebut nampak terkejut saat suara dari Hiruzen terdengar diindra pendengarannya, dia pun menatap kearah kakek tua tersebut dengan tatapan lurus. "Hokage-jiji, sejak kapan kau berada disini." Hiruzen hanya tertawa mendengar ucapan gadis tersebut, gadis hyperaktive tersebut memang sering begitu jika sudah berkumpul dengan kedua bocah laki laki ini.

"Yang pasti aku lebih dahulu berada disini dari pada kau, Naruko-chan." Naruko nama gadis itu, dia kini tengah menggembungkan pipinya saat mendengar ucapan Hiruzen yang terdengar mengejek baginya, dia pun duduk dengan kedua tangan yang dia silangkan didepan dadanya. Menma dan Naruto hanya tertawa melihat tingkah salah satu sahabatnya tersebut.

"Jadi, jika aku boleh tahu ada acara apa kalian hari ini." Hiruzen memulai pembicaraan kali ini setelah memasukkan makanan yang memang dia sediakan untuk Naruto, ketiganya saling berpandangan satu sama lain guna membuat persetujuan ataupun meminta persetujuan antara mereka bertiga, tak berapa lama mereka bertiga mengangguk bersama.

"Kami hanya ingin berlatih Hokage-jiji, Naruko dan Menma sebentar lagi akan masuk kedalam akademi jadi mungkin memberikan sedikit teori Ninja untuk kedua sahabatku ini bukan hal yang buruk." Hiruzen awalnya sedikit terkejut mendengar jawaban dari Naruto, namun akhirnya dia pun tersenyum seraya memandang mereka bertiga, merasa belum puas akhirnya Hiruzen tertawa cukup keras.

"Kenapa kau tertawa Hokage-Jiji!" Menma dan Naruko berteriak bersamaan mendengar Hiruzen tertawa keras, sedangkan Naruto dia hanya dapat memasang pose wajah bingungnya melihat Hiruzen yang sedikit demi sedikit mulai menghentikan tawa kerasnya, dia sedikit menyeka air mata yang keluar saat dia tertawa.

"Aku hanya senang Menma-kun, Ruko-chan, aku senang melihat penerus Konoha memiliki semangat seperti kalian bertiga, sangat sangat jarang anak berumur tujuh tahun seperti kalian menyempatkan berlatih diwaktu senggang seperti ini." Hiruzen tersenyum seraya menatap mereka bertiga, Naruto hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Hiruzen, sedangkan Naruko dan Menma mereka nampak tersenyum lebar.

Tapi tak berapa lama senyum dari Menma dan Naruko lenyap seketika saat melihat Naruto yang kembali mengalihkan pandangannya kearah ranting pohon yang kini menjadi tempat bermain dua ekor tupai dan satu ekor tupai yang tengah terdiam entah karena hal apa, Naruto nampak tersenyum saat melihat dua ekor tupai yang lainnya menghampiri tupai yang tengah terdiam sedari tadi.

"Naruto-kun." Naruto nampak mengalihkan pandangannya mendengar gumaman lirih dari Naruko barusan, dia menatap kearah Naruko yang nampak memandang sendu dirinya begitu pula dengan Menma dia menatap dalam diam kearah Naruto, Naruto nampak mengerti maksud kedua sahabatnya ini, dia hanya dapat tersenyum seraya meneruskan makannya yang tadi sempat tertunda.

Disisi lain Hiruzen nampak mulai mengerti akan apa yang terjadi saat ini, dia hanay tersenyum saat melihat Naruko dan Menma yang menunduk menatap kearah makanan yang berada digenggaman kedua tangan mereka. "Ah, Naruko apakah Minato dan Kushina tahu jika kau pergi kesini pagi ini?" Naruko menatap Hiruzen begitu pula dengan Menma dan Naruto. Naruko mengangguk menjawab pertanyaan veteran Kage ini.

"Tou-san tahu jika aku pergi bersama Naruto-kun dan Menma-kun Jiji, apa ada masalah dengan itu Jiji?" Hiruzen tak kuasa untuk tak melebarkan senyumnya saat mendengar jawaban Naruko barusan, Hiruzen hanya takut jika Minato melarang Naruko bermain dengan Menma dan Naruto yang terkenal akan kejahilan dari Menma dan kabar kabar buruk akan nama Naruto.

Walau memang nama Menma kini telah mulai membaik setelah dia berhasil menghajar lima penyusup Konoha seorang diri dan berakhir diRumah Sakit Konoha, oleh karena itu dia kini sudah mulai diterima oleh para warga Konoha, namun tidak dengan Naruto, walau memang Hiruzen tahu jika Naruto adalah anak yang baik bahkan sangat sangat baik namun namanya yang sudah terlanjur terkenal buruk akan sangat sulit untuk dihilangkan.

Terlebih lagi saat dimana dia membunuh Chunnin walau dalam persidangan dia nampak tak mengetahui akan hal itu, para petinggi clan dan para tetua nampak tahu jika Naruto sama sekali belum dapat mengaktifkan chakra yang ada didalam tubuhnya oleh karena itu tuduhan padana dilepaskan begitu saja dan mulai saat itulah para Shinobi terlebih teman teman Chunnin yang dibunuh Naruto nampak dendam padanya.

"Apa Minato dan Kushina sama sekali tak menghalangimu berteman dengan Naruto-kun, Naruko-chan?" Naruto nampak sedikit takut, tergambar jelas diwajahnya jika dia nampak takut akan pertanyaan dan jawaban apa yang akan dilontarkan oleh Naruko akan pertanyaan ini, begitu pula dengan Menma.

"Jiji tenang saja, Tou-san dan Kaa-san sama sekali tak melarangku berteman dengan siapapun bahkan beberapa kali Tou-san meminta padaku agar Naruto-kun dan Menma-kun datang kerumah untuk sekedar makan malam, tapi ya Jiji tahu sendiri sifat kedua bocah jabrik disampingku ini." Naruko menyelesaikan ucapannya seraya memincingkan matanya kearah Naruto dan Menma yang nampak menunduk malu ataupun takut.

Mereka hanya takut jika mereka berdua datang kesana dan hanya akan diberi tahu jika mereka tak diperbolehkan bermain dan berlatih dengan Naruko lagi. Hiruzen yang mendengarnya tak kuasa untuk tak tertawa keras terlebih lagi kedua pipi Naruko yang dia gembungkan saat mengucapkan sebelas kata terakhir dari kalimatnya.

"Benarkah Ruko-chan?" Naruko mengangguk mantab seraya mengeluarkan suara yang terdengar ambigu dari mulutnya juga jangan lupakan senyum manisnya pada Sandaime Hokage itu, Hiruzen tersenyum kecil mendengar kepastian ini, dia kembali menatap Naruto yang masih terdiam dengan tangan yang mengaduk aduk ramen cupnya yang ketiga. Hiruzen pun menarik nafas panjang seraya tersenyum.

"Baiklah, jika begitu tak ada alasan untuk kau tak masuk kedalam akademi Naruto-kun." Mata Naruto tak kuasa untuk tak membulat sempurna mendengar ucapan Hiruzen, dia sangat terkejut saat mendengar ucapan Hiruzen barusan, Naruko dan Menma pun hanya dapat menatap bergantian antara mereka berdua dan Hiruzen, mereka pun nampak bingung akan hal tersebut.

Hiruzen yang melihat gelagat ketiga bocah didepannya ini hanya tertawa seraya mulai menyalakan cerutu rokok miliknya.

"Dengarkan baik baik, banyak orang yang menyebut Naruto adalah Jelmaan Iblis Petir, atau apalah, tapi kalian tahu seperti apa dia sesungguhnya, bahkan Kushina yang sangat sangat menyayangi keluarganya lebih dari apapun mengizinkan Naruko-chan untuk bermain dengannya, dan kalian pasti sudah tahu seperti apa kekuatan Naruto bukan, bahkan kalian bilang Naruto membantu kalian berlatih apa aku salah?"

Menma dan Naruko menganggukkan kepala mereka serempak.

"Jadi secara tidak langsung Naruto adalah anak yang berbakat, dia hampir setiap waktu berada diPerpustakaan Konoha bahkan setiap aku pergi kesana aku sering melihatnya walau aku tahu kau tak pernah tahu akan keberadaanku bukan Naruto-kun." Kini Naruto nampak terkejut mendengar ucapan Hiruzen barusan.

"Aku tahu kau adalah anak yang berbakat, aku mendengar pembicaranmu dengan Menma jika kau sudah dapat mengaktifkan chakramu beberapa bulan yang lalu dan selama itu aku memfocuskan dirimu pada control chakra dan kini kau telah sampai pada bagian berjalan diatas air terjun, hal itu sudah menjelaskan bagaimana kegeniusanmu Naruto, sangat jarang dan hampir mustahil ada seorang bcoah berumur tujuh tahun dapat melakukan hal itu dengan waktu yang sangat singkat."

Naruko dan Menma nampak menyeringai saat mendengar ucapan Hiruzen barusan, sedangkan Naruto dia hanya menundukkan kepalanya dan diam tanpa satu katapun yang keluar dari mulutnya. "Jadi, apa kau mau jika aku mendaftarkanmu masuk keAkademi Konoha dan menjadi Shinobi Konoha serta mewarisi Semangat Api Konoha, Naruto-kun?" Menma dan Naruko kembali menatap Naruto dengan wajah yang penuh harap.

"Sejujurnya Jiji aku sangat ingin menjadi seorang Shinobi Konoha, tapi apakah para Shinobi yang lain dapat menerimaku? Apa murid murid Akademi dapat menerimaku? Apa warga Konoha dapat menerimaku?" Hiruzen hanya tersenyum mendengar ucapan Naruto barusan, dia mengulurkan tangan keriputnya dan membelai lembut rambut silver bocah bermata biru Shappire tersebut, walau memang hanya mata kirinya sajalah yang terbuka.

"Kau tenang saja Naruto-kun, tak akan ada yang berani berbuat lebih dari hal hal sebelumnya padamu, aku akan memerintahkan satu anbuku untuk menjagamu apapun yang terjadi." Naruto nampak tenang saat mendapat perlakuan sedemikian rupa dari orang yang sudah dia anggap kakek baginya.

"Baiklah Jiji, aku siap." Hiruzen, Menma, dan Naruko tak kuasa untuk tak tersenyum mendengar jawaban Naruto barusan, bahkan saking senangnya Naruko meloncat dan langsung menyambar Naruto memeluknya erat, Menmalah yang nampak sial, dia harus merelakan dirinya terjatuh dengan tak elite didepan Hokage ketiga ini, Hiruzen dia hanya tertawa melihat tingkah dari anak anak yang sudah dia anggap bagai cucu sendiri.


SKIP TIME

At Kantor Hokage.

Sore ini dikantor Hokage nampak tiga orang yang tengah berada didalam ruangan untuk sang pemimpin Konoha, mereka adalah Sandaime Hokage Hiruzen Sarutobi, Yondaime Hokage Minato Namikaze dan Penasehat Konoha Shikaku Nara, mereka nampak tengah membicarakan suatu hal yang nampak cukup penting.

Tepatnya mereka saat ini tengah membicarakan prihal Naruto, ya bocah yang disebut sebagai Jelmaan Iblis Petir itu yang tengah dibicarakan oleh ketiga orang disini.

"Saya setuju untuk memasukkan Naruto kedalam Akademi, Sandaime-sama. Sesungguhnya dia adalah anak yang baik dan pintar, sesungguhnya dia cukup sering bertanding Sogi melawan anakku dan hasil mereka kini Naruto berada satu poin diatas anakku." Yondaime cukup terkejut mendengar berita yang baru saja dibawakan oleh Shikaku, namun tidak dengan Sandaime dia kini hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Shikaku.

"Aku tahu itu Shikaku, ditambah lagi dia baru saja mengaktifkan chakranya tujuh sampai delapan bulan yang lalu juga dia sudah dapat menguasai control chakra sampai batas berjalan diatas air terjun yaa walau hanya beberapa langkah katanya, tapi pencapaian itu benar benar menakjubkan." Untuk ini Shikaku dan Yondaime Minato benar benar terkejut, mereka berdua baru saja mendengar kabar ini dari Hiruzen yang tengah meniupkan asap rokoknya.

"Anda tidak sedang bercanda bukan, Sandaime-sama?" Minato bahkan kini menghentikan pekerjaan stempel kertasnya saat mendengar ucapan Hiruzen, Shikaku bahkan mengubah posisi duduknya yang tadi menghadap kearah Minato menjadi menghadap kearah Hiruzen yang berada disisi kanannya.

"Apa aku pernah bercanda jika mengatakan hal tentang bocah yang sudah aku anggap cucuku sendiri itu, Minato." Ya, memang selama ini Hiruzen cukup sering memberitahukan prihal kejadian apa yang dilalui Naruto pada Minato, ditambah lagi Minato nampak tertarik dan senang melihat Naruko yang sering bermain dengan Naruto walau memang baru akhir akhir ini saja dia dan istrinya Kushina mengetahui hal tersebut.

"Anak itu, benar benar misterius, lalu apakah anda mengetahui perubahan jenis chakra Naruto dan Menma, Sandaime-sama?" Hiruzen menggelengkan kepalanya setelah dia meniupkan asap rokoknya kearah Shikaku yang tengah terbatuk batuk saat ini, ya memang dia tak sengaja karena angin yang entah lewat dari mana.

"Aku tak mengetahuinya Minato, mungkin Menma-kun dan Naruko-chan mengetahuinya tapi bukankah Naruko-chan memiliki perubahan chakra angin dan air?" Minato menganggukkan kepalanya seraya menghentakkan stempel miliknya kearah kertas yang baru saja dia baca, Shikaku dia masih setia mendengarkan perbincangan dua Kage dengan title Kiiroi Senko dan The Professor ini.

"Jika prihal Naruko-chan saya mengetahuinya Sandaime-sama, walau memang kesibukanku menjadi seorang Hokage membuatku jarang untuk melatihnya begitu pula dengan Kushina, sebagai Istri Hokage dia cukup sibuk mengurus rumah." Hiruzen kembali meniupkan asap dari cerutu rokoknya.

"Tapi itu bukan sebuah masalah yang patut dibesar besarkan bukan Sandaime-sama, lambat laun kita dan seluruh warga Konoha pasti akan mengetahuinya juga saat berada diAkademi nanti, dia pasti akan menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya." Hiruzen dan Minato mengangguk mengerti akan ucapan penasehat Konoha ini.

"Aku tahu Shikaku, tapi jika kita tahu aku bisa saja membantunya untuk berlatih atau mungkin selama ini dia memfocuskan diri untuk berlatih control chakra karena hal itu adalah dasar pembelajaran? Kalian tahu sendiri bukan jika Naruto-kun sangat sering pergi kePerpustakaan Konoha dan belajar disana, bahkan pegawai disana sangat mengenal betul dan tahu hari apa Naruto-kun akan disana seharian penuh."

Minato dan Shikaku nampak mengerti penjelasan dari Sandaime barusan, mereka kini mulai berkutat dengan fikiran mereka masing masing.

"Aku yang akan mengurus seluruh administrasi diAkademi untuk Naruto-kun dan Menma-kun." Minato dan Shikaku menatap kearah Hiruzen secara bersamaan mendengar kata kata yang keluar dari veteran Kage tersebut, mereka tersenyum mendengar itu.


SKIP TIME

Pagi hari telah kembali diKonoha, nampak sekali lagi seorang bocah berambut silver tengah berjalan santai ditengah tengah ramainya Desa Konoha, beberapa warga nampak memberikan jalan untuk bocah tersebut karena takut jika mereka terlalu mengganggu bocah yang terkenal akan sebutan Jelmaan Iblis Petir itu, mata kirinya yang terbuka nampak menatap santai kearah para warga Konoha, dia nampak sudah biasa akan perlakuan sedemikian rupa.

Dia masih terus berjalan dan tujuannya adalah sebuah apartemen yang berada disalah satu bagian Konoha, yap apartemen milik Menma, mereka berdua kemarin berjanji untuk berlatih bersama tempat pukul sembilan pagi dan saat ini adalah pukul sembilan kurang lima belas menit. Tak berapa lama Naruto telah sampai didepan apartemen Menma, dia meloncat dan sampai tepat didepan pintu apartemen Menma.

TOK TOK TOK

"Ya tunggu!" Dari dalam apartemen tersebut terdengar suara keras yang cukup memekikkan telinga, Naruto tahu jika itu adalah suara dari Menma karena dia sangat sangat hafal suara cempreng nan memekikkan telinga. Tak berapa lama pintu tersebut terbuka, dari dalam nampak seorang bocah laki laki dengan rambut pirang dengan kaos berwarna oranye berdiri didepan pintu.

"Ohayo, Menma." Dengan senyum simpul Naruto menyapa Menma yang tengah tersenyum kecil padanya.

"Ohayo, Naruto masuklah aku akan mengganti pakaianku." Naruto mengangguk dan berjalan masuk kedalam rumah Menma, ya dia sudah cukup sering pergi keapartemen pemberian Sandaime ini, Naruto duduk disalah satu kursi meja makan diapartemen ini, ya didalam apartemen ini hanya ada empat buah kursi kayu, satu buah meja makan, sebuah kulkas satu pintu, lemari, satu buah kasur dan beberapa barang barang dapur yang berada didapur Menma.

Naruto nampak memainkan sebuah kunai yang dia putar putar dengan jari telunjuknya seraya menunggu Menma, tak berapa lama dari salah satu ruangan Menma muncul dengan pakaian santai miliknya. "Yosh, ayo berangkat Naruto!" Dengan semangat yang sangat mirip dengan Naruko, Menma berteriak didepan Naruto, Naruto sudah hafal betul sifat bocah ini, namun...

TOK TOK TOK

Pandangan Menma dan Naruto teralihkan bersamaan kearah pintu apartemen Menma, mereka berdua saling bertatapan, Naruto menaikkan kedua bahunya guna pertanda jika dia tak tahu, Menma pun berjalan dan membukakan pintu apartemennya dan disana berdiri Sandaime yang tengah menatapnya tersenyum.

"Yoo Menma-kun, oh ada Naruto-kun juga."

"Hokage-Jiji, tumben pagi pagi datang kemari silahkan masuk."

Hiruzen berjalan masuk setelah mendapat izin dari tuan rumah, disana Naruto nampak tersenyum kearahnya seraya menundukkan badannya sebentar. "Ada apa Jiji datang kesini pagi pagi?" Hiruzen hanya tertawa mendengar ucapan Menma yang terdengar To The Point seperti biasanya.

"Tak apa, aku hanya mau mengabarkan jika kalian sudah aku daftarkan untuk masuk keAkademi satu minggu besok." Naruto dan Menma nampak tersentak kaget mendengar ungkapan dari Hiruzen barusan, namun setelahnya mereka tersenyum lebar, nampak diwajah mereka jika mereka saat ini sangat senang mendengarnya.

"Arigatou, Hokage-Jiji."

.

.

.

.

.

.

To Be Continue.

Salam kenal minna, saya author baru didunia FanFiction ini, maafkan jika ada banyak kekurangan dalam cerita saya ini, dan saya juga minta maaf jikalau ada kesamaan ide, dan mohon dukungan serta bimbingannya dari para Author yang lebih senior dan para Reader sekalian, serta tolong berikan kritik dan saran untuk cerita saya ini berupa Review, Terima Kasih.

.

.

.

.

.

~.~Magnetism Out~.~