MINNA! I'M BACK! Akhirnya jadi juga ini fict XD
Yah seperti biasa ini fict itu gaje, OOC, abal, typo, dll.
Mohon dimaafkan ya segala kesalahan Midori, 'kan bentar lagi lebaran XD
Minal Aidzin wal Fa 'idzin minnaaa~
.
Nah, hope you enjoy it :D
Disclaimer: Seperti biasa, chara original punya Jun Mochizuki, aku cuma minjem chara doang(tapi belom bilang)/digebuk massal. Yang kupunya cuma imajinasi berlebih XD
PURPOSE FOR LIFE part 1
(c) Midorishi Seki
Xerxes Break & Sharon Rainsworth
.
.
"A..ampuuun!", pekik seorang remaja laki-laki. Wajahnya bengkak bekas pukulan yang begitu keras. Disekelilingnya bertebaran 5 tubuh remaja laki-laki lainnya yang pingsan, saking tidak kuatnya menahan luka disekujur tubuh mereka. Dia-remaja laki-laki itu-berjalan mundur dengan langkah yang bergetar, mencoba untuk kabur. Sayangnya ia terpojok di permukaan dinding berbatu bata.
"Jangan macam-macam lagi padaku.", ucap seorang remaja laki-laki berambut silver dengan nada datar, walaupun matanya yang memiliki lensa berwarna merah itu menatap dengan tatapan mengancam. Kedua tangan remaja berambut silver itu menarik kerah seragam remaja laki-laki yang terpojok itu. "Jangan pernah MACAM-MACAM padaku!", ucapnya dengan nada yang lebih tinggi.
"B..baik! Aku tak akan pernah mengancammu lagi! Anak buahku juga tidak akan pernah macam-macam lagi denganmu, jadi kumohon...lepaskan aku!", ucap remaja laki-laki itu setengah teriak. Matanya berkaca-kaca. Dia, Gilbert Nightray, seorang ketua geng berandalan kalah oleh Xerxes Break, remaja berdarah dingin yang selalu menghabisi siapapun yang berbuat masalah dengannya-sendirian-, meski dia anak yang pendiam. 6 lawan 1, dan yang 1 lah yang menang.
"Kulepaskan kau. Aku tak tertarik bertengkar dengan anak 'cengeng' sepertimu.", kata Xerxes sambil melepaskan kerah seragam Gilbert. Diapun pergi meninggalkan Gilbert dan anak buahnya.
.
Apa itu hidup ?
.
Langkah Xerxes terhenti sebentar."Tampaknya pipi kiriku luka. Besok saja minta diobati Sharon di UKS.", katanya sambil memegangi pipi kirinya. Diapun melanjutkan perjalanannya menuju apartemennya.
Mengapa aku hidup ? Apa tujuanku untuk hidup ? Mengapa aku dibiarkan tetap hidup ? Mengapa aku harus bertahan hidup ? Apa tujuanku untuk bertahan hidup ?
.
.
.
.
"Aw! Sakit!", erang Xerxes kesakitan karena luka yang ada di pipi kirinya itu diobati.
"Padahal 2 hari yang lalu kau sudah bertengkar, kenapa kemarin kau bertengkar lagi ?", tanya seorang remaja perempuan yang duduk disamping kiri Xerxes sambil mengobati lukanya dengan nada sedikit marah, walau tatapan matanya menandakan bahwa ia khawatir.
"Mereka belum menyerah, harus kuhajar habis-habisan baru mereka menyerah.", kata Xerxes dengan nada datar, matanya menatap kosong kearah depan. Dia menoleh kesebelah kirinya.
.
Dia khawatir.
.
"Sudah, tidak usah khawatir seperti itu, Sharon. Ini semua bukan masalahmu.", kata Xerxes kepada remaja perempuan bernama Sharon itu, adik kelasnya, menyadari pandangan khawatir Sharon itu.
"Kalau begitu berhentilah bertengkar, dengan begitu aku tidak akan khawatir kau terluka.", balas Sharon sambil menempelkan plester obat dipipi kiri Xerxes. Dia menutup kotak P3K, beranjak dari kasur dan menaruhnya di lemari obat yang terdapat di UKS, ruangan dimana Xerxes dan Sharon berada. "Mendiang orangtuamu juga pasti akan sangat sedih dan kecewa.", lanjutnya dengan nada lirih.
"Lalu apa yang harus kulakukan-", Xerxes berhenti sejenak. "-untuk hidupku yang suram ini ? Apa tujuanku untuk hidup ?", lanjutnya.
"hhhh, lagi-lagi kau mengucapkan hal aneh seperti itu, Kak Xarks.", jawab Sharon sambil menoleh kearah Xerxes-yang dipanggilnya Kak Xarks.
"Kalau begitu kau tahu apa tujuanmu untuk hidup dan bertahan hidup, Sharon ?", tanya Xerxes lagi. Dia begitu galau.
"Itu...", Sharon berpikir sejenak, "Aku tidak tahu apakah ini tujuan hidup atau bukan, tapi aku ingin sekali mengabulkan permintaan seseorang, tapi aku tak tahu apa yang harus kukabulka.", jawab Sharon, dia tersenyum kecil, wajahnya berseri-seri.
"Permintaan siapa yang ingin kau kabulkan ? Apa permintaanya ?", tanya Xerxes penasaran.
"Itu rahasia. Ra. Si. A! Meskipun dia tak pernah mengatakan permintaannya padaku, tapi aku tahu apa yang dia inginkan. Sayangnya aku tak tahu apa yang harus kuberikan padanya.", jawab Sharon, tersenyum kecil.
"Aneh.", ucap Xerxes dengan nada datar yang terkesan mengejek.
"Huh biarkan saja!", balas Sharon, kesal. Xerxes hanya tersenyum kecil melihat tingkah Sharon.
.
Sungguh manis, perempuan ini.
.
.
.
.
Inilah Xerxes Break, seorang remaja berusia sekitar 17 tahun. Kehidupannya mulai suram semenjak kepergian orangtuanya karena kecelakaan mobil. Kejadiannya sekitar 11 tahun yang lalu. Disaat kejadian Xerxes juga ada dalam mobil yang ditunggangi kedua orangtuanya, namun dia hanya mendapat luka ringan. Kebutuhannya setelah kedua orangtuanya meninggal ditanggung oleh kerabat juga uang warisan orangtuanya. Semenjak kejadian itu Xerxes menjalani kehidupannya tanpa semangat, sering mengamuk, dan sering bertanya-tanya apa tujuannya hidup dan mengapa dia tetap hidup. Karena itu juga teman-teman yang dulu sering bermain dengannya menjauhinya, kecuali Sharon. Perempuan yang lebih muda 1 tahun dengan Xerxes ini selalu menemaninya, walaupun Xerxes mengamuk, dia selalu bisa menenangkannya. Dialah satu-satunya teman Xerxes sekarang. Walaupun Xerxes adalah anak yang dingin juga pendiam, namun jika berada didekat Sharon dia bisa tersenyum juga tertawa. Sharon lan satu-satunya orang yang selalu peduli juga khawatir dengan Xerxes. Dia selalu berada didekatnya.
.
.
.
"Hey, Kak Xarks, menurutmu cinta itu seperti apa ?", tanya Sharon tiba-tiba sambil menutup novel beraliranromantis yang sebelumnya ia baca.
"Kau sudah terlalu terpengaruh oleh novel-novel yang kau baca ya ?", tanya Xerxes dingin. Sebenarnya dia cukup terkejut, saat dia sedang menikmati angin pertengahan musim semi di taman sehabis pulang sekolah, menemani Sharon mencari suasana yang cukup bagus untuk mengkhayati membaca novel, dan tiba-tiba diberi pertanyaan seperti itu.
"Sudah jawab saja! Tidak usah komentar.", jawab Sharon, kesal dan kecewa dengan pertanyaan Xerxes tadi.
"Entahlah.", jawab Xerxes datar.
"Cih!", ucap Sharon kecewa. "Kalau begitu adakah seorang perempuan yang akhir-akhir ini selalu Kak Xarks pikirkan ?", tanyanya antusias.
"...ada, tapi kenapa yang kau tanyakan perempuan ?", ucap Xerxes.
"BENARKAH? Wow hebat, tak kusangka.", kata Sharon heboh.
"Hanya memikirkan saja kok!", balas Xerxes, kali ini tidak datar. Alisnya mengkerut, walaupun pipinya berseri-seri.
"Hihihi jarang sekali Kak Xarks begini hihihi.", tawa Sharon pelan. "Siapakah perempuan beruntung itu ?", tanya Sharon lagi.
"'Perempuan beruntung' ? Kenapa beruntung ?", tanya Xerxes bingung.
"Tentu saja beruntung, Kak Xarks walaupun dingin tapi sebetulnya baik. Kalau tersenyum tampan lagi!", seru Sharon dengan raut wajah yang begitu bahagia.
.
Dasar bodoh, tapi begitu manis.
.
Xerxes tersenyum sebentar. "Tuh kan, kalau tersenyum Kak Xarks tampan!"
"Perempuan itu...", belum sempat Xerxes memberitahukan siapa nama perempuan yang selalu dipikirkannya, Sharon menyela dengan suatu pertanyaan, "Apakah kau menyukainya ?".
"Menurutmu rasa suka itu seperti apa ?", Xerxes balik bertanya.
"Menurutku rasa suka itu...yaaah seperti kau selalu memikirkannya, kau sangat senang jika kau berada didekatnya, seperti itu mungkin. Apa kau menyukai perempuan itu, Kak Xarks ?", jawab Sharon, lalu bertanya lagi.
"Mungkin.", jawab Xerxes singkat.
"Siapakah perempuan itu ?", tanya Sharon.
.
Baru kali ini perasaanku meluap-luap saking bahagia dengan apa yang akan kukatakan.
.
"Dia adalah...kau.", jawab Xerxes sambil tersenyum lebar menerawang pemandangan langit sore berhiaskan pohon sakura. Baru kali ini, setelah orangtuanya meninggal dia bisa tersenyum selebar itu.
"A..aku ?", tanya Sharon terbata-bata. Dia menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang berubah menjadi merah padam, tanda bahwa Sharon malu. Xerxes tidak menjawabnya, dia yakin bahwa Sharon pasti tahu jawabannya.
Suasana menjadi hening sementara. "Bagaimana perasaanmu...padaku ?", tanya Xerxes, masih menampakkan senyumannya, meskipun dia sedikit ragu untuk menanyakan hal seperti ini.
"Aku juga memiliki perasaan yang...sama seperti Kak Xarks.", jawab Sharon pelan, masih menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang merah padam itu, namun terlihat senyuman kecil yang begitu manis menghiasi wajahnya. Xerxes senangnya bukan main. Dia tersenyum, hampir tertawa saking senangnya. Dia kembali menerawang langit sore, dan diapun menggenggam tangan kanan Sharon dengan tangan kirinya.
Suasana kembali menjadi hening, yang terdengar hanya suara angin musim semi dan suara orang berlalu-lalang melewati dua orang itu tanpa menyadari apa yang sudah terjadi. Atmosfer diantara Xerxes dan Sharon canggung, namun mereka menikmati atmosfer seperti itu. Hanya duduk di bangku taman, menikmati angin yang berhembus, Xerxes menggenggam tangan kanan Sharon, menyampaikan suatu kehangatan-yang tidak jelas seperti apa kehangatan itu- juga rasa suka yang meluap-luap. Kelopak bunga sakura yang tertiup angin berguguran, menari-nari dihadapan dua orang yang kini hanya membisu, setelah mereka mengubah hubungan awal mereka yang sebatas sahabat, menjadi hubungan yang lebih pasti, hanya bisa dijalin oleh 1 perempuan dan 1 lelaki. Dengan berubahnya hubungan mereka, mereka juga akan menjalani hari yang baru mulai esok hari.
.
.
Terimakasih, Sharon.
-TBC-
MAKASIH YA YANG UDAH MAU BACA! Duh, eyke nangis saking terharunya :")
Tadinya mau dibikin oneshot, tapi belom ada ide untuk kelanjutannya /plak
maaf ya bersambungnya kurang seru :C
nah dimohon berikan kritik/saran/pujian(plak)/hujatan juga bolee~ :)
Boleh lewat review, PM, twitter, facebook.
preview for the next chapter: Xerxes Break menjalani hidupnya kini lebih bersemangat dibanding sebelumnya. Dia juga tidak pusing lagi dengan tujuan hidup dan semacamnya. Namun, ada seseorang yang menyandera Sharon demi balas dendam dengan Xerxes. Dan bagaimanakah kelanjutan hubungan Xerxes dan Sharon ?
Okedeeh, byebye~ See you in next chapter :D
