Mimpi itu terus-menerus menyerang seorang remaja laki-laki yang tertidur dengan damainya di ranjang tidur dalam kamarnya di lantai dua rumah kesayangannya. Suara-suara aneh itu terus berdengung dengan cepat dan penuh penderitaan dalam kepala dan telinganya. Beberapa kali pemuda itu berguling secara tidak sadar, karena merasakan suatu hal yang tidak enak pada mimpi tersebut.

Tolong... Yang Mulia Maharaja...

CLASP!

Secara tak sadar, anak itu menutup kedua telinganya menggunakan bantalnya. Ia lalu berguling lagi, menarik selimutnya menutupi sekujur tubuhnya.

Tolong...

"UWAAHH!"

Anak itu mendadak bangun di tengah salah satu dari malam yang panas pada bulan Juli, dengan wajah berkeringat dingin. Cahaya rembulan menyinari jendela kamar tersebut, menyingkap sosoknya yang berambut biru langit musim panas dan berkulit pucat. Ia mengenakan piyama berlengan panjang berwarna biru dan rambut ala tidurnya masih belum juga dirapikan.

Ia lalu bertanya dengan jantungnya yang masih berdebar kencang dan wajah makin memucat, "Apa yang tadi itu...?"

.

.

.

The Basketball Which Kuroko Plays ~ The Legend of Emperors

© Himomo 'JuvenilElmir' Senohara / 背野原 火桃

Disclaimer : The Basketball Which Kuroko Plays © Tadatoshi Fujimaki

Warnings : OOC, AU, ada karakter dari game lain (Marlina, Roxy dan Koris / Hero Dream © Efunen Company), OC, etc.

A/N (Mun) : Halo, datang dengan fanfic fantasy nih! Raven-Black sudah ditentukan ending-nya, namun masih dalam pengerjaan... Lantaran komputer #1 rusak lagi. Aku mengungsi di komputer #2 pake modem yang absurd gila sialan banget sinyalnya, walhasil... Selamat membaca! Oh ya, fanfic ini akan menggunakan bahasa Irish sebagai bahasa pengantar di antara awak kapal pirate itu. Ufufufu~

.

.

.

[ Kantin SMA Seirin pada istirahat siang, bulan Juli ]

"Mimpi buruk selama sebulan berturut-turut?"

Seorang cowok kekar dan bersurai merah gelap tengah menatap sang partner bermain basketnya dengan tatapan tidak percaya. Di depannya, sorang remaja laki-laki bersurai biru langit musim panas sedang duduk sambil menggangguk singkat selagi ia membaca buku light novel-nya. Wajahnya sedikit lebih kusut dan jauh dari kesan datar seperti biasanya.

Cowok kekar itu lalu bertanya sambil memakan hamburger yang dibelinya di kantin tersebut, "Mungkin kau abis baca sesuatu yang serem, Kuroko."

Kuroko, nama marga cowok mungil dan pucat itu, justru menggeleng kepalanya. Ia lalu menutup buku tersebut serta menaruhnya di atas meja mereka berdua dan menyanggahnya, "Aku tidak membaca novel horror, dan satu lagi, aku kurang suka cerita macam itu. Yang membuatku merasa risih, suara itu mengatakan begini: 'Tolong... Yang Mulia Maharaja'."

"Mungkin mereka mengiramu kayak si teme itu." Kagami, cowok kekar dan ala Tiger itu, menyipit dengan enggan.

Kuroko mengangkat satu alis, "Teme? Maksudmu Aomine-kun?"

"Bukan. Si uhuk-sokkayadanberkuasa-uhuk Akashi itu. Kalo diperhatiin lebih detil, kau sama Akashi mukanya agak mirip sih." Kagami dengan sedikit enggan-coret-kesal menyelipkan kata-kata kurang diajar (?) pada jawabannya.

Kuroko menatap Kagami dalam-dalam, tidak menyangka Kagami dapat memberikan jawaban yang sentimentil seperti itu. Selama ini ia mengenal Kagami sebagai orang yang sangat kompetitif, namun juga berhati ksatria. Meski demikian, hanya satu hal yang membuatnya benar-benar kesal dan bermuka panas dan bahkan tidak segan mengajaknya bertarung sampai titik darah penghabisan, tidak peduli sekotor apapun caranya. Dan itu adalah Generation of Miracles, terutama Akashi itu.

Cowok minim ekspresi dan eksistensi itu lalu mencomot satu gelas vanilla milkshake-nya dan mengomentarinya, "Kagami-kun... Tumben sekali kamu bisa memberi komentar yang menyebut Akashi-kun."

"Huh, berisik! Lain kali kau kugampar, Kuroko. Ah, bentar lagi bel tuh. Bentar gue mau makan ini." Kagami dengan muka setengah kesal setengah merengut, memakan sisa hamburgernya sampai habis dengan tergesa-gesa.

Kuroko yang paham isyarat Kagami dan juga bel tanda masuk, langsung mengambil buku novelnya, berdiri serta pamit pergi ke kelasnya. Kagami menggangguk singkat, dan buru-buru menghabiskan delapan hamburger lagi. Beberapa murid yang lain turut meninggalkan kantin setelah menyerahkan nampannya ke pengurus kantin terdekat.

Kagami yang sepertinya adalah anak terakhir yang masih tinggal di kantin tersebut, lalu mengalihkan perhatiannya ke jendela bening yang mengantarkannya melihat langit siang yang dengan anehnya diselimuti oleh awan-awan tebal dan menjadi putih sedikit keabu-abuan. Dari dalam hatinya, ia sudah merasakan feeling yang buruk. Semoga Kuroko baik-baik saja...

-xXx-

[ Samudra Atlantik pada masa yang berbeda dan lampau ]

(text = bahasa Irlandia asli, text = bahasa Irlandia yang sudah diterjemahkan)

"Le do thoil cabhrú liom, mi Impire..."(1)

Lantunan doa-doa dalam bahasa Irlandia bergema dalam suatu kapal berbendera pirate yang kedapatan sedang berlayar melawan topan yang akan menyerangnya di Samudra Atlantik. Awak kapal itu terus saja mondar-mandir mengeluarkan air yang masuk ke kapal itu, dan dari atas salah satu tiang kapal itu, berdiri seorang gadis muda bersurai oranye dan bermanik biru turquoise yang sedang memantau keadaan dengan wajah kusut.

"Captaen, thosaigh an torando a ionsai!" seru gadis itu selagi ia merunduk ke bawah sembari membentengi wajahnya dari serbuan air yang menggempurnya dengan tangan kanannya hanya untuk melaporkannya dengan suara serak. (2)

BYUURR! BYUUUR!

Sang kapten yang barusan diteriaki dengan tidak elit oleh gadis berponi belah ke kiri dan berambut oranye itu, berkacak pinggang dan seketika memberi perintah dengan lantang sambil berjalan sempoyongan serta berpegangan pada tiang-tiang raksasa dan penopang kapal pirate tersebut, "Gach duine! Coinnigh an t-uisce amach as an long!" (3)

Sontak semua awak kapalnya mengamini perintah kapten tersebut, "Aye aye Sir!"

BYUUR! BYUUR!

Beberapa menit kemudian, gadis berdahi lebar dan bersurai oranye itu kemudian berteriak lagi, kali ini dengan wajah ketakutan begitu ia melihat sekelumit dari sosok raksasa yang perlahan muncul keluar dari air di Samudra Atlantik tersebut, "Oh mo Dhia... Féach! Féach! Tá a... Dragon... Captaen Roxy! Tá an navy gorm Dragon craiceann! Ceann de na fine Naofa!"(4)

"CAD? ! Cad a dúirt tú? !Marlina!" Roxy, demikanlah nama kapten kapal tersebut, terperangah ngeri mendengar laporan dari gadis kecil dan kuat tersebut. Ia langsung saja menengadahkan kepalanya ke atas tiang kedua kapal tersebut di mana Marlina berdiri dan berlokasi, dan dijawab dengan anggukan penuh keyakinan dan ketakutan yang tersinyalir dari wajah manis Marlina tersebut. (8)

"Tá, tá sé an Impire Uisce! Tà an navy gorm Dragon craiceann! Ceann de na fine Naofa!"(5)

"Oh mo Dhia... Akhir-akhir ini Uisce Impire gampang marah ya... Ada apa...?" tanya Roxy khawatir selagi ia melihat ke depan kapal itu, di mana dari kejauhan terlihat sosok makluk raksasa bersisik yang sedang bergerak seperti hendak menghabisi tornado tersebut. Beberapa awak lain segera pingsan, lainnya segera merapalkan doa-doa sesuai agama mereka.

"Captaen, kurasa aku harus menenangkan Uisce Impire." Tiba-tiba Marlina mengajukan dirinya dengan mantap.

Roxy yang adalah seorang wanita bersurai biru malam serta panjang bergelombang dengan baju tanktop berwarna cokelat bergambarkan pirate di tengah-tengah dadanya plus sebilah pedang panjang tersarungkan dengan perkasa pada pinggang sebelah kiri ditambah dengan sebuah bat berpaku berukuran besar yang juga diikat pada pinggang sebelah kanan, menggeleng tegas sambil berpegangan erat pada tiang kedua tersebut, "Marlina, kau tidak bisa melakukan itu. Makin kau bertindak, makin marah dia. Kau tentu mengerti kan, Oibreoir Cannon Pirate?"

Tahu bahwa Roxy pasti melarangnya, gadis itu hanya bisa merengut kesal, "Ya, ya, Boss."

Roxy lalu melirik awaknya yang bergerak di sisi kiri kapal tersebut, dan kemudian memerintahkannya, "Semuanya, tetap keluarkan air dari kapal! Marlina, ikut aku. Koris, gunakan sihirmu agar air bisa keluar dari kapal dan coba tenangkan Uisce Impire sebisamu!"

"Aye aye, Sir!" Marlina dengan semangat melompat dari ujung tiang tersebut dan mendarat dengan sukses walaupun di sana sedang ada topan yang sedemikian menakutkannya.

Meski diguyur hujan dan bajunya benar-benar basah, Marlina tetap tidak mempedulikannya. Yang ada di dalam pikiran mereka adalah bagaimana caranya melewati hari yang berat tersebut.

"Ah, ach amháin má bhí an fine Spéir fós beo..." Marlina dengan lirih mengeluh, baik dari mulut maupun kalbunya. Pikirannya sekarang benar-benar kalut dan tidak percaya. Mengapa Water Emperor itu marah? Apa karena ketidakseimbangan Tiga Suku Suci itu? (6)

-xXx-

[ Di Kelas Sejarah, SMA Seirin, 2 jam setelah istirahat siang ]

RING RING.

"Semuanya, bersiap. Guru Sejarah akan datang."

"Baik, Ketua Kelas."

Kuroko dengan sigap membereskan buku-buku pelajaran sebelumnya dan mengeluarkan buku materi pelajaran Sejarah, sedangkan Kagami dengan luar biasanya masih tertidur damai di mejanya. Beberapa sekon kemudian, suara pintu digeser bergema, menandakan guru mata pelajaran itu akan datang. Melihat gurunya sudah datang, Kuroko dengan datar memandang Kagami yang masih tertidur.

"Oke, selamat siang. Hm... Yang cowok besar dan berambut merah gelap, siapapun tolong bangunkan dia." Guru itu dengan betenya melihat Kagami yang masih tertidur.

Tanpa dikomando, Kuroko dengan tenang mengambil buku catatan sejarah miliknya dan... Menepukkannya ke punggung Kagami! Awalnya Kagami masih tidak menggubris peringatannya, namun Kuroko dengan sabar menepukkannya berkali-kali, hingga Kagami benar-benar terbangun. Beberapa sekon kemudian, terlihat Kagami yang merasa terganggu oleh rangsangan yang diberikan oleh Kuroko sehingga ia terbangun dengan malas.

"Uh... He-Hey–."

"Hari ini pelajaran Sejarah, perhatikan saya, Kagami Taiga."

DEG.

Kagami segera ngeh kalau suara yang terakhir itu jelas bukan dari si partner dalam berlatih basket itu. Ia langsung menoleh ke guru Sejarah tersebut, dan menggangguk dengan malu. Guru itu akhirnya menghela napas pasrah, "Lain kali jangan diulangi, Kagami. Oke, semuanya, buka bab 3. Hari ini kita akan mempelajari sejarah dan legenda Eropa zaman kira-kira Abad Pertengahan."

Perintah guru itu disambut dengan malas oleh semua murid, terkecuali untuk beberapa murid yang rajin seperti Kuroko. Guru itu tanpa basa-basi menjelaskan materinya, "Pada abad sekitar ke 12 hingga 15, Inggris Raya sedang berkembang dengan pesat. Pada masa itu, peperangan tengah berkecamuk dengan dahsyat di sana, termasuk perang antara angkatan laut Inggris dengan beberapa negara tetangga seperti Perancis dan Spanyol. Namun ada satu legenda yang membuat negara-negara Eropa itu bertikai sedemikian parah..."

"Karena cerita The Legend of Emperors, bukan?" Salah satu dari murid-murid kelas 1-2 tersebut menjawab pertanyaan itu.

Sontak semua murid melirik yang menjawab pertanyaan guru dengan wajah heran dan tidak percaya. Bahkan beberapa dari mereka langsung menggosip dengan hebatnya. Kuroko termasuk tipe yang pertama, karena ia tidak tertarik sama sekali dengan gosip atau semacamnya.

"Benar. Adakah di antara kalian yang tahu isi cerita legenda itu?"

"Legenda mengatakan, sihir menguasai segalanya. Konon di dunia, ada tiga suku yang dipilih oleh Dewa untuk menjaga keseimbangan dunia itu. Mereka adalah Suku Api (Flame Tribe), Suku Air (Water Tribe), dan Suku Tanah (Ground Tribe). Meski demikian, ada tiga suku lagi yang dipilih untuk mendampingi mereka. Mereka adalah Suku Langit (Sky Tribe), Suku Hutan (Forest Tribe) dan Suku Sihir (Magic Tribe)." Kuroko dengan tenang menjelaskan hal tersebut.

Guru itu mengamini penjelasan Kuroko, "Benar. Sebenarnya, suku-suku suci itu tidak hanya enam seperti yang disebutkan Kuroko. Masih banyak suku suci lainnya, namun pangkat mereka di bawah enam suku tersebut. Konon, di abad ke 14, suatu peristiwa maha dahsyat terjadi di lautan Atlantik. Kalian tahu apakah itu?"

Salah satu dari murid-murid itu langsung menjawab dengan yakin, "Perang Suku Suci... Benar kan?"

Guru Sejarah ini kemudian menggangguk singkat, "Ya. Perang Suku Suci itu terjadi pada tahun 14XX, di mana hal itu berakibat pada ketidakseimbangan suku-suku suci tersebut. Menurut penelitian para ilmuwan Irlandia yang memiliki catatan paling lengkap tentang perang itu, Suku Langit dinyatakan hilang tidak bersisa setelah dibunuh oleh sekelompok tribe yang tidak bertanggung jawab. Tidak diketahui siapa pelakunya."

GLEK.

Lha ini kenapa malah membahas The Legend of Emperors? ! Apa hubungannya sih? ! Sontak semua murid yang ada di kelas itu menggerutu kesal.

"Legenda ini tidak sepenuhnya benar, tapi juga tak sepenuhnya salah. Masih ditemukan beberapa ketidakjelasan pada nasib tiga suku suci itu, salah satunya adalah keberadaan Tiga Serangkai. Tiga Serangkai ini adalah julukan yang diberikan kepada tiga Emperor yang mengepalai Tiga Suku Suci tersebut. Ada yang mengatakan mereka mati di saat Perang Suku Suci, ada pula yang mengatakan bahwa Flame Emperor bersembunyi di daerah Cina, pokoknya banyak spekulasi deh." Seorang perempuan bersurai cokelat pirang menjelaskan dengan datar.

"Benar sekali, Benibara-san. Kalian dengar kan penjelasannya?" Guru itu melirik semua muridnya yang menyimak dengan malas.

Pertanyaan guru itu disambut dengan jawaban yang loyo dari mereka semua (minus yang rajin seperti Kuroko), "Iyaaa."

"Konon, Tiga Serangkai itu juga memimpin negara-negara yang ada di dunia ini. Tapi sekarang kan sudah tidak ada mereka, maka sebagian orang mengganggap The Legend of Emperors hanya sekedar cerita bualan." tambah guru itu.

"Sosok Tiga Serangkai dan Emperor suku lain juga terbilang misterius. Tidak ada catatan sejarah yang mendeskripsikan fisik mereka." Kuroko lalu menambahkannya.

Benibara menggangguk singkat, "Ayahku dulu pernah bekerja sebagai sukarelawan untuk proyek penelitian catatan kuno Irlandia. Di situ dijelaskan bahwa tiga suku pendamping Tiga Suku Suci itu juga sekaligus bekerja sebagai pengawas sikap mereka. Istilahnya, Komite Disipliner."

Hening.

Bahkan Kuroko tidak bisa mengatakan apapun tentang cerita terkenal itu. Bagaikan cerita fairy tale yang dikenal dengan tingat kefantasian yang luar biasa.

Tapi Kuroko dan Kagami tidak akan pernah menyangka bahwa...

.

.

.

Beidh tú ag teacht arfud an domhain dochreidte... Beidh tú a bheith ar an Impire Spéir... (7)

.

.

.

[ To be Contiued ]

(1) Please help me, my Emperor...

(2) Captain, the tornado began to attack!

(3) Everybody! Keep the water out of the ship!

(4) Oh my God... Look! Look! There is a... Dragon! There is a navy blue-skinned dragon! One of the Sacred Tribe!

(5) Yes, it is the Water Emperor! There is a navy blue-skinned dragon! One of the Sacred Tribe!

(6) Only if the Sky Tribe was still alive...

(7) You will encounter the unbelievable world... You will become the Sky Emperor...

(8) What? What did you say? !