Summary: Ketika Uchiha Sakura mendapat jatah libur dari pekerjaannya.


She's Home
by Kwenda

Chapter 1
In The Morning


Sinar matahari yang menyeruak masuk melalui celah-celah jendela membuat dua orang yang sedang terlelap di sana mulai terusik. Sekarang sudah pukul sembilan dan hanya rumah pasangan Uchiha yang tidak menampakan tanda-tanda kehidupan sedari pagi. Padahal, biasanya rumah itu yang selalu memulai aktivitasnya paling awal, mendahului orang lain di komplek perumahan newah itu. Tapi, para tetangga pun sudah tidak heran. Kejadian ini memang terjadi sesekali.

Uchiha Sasuke mengernyit, berusaha menghalau sinar matahari dengan lengannya, sebelum akhirnya kelopak mata itu terbuka perlahan dan menampilkan mata hitam yang mampu membuat orang lain terjerat dalam pesonanya. Hal yang pertama kali menangkap indra penglihatannya membuat seulas senyum terpantri di bibirnya. Bukan pemandangan luar biasa seperti pemandangan kota Tokyo di pagi hari. Bukan juga pemandangan halaman rumahnya yang dipenuhi berbagai bunga bermekaran. Melainkan hanya sebuah pemandangan yang terlampau biasa bagi pasangan lain, tapi begitu berkesan bagi mereka, bagi Sasuke, untuk melihat wajah tidur istrinya di sampingnya.

Masih dengan senyuman, tangannya yang besar terangkat mengusap wajah wanita yang berbaring di sebelahnya. Matanya menyusuri setiap lekuk dari wajah yang ia kagumi itu. Kening yang lebar, alis yang sewarna dengan helaian rambutnya, hidung mancung itu, bulu mata yang tebal, bibir yang tak pernah bosan ia kecup, pipi chubby-nya dan mata hijau favoritnya yang sedang bersembunyi dibalik kelopak mata terpejam itu. Ah, betapa dia begitu mencintai segala sesuatu tentang sang istri.

Kecupan dan usapan yang Sasuke berikan pada kening dan rambut wanitanya membuat sosok itu mengernyit. Bibirnya mengeluarkan lenguhan pelan sebelum mulai membuka kelopak matanya perlahan.

"Pagi," suara serak Sasuke memenuhi pendengaran Sakura.

Dia merapat ke arah Sasuke dan menyandarkan wajahnya di dada suami. "Pagi," gumamnya lemas. Hangat yang diterimanya dari pelukan semalaman Sasuke juga selimut tebal mereka membuat Sakura enggan untuk bangun.

Sasuke semakin mengeratkan pelukannya. Dia sendiri enggan untuk bangun. Hari ini Sakura libur, hal yang biasanya sangat jarang terjadi, dan Sasuke ingin menikmati momen berdua mereka. Tidak muluk-muluk. Hatinya menghangat hanya dengan melihat wanitanya tidur dalam pelukannya.

Biasanya, jadwal kerja Sakura dimulai sejak hari pagi sekali dan terkadang tidak pulang karena shift jaga malam. Sasuke sendiri tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kurangnya waktu mereka bertemu. Pasien selalu datang di waktu yang tidak terduga dan istrinya sebagai dokter harus sigap menerima pasien. Oleh karena itu, Sasuke selalu mengikuti jam bangun Sakura demi bisa bertemu istrinya di pagi hari.

Begitu juga hari ini.

Sasuke ingat hari ini hari Kamis. Hari dimana ia masih harus ke kantor dan akan meeting dengan Akasuna-san jam dua nanti. Tapi, Sasuke tidak peduli. Sekalipun sekarang sudah jam sembilan lebih sepuluh menit dan dia masih berbaringan.

Adik dari Uchiha Itachi, salah satu penanam saham di Akatsuki Software, dikenal sebagai seseorang yang tepat waktu. Meski ia memiliki jabatan yang tinggi, ia tidak pernah menyepelekan kedisiplinan. Dia selalu sudah ada di kantor jam delapan dan ketidakhadirannya di jam itu hanya akan membuat sekretaris pribadinya tersenyum maklum.

Semua orang di kantor tau segala sesuatu yang menyangkut CEO perusahaan mereka, bagaimana prinsipnya, fisiknya, cara berfikirnya, termasuk betapa romantisnya pria itu. Entah siapa yang menyebarkan, tapi kabar tentang Sasuke yang selalu datang terlambat setiap istrinya libur sudah menjadi rahasia umum. Mungkin karena aura bahagia yang terpancar jelas dari pria itu.

Sasuke menempatkan dagunya di atas pucuk kepala Sakura. Menghirup dalam-dalam aroma Sakura yang membuatnya mabuk. Dia sangat ingin menghabiskan waktunya seharian di rumah, tapi istrinya pasti tidak akan senang dengan keputusannya. Dia pasti akan bilang 'Kau kan tahu aku hanya ingin tidur seharian di hari libur, Sasuke-kun. Untuk apa kau bolos kerja? Toh, kita tidak akan pergi kemana-mana dan kau hanya akan melihatku tidur.' Haah, andai saja istri tersayangnya tahu bahwa suaminya akan sangat senang seharian bersamanya, meski hanya untuk melihatnya tidur.

"Bangun, kita sarapan." gumam Sasuke seraya mulai melepaskan diri. Tangannya mengusap lengan terbuka istrinya sebelum kembali mengecup kening lebar itu dan beranjak turun ke dapur.

Pemilik mata beriris hijau itu menggulingkan tubuhnya menjadi terlentang. Ini masih pagi dan tidurnya belum puas. Tubuhnya masih benar-benar lelah setelah beberapa hari terakhir terus jaga malam di rumah sakit. Dirinya benar-benar malas turun dari kasur hangat yang empuk ini, tapi, suaminya harus pergi kerja dan belum sarapan. Akhirnya dengan susah payah, Sakura melepaskan diri dari ajakan tidur kasurnya. "Nanti kita tidur lagi, okay?" kata Sakura menatap kasur berantakannya. Yah, bagaimana pun Sakura memang harus ikut sarapan. Suaminya tidak pernah mau makan sendirian dan perutnya sendiri belum diisi apapun sejak kemarin siang.

Bunyi alat dapur yang saling bergesekan disusul dengan bunyi potongan buah yang Sakura tebak adalah tomat menjadi pengiring Sakura ke kamar mandi. Dia mulai menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi dan menggosok gigi. Setelah pakaian kerja dan tas kantor Sasuke siap, barulah Sakura turun.

Langkah Sakura terhenti di depan dapur. Matanya menangkap Sasuke yang mengenakan apron di balik piyama tidurnya sedang sibuk memasak. Lengan piyamanya sudah digulung sebatas siku, membuat otot-otot di lengan bawah pria itu terlihat jelas. Sakura menduduki salah satu kursi makan dengan mengendap-endap, berusaha tidak mengganggu konsentrasi Sasuke karena kedatangannya. Matanya masih terus memperhatikan gerakan Sasuke yang gesit. Tangan yang tadi memeluknya, mengusap wajahnya, sekarang menggunakan berbagai jenis pisau dengan lincah, mengatur api kompor, memasukkan sejumlah bahan makanan sampai akhirnya menjadi sepiring makanan yang rasanya benar-benar enak.

Melihat Sasuke yang sedang memasak sudah menjadi rutinitas sebelum Sakura memulai hari selama tiga tahun pernikahan mereka, dan meskipun begitu, Sakura masih terpesona saat melihat pemilik punggung kokoh itu menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Mungkin inilah yang disebut pesona koki pria dan penyebab perempuan lainnya menginginkan seorang suami yang pintar memasak.

Sakura masih terjebak dalam pesona Sasuke saat pria itu sudah selesai dengan masakannya. Semuanya sudah tersusun rapi di meja saat Sasuke melepas apron dan berjalan mendekati Sakura. "Sayang?" panggilnya.

Sakura mengerjap. "O-oh, sudah selesai, ya? Masakanmu harum sekali," Mulutnya membulat lucu melihat hasil masakan suaminya yang sudah jadi dalam waktu singkat, membuat Sasuke gemas ingin mencium bibir ranum itu.

Satu kecupan singkat berhasil Sasuke curi dan dia segera menempati tempat di sebelah Sakura yang dengan sigap mengambilkan nasi untuk piring untuknya. Sasuke masih terus memperhatikan Sakura yang sedang mengunyah hasil masakannya tanpa ada niatan untuk menyentuh masakannya sendiri, membuat istrinya menoleh bingung dengan gerakan suapan yang mengambang di udara. "Ada apa, Sasuke-kun?"

Sakura semakin dibuat heran melihat suaminya yang sering bersikap manis itu merenggut. Dia menaruh sendoknya kembali. Tangannya bergerak mengusap lengan Sasuke. Tatapan lembut khas seorang ibu dilayangkan kepada pria tersebut. "Sasuke-kun? Kenapa tidak makan? Ada masalah? Mau cerita padaku?"

Bukannya membaik, Sasuke malah semakin merenggut. Sakura semakin heran. Ada apa dengan suaminya pagi-pagi begini? Beberapa menit lalu semuanya masih baik-baik saja, 'kan?

Rasa penasaran Sakura akhirnya terjawab saat Sasuke membuka mulutnya. Dia menatap Sakura intens. "Aku benar-benar ingin bolos, tapi, nanti ada meeting." Sasuke mendesah, tubuhnya bersandar ke punggung kursi, seakan ikut menyuarakan betapa kecewanya dia. "Oh," Tiba-tiba Sasuke kembali duduk tegak. Matanya berbinar ceria. "Aku akan menyuruh Juugo dan Karin menggantikanku, jadi kita bisa berduaan." Cetusnya.

Sakura menghela nafas. Bagaimana bisa dia lupa? Ini kan rajukan Sasuke setiap dia libur. Merengek bolos kerja agar bisa berduaan di rumah. Dia ingin kesal melihat tingkah manja suaminya, tapi tidak bisa lantaran suaminya bersikap begitu manis.

"Tidak." Tolaknya tegas. "Kau tetap pergi kerja. Tidak ada bolos."

Mendengar tolakan Sakura, binar keceriaan itu hilang dan segera tergantikan oleh renggutan yang lebih dalam. Selalu, selalu, dan selalu Sakura menolak. Padahal, dirinya yang bolos, bukan Sakura. Apa istrinya tidak suka lagi dengannya? Ugh. Tidak, tidak. "Kenapa selalu tidak sih? Aku merindukanmu. Jarang-jarang 'kan kau dapat jatah libur." Keluhnya.

Sakura terdiam. Dia tahu selama ini dia terlalu sibuk sampai-sampai jarang ada waktu berduaan dengan suaminya. Sakura yakin, kalau suaminya tidak menyamakan waktu dengannya, mereka pasti hanya akan melihat punggung tidur masing-masing. Sakura tersenyum miris. Istri macam apa dia.

Tangannya bergerak menuju rahang tegas suaminya, menyentuhnya lembut. Matanya balas menatap mata hitam yang menuntut itu dengan kerinduan yang selalu dipendamnya. "Aku juga merindukanmu, Sasuke-kun. Tapi, pekerjaan tetap pekerjaan. Aku 'kan masih ada di rumah saat kau pulang nanti." Ucapnya berusaha memberi pengertian.

Sasuke menghela nafas sebelum melepaskan usapan tangan Sakura pada wajahnya dan mulai memakan sarapannya dalam diam. Sasuke kecewa mendengar jawabannya. Sakura tahu itu. Dan hal tersebut membuat mulutnya gatal ingin membeberkan kabar gembiranya pada sang suami agar raut kekecewaan itu sirna, tapi tidak. Simpan itu untuk nanti malam, Sakura. Batinnya tegas.

Tapi, Sakura tahu setidaknya dia harus melakukan sesuatu. Dia menatap Sasuke ragu. "Sasuke-kun," Sasuke menoleh, masih dengan kekecewaan di matanya. Sakura menelan ludah, tenggorokannya tercekat melihat ekspresi Sasuke. "Nanti siang aku ke kantormu bagaimana? Kita makan siang bersama. Aku bisa menemanimu bekerja di kantor sampai kau pulang," usul Sakura.

Sasuke tersenyum tipis melihat usaha Sakura memperbaiki suasana hatinya. Rajukannya kali ini sukses, ternyata. Tapi, dia tidak boleh langsung senang. Dia harus memanfaatkan keberhasilannya sebaik mungkin. "Terserah, kalau kau tidak sibuk," Sasuke mengangkat bahu dan kembali melanjutkan makannya, berusaha terlihat tidak acuh.

Sakura mendesah. Sepertinya Sasuke benar-benar kecewa kali ini. Tidak tahu harus berkata apa lagi, Sakura akhirnya ikut makan dan sarapan pagi itu terjadi dalam keheningan.

Segera setelah mereka selesai makan, Sakura bangkit berdiri dengan membawa piring kotor ke dalam dapur. "Kau mandi saja, airnya sudah kusiapkan." ujar Sakura sebelum sosoknya hilang dari pandangan Sasuke. Sasuke hanya menggumam 'hn' dan beranjak dari meja makan dalam diam, membuat Sakura semakin tidak enak hati. Pikirannya terus memikirkan perasaan Sasuke sambil mencuci piring-piring itu. Apa aku sebaiknya membiarkan Sasuke bolos? Tapi ... dia kan ada meeting. Tapi, Sasuke .... Sakura menggeleng. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia telah mengambil keputusan yang benar. Ya, pekerjaan tetap pekerjaan. Lagipula, nantinya aku tidak akan sesibuk sekarang. Ya, benar. Sakura tersenyum puas sembari mengangguk yakin dengan hasil pergumulannya.

Sasuke turun dalam balutan pakaian kerjanya tidak berapa lama setelah Sakura selesai dengan semua piring kotor. Wajahnya sudah segar, terbebas dari wajah kantuk, dan aroma maskulin pria itu menguar di dapur mereka. Sakura berjalan mendekati Sasuke, tangannya yang sedikit basah dikeringkan di apron putihnya sebelum membenarkan letak dasi pria tersebut. Wajah ayunya mendongak, menatap Sasuke yang menunduk. "Sayang, nanti siang aku akan datang ke kantormu, ya,"

Sasuke mengangguk dan merangkul pinggang istrinya menuju teras depan. "Sayang, aku pergi dulu, ya. Kalau kau lapar, pesan makanan saja, atau minta Ayame masak untukmu." Sasuke menatap wajah Sakura yang berada dalam tangkupan kedua tangannya lekat-lekat. Berusaha meyakinkan istrinya agar tidak memasak yang dibalas anggukan kepala berhelaian merah muda tersebut.

Uchiha Sasuke baru memasuki mobilnya setelah puas mencium istrinya. Meninggalkan rumah beserta Sakura yang merona dengan bibir bawahnya yang bengkak.

.

.

Sarapan, pelukan, ciuman dan ucapan itu sudah menjadi rutinitas sebelum Sasuke pergi.

Ucapan peringatan itu termasuk rutinitas? Alasannya?

Uchiha Sasuke tidak mau istrinya terluka.

Ya, benar.

Uchiha Sakura tidak bisa memasak dan selalu ada kekacauan yang terjadi jika wanita itu memasak. Makanya selama ini dia yang selalu memasak sarapan dan makan malam mereka.


T B C


Lagi belajar pake POV orang ketiga dan hasilnya begini. Tolong maklumin :") Semua saran ditunggu dengan senang hati :D