Persahabatan itu...
Benar-benar indah, ya? Benar kan, Sai-kun?
.
.
.
.
.
"Sai-kun!" Ujarku setengah berteriak memanggil salah satu sahabatku yang tengah bermain basket ditengah lapangan itu. Keringat mengucur deras dari pelipisnya, dan deru nafasnya juga terdengar tidak teratur. Terlalu cepat. Terlalu rakus menghirup udara.
Aku melambaikan tanganku. Ia balas tersenyum padaku. Aku kemudian mengisyaratkan agar ia mendekat padaku. Sejenak, ia mengangkat sebelah alisnya kebingungan. Lalu berjalan pelan setelah memberi kode pada kawan kawan basketnya itu.
"Doshite, Sakura -chan?" Aku mengulum senyum manis sejenak, lalu memberinya air mineral. Dengan cepat ia menerimanya lalu meneguknya hingga tersisa setengah. Ah, dia benar-benar kelelahan.
"Benar-benar rakus, ya!" Ujarku sambil mengguncang pelan isi botol mineral itu. Ia hanya tersenyum malu.
"Aku memang sedang kehausan, Sakura!" Ujarnya dengan nada sedikit merasa malu. Aku hanya membalasnya dengan kikikan kecil.
"Oh iya, Ino mana, ya?" Pertanyaan Sai membuatku langsung menghentikan kikikan kecilku itu. Lalu menatapnya.
"Ada apa mencarinya? Ia sedang sibuk tau!" Ujarku sedikit ketus. Entahlah, sejak aku mengenalkan Ino pada teman kecilku alias sahabatku, Sai mereka malah semakin dekat.
Dan kedekatan Ino dan Sai, berbeda dengan kedekatanku dengan Sai!
Bagaimana, ya menjelaskannya? Err.. Mereka terlihat seperti pacaran! Sementara aku? Lebih terlihat seperti kakak dan adik! Atau teman kecil saja! Aku benci mengakuinya.
"Sibuk apa?" Sai terkekeh melihatku cemberut.
"Berdandan." Balasku. Kemudian meninggalkannya.
Menyebalkan!
Menyebalkan!
Bahkan disaat berdua pun ia mencari Ino! Apa disaat mereka sedang berduaan, Sai juga mencariku? Tch!
.
.
.
.
"Ngambek, ya?" Sai mencubit pipiku sedikit lalu mengarahkannya agar menatap iris onyxnya secara langsung.
"Tidak juga!" Jawabku ketus sambil membaca novelku yang sempat tertunda akibat gangguan Sai.
"Kalau tidak, kenapa mengabaikanku?" Sai kembali bertanya. Huh! Dia maunya apa, sih? Menggangguku yang sedang membaca novel.. Padahal sedang seru-serunya.
Aku menghela nafas keras keras. Lalu menandai novelku dengan melipatnya kemudian menutupnya dengan keras. Setelahnya, aku menatap Sai.
"Karena kau juga sering mengabaikanku semenjak kenal sama Ino!" Jawabku lalu melangkah meninggalkannya yang duduk terdiam dibangkunya.
Aku tau, dia merasa bersalah.
Biar saja! Rasakan itu!
.
.
.
.
.
"Sai, yang nomor tujuh ini caranya bagaimana?" Aku yang duduk disamping Ino hanya mampu mendengus keras keras sambil memutar kedua bola mataku. Pelajaran segampang itu masa dia tidak tau, sih! Cari perhatian, ya? Tch. Menyebalkan!
Aku melirik Sai yang tengah sibuk mengajari Ino. Rumus akuntansi dasar, mata pelajaran TIK.
Hei, dengar ya! Meskipun Ino sahabatku, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan perhatian Sai! Tidak akan!
"Hei, Sai?" Aku ikut membalikkan badanku lalu menaruh bukuku di depan Sai. "Bantu aku kerjakan nomor sepuluh, susah nih!" Ujarku sambil menatapnya dengan pandangan memelas. Hehe, bagaimana tidak susah, aku saja belum membaca soalnya lagian itu nomor terakhir yang belum kukerjakan.
"Astaga Sakura, ini kan gampang! Tinggal pindahin aja hasil dari nomor lima sampe sembilan ke kolom ini.. Trus hitung deh.." Ino tertawa pelan menanggapinya. Aku menarik paksa bukuku dari hadapan Sai. Malu juga rasanya. Menanyakan soal mudah yang jelas jelas bisa kukerjakan dengan mata tertutup. Bodoh!
.
.
.
.
.
Aku menyukai Sai. Oke, aku tidak bodoh untuk tidak mengakui itu. Aku sadar aku menyukainya sejak Sai dan Ino semakin dekat. Aku selalu cemburu melihat kedekatan mereka. Keinginan untuk memonopoli Sai untuk diriku sendiri.
Dan hari ini, sepulang sekolah kuputuskan saja untuk mengatakannya. Daripada menyimpannya dan keduluan dengan Ino. Oke, aku memang sahabat dengan Ino. Dan aku yang mengenalkannya dengan Sai beberapa bulan yang lalu saat Ino menjadi siswa pindahan.
Dan sialnya, mereka semakin dekat!
Padahal yang sahabat sejak kecilnya Sai kan aku! Rasanya tidak adil, tau! Apalagi aku menyukai Sai.
Tik!
Tik!
Ah, hujan! Aku segera mencari tempat berlindung.
Dan sesaat kemudian aku membulatkan mataku.
Ino dan Sai berpelukan di depanku. Aku merasa membeku. Kakiku tak mampu menopang tubuhku rasanya berat sekali. Dadaku rasanya ingin meledak karena sakit. Aku mencengkramnya keras keras.
Padahal aku baru saja mau mencari Sai dan aku menemukannya disini, berdua dengan Ino.
"Aku ingin bicara berdua denganmu, Sai." Ujarku datar menghampiri mereka berdua. Setelah menimbang nimbang sebentar, kemudian Sai tersenyum.
"Kau tidak mau mengucapkan selamat untuk kami?" Ujar Sai sambil tersenyum.
Apa? Selamat untuk apa? Lulus lebih awal? Tidak mungkin! Aku menatap Sai dengan penasaran.
"Kami baru saja jadian, Sakura!" Ino angkat bicara. Senyumnya mengembang dan matanya menyipit mengimbangi senyumnya yang manis dan memancarkan kebahagiaan.
Dan aku? Aku terdiam sebentar. Mencoba mengendalikan diriku yang terlewat kaget.
Apa tadi yang dikatakan Ino?
Ja-jadian? Mereka? Tidak! Ini pasti bohong!
Aku kembali membeku. Kali ini menahan tangisku agar tak pecah. Patah hati.
Patah hati yang pertama kalinya. Miris! padahal baru saja mau mengungkapkan perasaan. Toh kalo begini percuma saja, kan?
Cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan.
Aku tersenyum kikuk. Lalu menggaruk tengkukku yang tak gatal.
"Selamat ya, Sai, Ino! Semoga kalian bahagia." Meski tenggorokanku terasa kering untuk mengatakannya dan lidahku kelu untuk bicara, aku tetap menampakkan senyum tulus.
Tanpa mendengar perkataan mereka selanjutnya, aku pamit pulang menerobos badai hujan lebat diluar sana.
Sakura, kau bodoh sekali!
Bodoh dan bad Lucker!
Aku tak mengindahkan panggilan Sai maupun Ino yang mengingatkanku mengenai badai hujan lebat disertai angin kencang. Yang aku inginkan adalah menangis bersama hujan.
.
.
.
.
.
Gomen!
.
®VchierRin®
.
Naruto Cast © Masashi Kishimoto
.
Warning!
Fanfic ini mungkin udah pernah di publish oleh seseorang dengan jalan cerita dan bahasa yang berbeda. Saya selaku penyumbang ide ingin menulis ulang fanfic ini untuk hadiah temanku. Hanya untuk bersenang senang saja. OOC, AU, Typo(s),DLDR!
Its Sasusaku Fic!
.
I Dont Need Flame, tapi kalo saran its oke XD
.
Rate : T
Chapter One : Change
Full Sakura Pov
.
.
Happy Reading!
.
.
.
.
Ah, ini tahun pertamaku di SMA rasanya mendebarkan! Pagi tadi upacara penerimaan siswa baru. Semacam upacara penyambutan selamat datang yang berisi ocehan membosankan baik dari sensei maupun kepala sekolah.
Pidato panjang yang ditutup dengan sambutan selamat datang dari Osis, lalu pengumuman siswa yang lulus dengan nilai tertinggi. Kemudian kami disuruh berkenalan dengan guru kami lalu para jejeran osis.
Membosankan tapi menyenangkan.
Kakak kelas itu begitu ramah. Wajah mereka tak sangar seperti yang kubayangkan. Mereka selalu tersenyum pada siswa maupun siswi baru yang mengajak mereka berkenalan.
Sampai dibarisan ujung, aku berniat menyalami kakak kelas itu namun ia hanya diam sambil tersenyum tipis. Kulirik pita merah yang melingkar di lengan kanan atasnya lambang ketua Osis. Tch, pantas saja dia sombong!
Namun, aku tidak peduli.
Setelah itu, kami dibolehkan pulang setelah melihat pengumuman penempatan kelas.
Aku berada di kelas B, kelas dengan kemampuan otak sedang sampai cukup pintar.
Kelas A sendiri hanya untuk kelas akselerasi. Sangat hebat jika masuk di kelas itu, sayangnya aku tidak.
Konoha Gakuen sendiri-sekolah baruku- memiliki tujuh urutan kelas dari kelas A sampai G, dari akselerasi, sampai siswa beruntung yang lolos disekolah itu karena kemampuan khusus. Itulah kelas G.
Tidak ada siswa bodoh disekolah ini, mereka hanya menerima siswa pintar atau berprestasi dan kedua duanya.
Lumayan. Kelas B.
Lalu dengan cepat aku melesat pulang, tanpa berkenalan dengan teman baru. Tekadku adalah tak akan berteman lagi. Apalagi bersahabat. Mengingatkanku pada kenangan buruk saja.
Kenangan buruk yang masih membekas dihatiku.
.
.
.
.
.
"Bagaimana sekolah barumu, Sakura?" Ibu menyambutku dengan senyuman manis didepan pintu sesaat setelah aku turun dari sepeda dan memarkirkannya lalu masuk ke rumah.
"Biasa saja." Jawabku pelan dan dalam nada datar. Ibu hanya tersenyum kecut.
Mungkin ia sedikit kecewa dengan jawabanku. Tapi memang itulah pendapatku. Aku bukan lagi Sakura yang akan berjingkrak jingkrak mendeskripsikan betapa hebatnya sekolah baruku, betapa mengagumkannya fasilitasnya. Bukan. Bukan lagi.
Ibu tau aku berubah. Lagipula, aku bukan lagi bocah SMP. Aku sudah dewasa. Aku anak SMA. Remaja dengan keingintahuan lebih. Dan dalam tahap kedewasaan.
Saat aku akan menaiki tangga menuju kamarku, ibu sedikit berteriak "Ibu sudah menyiapkan makan siang untukmu." Aku hanya balas mengangguk sambil menapaki tangga panjang itu menuju kamarku dan mengganti seragamku dengan pakaian rumahan.
.
Sesaat kemudian, aku turun lalu menuju ruang makan.
Tapi aku menghentikan langkahku mendengar suara manusia yang tengah bercakap-cakap sambil tertawa lalu percakapan mereka yang terlihat akrab itu terhenti ketika melihatku datang.
"Sakura! Lihat! Ibu mengajak Sai dan Ino kerumah." Aku tak menanggapinya dan langsung duduk di kursi makan.
Suasana mendadak hening.
"Ah, baiklah.. Ayo kita mulai acara makannya." Ibu mencoba mencairkan suasana. Aku menanggapinya dengan mengambil beberapa sendok nasi dari piring nasi dan menaruhnya dipiringku beserta beberapa lauk kesukaanku lalu mulai menyantapnya setelah menyatukan kedua telapak tanganku dan berujar pelan 'Ittadakkimasu'
.
"Kalian satu sekolah lagi, kan?" Ibu kembali mencairkan suasana ketika melihat aku; dan sepasang kekasih dihadapanku selesai menyantap makan siang. Aku hanya diam.
Lagipula aku harus menanggapi dengan kata apa? 'Benarkah?' atau 'Kalau begitu aku senang sekali!' Tidak! Aku bukan Sakura yang bodoh lagi.
"Ya." Sahut pemuda berambut eboni itu sambil mengelap mulutnya dengan saputangan khusus.
"Kami tadi melihat Saku-chan loh! Tapi sepertinya kau tidak melihat kami! Kau langsung pulang dan membawa sepedamu itu." Ujar perempuan berambut kuning panjang yang diikat ponytail itu.
"Kenapa kalian datang kesini?" Ucapanku seolah membekukan suasana hangat disana. Biar saja. Aku tak peduli!
Memang mereka peduli padaku? Jawabannya tidak.
"Aku sudah selesai." Ujarku sambil berdiri dan meninggalkan mereka yang menatapku sendu.
.
.
.
.
.
"Sakura memang begitu, sejak kakaknya meninggal beberapa bulan yang lalu. Kalian tau, kan?" Sayup sayup kudengar suara ibu saat aku mengintip kegiatan mereka dipagar rumah.
"Tak apa. Mungkin masih trauma." Sai tersenyum. Yang kutau adalah senyuman palsu.
"Datanglah lagi! Biarpun Sakura tidak sopan atau kasar, bagaimanapun dia sahabat kalian kan?" Ibu kembali tersenyum saat mengucapkan kata-kata itu.
"Pasti." Ino mengangguk dan aku mendecih dari jendela kamar.
Sesaat mereka kemudian berjalan pulang. Aku menatap ibu yang tengah mengunci pagar. Ia terlihat menghela nafasnya berkali-kali.
"Dia... Seperti bukan Sakura, lagi" Gumaman pelan ibu yang terdengar dengan nada penuh rasa kecewa begitu terdengar jelas di telingaku.
Membuatku membulatkan mataku sejenak.
Ibu, apa perbuatan dan sifatku yang berubah membuatmu kecewa?
Apa aku harus kembali menjadi Sakura yang lama untukmu, ibu?
.
Dan tanpa kusadari air mataku telah berjatuhan..
.
.
.
Hari yang cerah untuk berubah menjadi Sakura yang dulu. Sakura yang sangat manja pada ibu. Sakura yang sangat ceria dan hyperactive. Selalu tersenyum.
Aku mengambil tasku lalu menghembuskan nafasku. Baiklah, Sakura! Kau akan kembali menjadi Sakura yang bodoh dan ceroboh seperti dulu! Dan itu demi ibumu tersayang! Jadi bersemangatlah!. Ucapku dalam hati.
Sesaat sebelum menuruni tangga. Aku menggeleng sebentar. Hei! Jangan katakan yang kau lakukan ini hal bodoh! Ini untuk melihat senyum ibu! Lalu setelahnya aku melangkah menuruni tangga dengan riang.
"Ibuuu!" Teriakku dengan riang dan terdengar memuakkan. Namun saat kulihat ibu yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untukku aku langsung memeluknya.
"Ohayou.. Ibu!" Ucapku lalu mengecup pipinya dan melepaskan pelukanku. Kemudian duduk di salah satu kursi di meja makan.
"Wah! Makanannya enak sekali ibu! Aku suka!" Aku menatap makanan di hadapanku dengan pandangan berbinar dan menjijikkan-menurutku. Hilangkan pikiran anehmu, Sakura!
"Ne, kau suka Sakura?" Ibu langsung mengambil kursi di hadapanku. Lalu duduk menatapku yang sedang makan dengan lahap pagi ini.
Aku mengangguk cepat dengan riang. Sambil dengan bodohnya menyuapi roti sandwich itu dimulutku.
"Arigatou! Ittekimasu!" Ucapku setelah meneguk segelas susu lalu mengambil sepeda berwarna pink ku itu dan berangkat ke sekolah baruku.
.
.
.
Pagi yang cerah tapi menyebalkan. Di depan gerbang aku sudah disuguhi pemandangan menjijikkan. Adegan Sai dan Ino yang datang ke sekolah dengan beriringan dan berpegangan tangan memasuki gerbang.
Aku langsung mempercepat kayuhan sepedaku melewati mereka memasuki gerbang dan memarkirkan sepedaku pada parkiran khusus sepeda.
"Sakura!" Teriak seseorang yang kutau adalah Ino. Pasti dia! Siapa lagi gadis cempreng yang kukenal di sekolah ini? Aku berbalik setelah merasa sepedaku terparkir dengan baik.
Rasanya ingin berjalan lalu meninggalkannya. Mengabaikannya yang pagi ini menyapaku dengan riang dan memuakkan. Tch.
Tapi mengingat ibu..
"Yosh! Haloo Ino-Chan! Sai-kun!" Sapaku dengan riang sambil melambaikan tangan lalu berjalan mendekati mereka yang terlihat heran dengan tingkahku.
"Sakura?" Panggil Sai yang berjalan disampingku. Aku berada di tengah mereka berdua. Berjalan menuju koridor kelas sepuluh. Kami berbeda kelas. Itulah yang harus ku syukuri.
"Hm?" Gumamku sambil terus melangkahkan kakiku dengan riang.
"Kau berubah secepat ini?" Tanya Sai. Ah, dia menyadarinya! Tak ada yang boleh tau aku hanya pura-pura!
"Ah.. Soal kemarin, ya?" Ujarku sambil menggaruk garuk belakang kepalaku. Sedikit mencari alasan. Oh ayolah otak cerdikku! Temukan ide seceparnya.. Jangan sampai dia curiga..
"Kemarin aku hanya tidak mood."
"Lucu sekali, Sakura. Kemarin hanya tidak mood? Bahkan hampir setahun kau bersikap dingin pada kami. Srjak hari itu. Tapi hari ini kau membalas sapaan ino dengan riang?"
Skakmat! Aku harus jawab apa, sekarang?
.
To Be Continued ^_^v
.
Rin Say :
YOSH! Etto.. Fic ini cuma pelepas lelah aja sih setelah kena WB dan gapunya ide buat lanjut fic ku yg satunya lagi T^T
Ini juga kubuat di hape dan langsung uplod stelah jadi XD #plok
Gak tau kenapa tiba tiba dapet ide crita pasaran seperti ini.. HUEEE _ Maafkan Aku T^T dan aku juga ngambil sdkit adegan fic tmenku loh~ ada yg menyadarinya? Tapi aku dah minta izin kok! Serius! Hehe..
Dah okelah.. Ini pertama kalinya aku bikin fic sudut pndang org pertama.. Dan rasanya ancur bget XD
Terakhir.. Adakah yg mau memberiku review? *puppy eyes
