broken

by miaridara/outout

.

[Park Jimin x Min Yoongi]

BTS

방탄소년단

.

[Fiction : Rate (T) : Fic Short (1000+) : Romance/Angst : AU]

.

[!]gumoh feels, etc

you have been warned

[Anda ragu-ragu? Kembali sekarang juga!]

.

I only own the plot

.

["Hati Yoongi patah. Bukan karena Jimin lebih memilih bersama wanita atau pria lain, juga bukan karena Jimin tak pernah menepati janjinya. Hatinya patah. Karena Jimin meningalkannya seorang diri."]

.

.

Yoongi dan Jimin.

Dua manusia berjenis kelamin sama. Namun memutuskan untuk mengaitkan kedua hati mereka dan berjanji untuk saling mencintai apapun yang terjadi.

Kedua orang dengan sifat yang berbeda itu telah menjalin hubungan sejak mereka masih duduk di bangku SMA hingga kemudian menjadi apa yang mereka cita-citakan. Yoongi menjadi seorang dosen di salah satu fakultas seni−pria itu sangat suka dengan seni, jenis apapun−dan Jimin yang memutuskan untuk menjadi seorang polisi.

Ketika pertama kali bertemu saat SMA dulu, Yoongi sempat berpikir kenapa makhluk bernama Park Jimin itu bisa terlahir ke dunia dengan sifatnya yang serampangan, berisik dan tidak tahu malu. Ya, Yoongi ingat masa-masa dimana ia pernah menaruh benci pada Jimin.

"Hai, sweety" saat itu, Yoongi ingin sekali menggorok leher pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu karena sudah memanggilnya sweety

"Tutup mulut kotormu, dan enyahlah dari pandanganku sekarang juga"

Padahal, Yoongi selalu mengeluarkan kata-kata kasar, sakartis dan kata-kata sadis lainnya pada Jimin. Namun lelaki itu tetap berdiri tegap di hadapannya, dengan senyum lebar yang mengembang serta pancaran sinar yang begitu menyilaukan Yoongi.

Jimin tak pernah menyerah untuk membuat Yoongi luluh padanya. Sampai kemudian, hati Yoongi yang kerap kali di buat bergetar oleh Jimin akhirnya sampai pada titik dimana Yoongi mengaku jatuh cinta pada Jimin.

"Kau tahu, hyung. Aku memang senang bercanda, senang membuat orang tertipu dengan gurauanku. Tapi urusan hati, sama sekali tak pernah aku jadikan sebuah candaan. Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh."

Yoongi tahu Jimin memang selalu mengatakan kata-kata penuh rayuan dan bualan padanya setiap kali mereka bertemu. Tapi hari itu, Yoongi percaya. Sepenuhnya percaya pada kata cinta yang Jimin utarakan di atas atap sekolah saat makan siang. Sampai mereka berdua lulus, Yoongi tak lagi pernah meragukan hatinya pada Jimin.

Ia percaya, pada satu nama yang selalu ia sebut dalam doa.

Park Jimin

.

.

"Kau kurang tidur, Jim. Sebaiknya tutup berkasmu itu dan bergegaslah ke tempat tidur. Kau membuatku sakit mata karena terus-terusan berada disana dengan kertas-kertas aneh itu"

Nada penuh sakartis terdengar dari bibir merah Yoongi yang mungil. Jimin yang sedang berkutat dengan beberapa lembar kertas kerjanya itu hanya terkekeh. Mendapati kekasihnya menaruh simpati membuatnya senang. Yoongi memang tak pernah bisa mengungkapkan hal-hal yang manis. Ia bahkan lebih sering membentak dan mengeluarkan kata-kata kejam padanya. Tapi karena itulah Jimin mengerti. Yoongi lebih senang menunjukan bukti cintanya ketimbang menuangkannya pada kata-kata penuh bualan seperti yang ia lakukan.

Ah, tapi Jimin tidak pernah membual tentang Yoongi. Ia bersungguh-sungguh.

"Park Jimin, aku tahu kau mendengarku!"

Jimin mendongak. "Kali ini saja, hyung. Aku mau menyelesaikannya secepat mungkin"

Dan Yoongi tahu. Ada firasat tak enak di hatinya.

.

.

"Maaf, songsaenim. Tapi aku kesulitan di bagian sini, apa kau bisa menjelaskan kenapa musiknya sedikit tidak pas dengan lirik?"

Seorang murid dengan kacamata bulat yang duduk di dekat jendela kelas membuat Yoongi mengalihkan padangannya dari laptop berwarna hitam miliknya itu menjadi ke murid yang sekarang tengah menggaruk belakang kepalanya.

Saat Yoongi akan bangkit, saat itulah ia tanpa sengaja menjatuhkan figura kecil berisikan ia dengan Jimin yang terletak di dekat meja kerjanya. Yoongi berdiri bingung, terkejut karena bingkai itu telah pecah menjadi kepingan-kepingan kaca yang pasti bisa melukai kakinya jika saja ia tak pakai sepatu.

"Songsaenim, kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi?"

"A-ah, ti-tidak apa-apa. Aku akan kesana sebentar lagi"

Dalam hatinya, Yoongi bertanya-tanya. Apakah jatuhnya figura itu menandakan sesuatu yang buruk? Yang menimpa dirinya dan Jimin?

.

.

"Pelaku terdeteksi. Ia ada di dalam gedung bekas rumah sakit di arah utara. 15 menit adalah waktu yang kalian bisa pakai untuk menyelematkan korban sandera. Lakukan negosiasi jika memang bisa. Jangan lakukan sesuatu yang bisa membuat pelaku penculikan itu menjadi semakin agresif. Laksanakan!"

Perintah dari mulut seorang ketua dari kelompok dimana Jimin berada itu langsung membuat Jimin dan anggota-anggota kepolisian lainnya bergerak untuk mendekati gedung yang dimaksud. Jimin mengisyaratkan dua temannya untuk berpencar ke beberapa sudut. Tujuannya untuk mengepung sang penculik.

Seorang pria dengan topi berwarna hitam terlihat tengah berdiri di sebelah gadis yang keadaannya sangat tidak baik. Mulutnya ditutup oleh sebuah lakban hitam, tangan serta kakinya diikat di sebuah kursi. Wajah gadis yang diperkirakan masih SMA itu basah oleh air mata. Rambutnya berantakan dan Jimin sangat geram melihatnya.

Tanpa pikir panjang Jimin langsung mengarahkan pistolnya pada sang penculik. Membuat penculik itu menyeringai.

"Lepaskan gadis itu."

"Apa yang akan kau berikan padaku kalau aku melepasnya?"

Mata Jimin menajam. "Kau tak akan dapatkan apapun kecuali neraka"

Suara tawa terdengar, lalu berganti menjadi sebuah geraman. "Jangan bicara sembarangan. Kau dan polisi bodoh lainnya bisa memberiku uang. Dan aku akan melepaskan gadisnya sekarang"

Penawaran yang sangat tidak menarik. Jimin mulai mendekati penculik itu tanpa sekalipun menurunkan senjatanya.

"Kau butuh uang?"

Seringaian itu kembali terlihat sekarang lebih lebar. "Semua orang butuh uang bukan? Kau sungguh munafik jika mengatakan tidak"

Jimin benar-benar tak tahan lagi. Ia langsung meneka pelatuknya. Namun tanpa disangka sang penculik itu telah menusuk perutnya lebih dulu sebelum kemudian tumbang karena tertembak peluru dari senjata Jimin.

Jimin dan penculik itu jatuh tak sadarkan diri. Meskipun sebenarnya mata Jimin sempat terbuka sedikit, nafas pria itu tersendat-sendat. Kedua tangannya langsung menutupi luka tusukan di perutnya yang sekarang mulai mengeluarkan darah lebih banyak.

Semua anggota kepolisian yang sempat sembunyi langsung mendatangi Jimin yang tergeletak. Suara sirine terdengar dan langsung membawa tubuh Jimin ke dalam mobil. Langsung bergerak cepat menuju rumah sakit untuk menanganinya.

Tapi sekeras apapun mencoba, kalau Tuhan berkehendak lain, dokter bisa apa?

.

.

Yoongi menatap figur Jimin dalam sebuah foto berbingkai hitam itu dengan sendu. Kedua mata sipitnya membengkak membuatnya semakin terlihat sipit. Wajahnya pucat, dan semua orang yang melayat menatap Yoongi dengan sangat prihatin.

Sesekali air mata menetes dari kedua mata itu. Namun sama sekali tak ada ekspresi di wajahnya. Pancaran mata itu kosong.

Dan saat tubuh Jimin telah terbenam di dalam sebuah liang lahat. Pertahanan Yoongi runtuh. Pria mungil itu menangis sekeras mungkin, meraung-raung tidak ingin Jimin pergi. Beberapa kerabatnya dan Jimin mencoba menenangkan Yoongi.

Hati Yoongi patah. Bukan karena Jimin lebih memilih bersama wanita atau pria lain, juga bukan karena Jimin tak pernah menepati janjinya. Hatinya patah. Karena Jimin meningalkannya seorang diri.

Jimin tidak pernah sekalipun melirik orang lain selain Yoongi. Jimin tidak pernah tidak menepati janjinya. Ia selalu ada untuk Yoongi, selalu ada untuk mencintai Yoongi. Tapi sekarang, kenapa Jimin harus tega meninggalkanya seorang diri?

Yoongi tidak sekuat itu untuk menghadapi dunia sendirian.

T H EE N D

MinYoon perdana. Yang berkenan silahkan review^^

Terimakasih(=