TANPA JUDUL
Naruto Milik Masashi Kishimoto
Warning : lelaki bisa hamil, anggap aja normal wkwkwk, ooc tentu saja
.
.
.
*
Kau hamil? Tapi kau laki-laki Sasuke, bagaimana bisa?/ apa ini artinya kau tidak mau bertanggung jawab, Naruto?/ tanpa bercanda konyol seperti itupun aku pasti akan melamarmu/ aku tidak bohong, dobe.
PLAK/dasar rendahan! Apa kau ingin menghinaku! Tidak adakah perempuan diluar sana sehingga kau menginginkan anakku?! ~~ dan biarpun kalau seandainya anakku perempuan aku juga tidak akan merestuimu, kau tidak sadar siapa dirimu? kalau belum berkacalah dan jawab apa kau pantas bersanding dengan anakku?! GUGURKAN KANDUNGANNYA./tolong kumohon Fugaku-san biarkan anakku hidup.
Berapa yang kau inginkan aku bahkan sanggup membeli rumah sakitmu! Lakukan tugasmu saja dan jangan menceramahiku, dokter/ kau tahu Fugaku-sama ini terlalu berisiko anakmu laki-laki beda dengan perempuan?/ apa kau seorang dokter bahkan kau takut dengan resiko, bukankah emang tugas dokter adalah berlomba dengan resiko?!/KALAU KAU INGIN MEMBUNUH ANAKMU SENDIR!I JANGAN KAU SURUH ORANG LAIN TUAN YANG TERHORMA!!, ambil pisau ini dan bunuh anakmu dengan tanganmu sendiri.
Kau ku izinkan untuk membawanya jangan pernah perlihatkan dirimu dan bayi itu dihadapan Sasuke atau kau selamanya tidak akan pernah melihat anakmu.
Sasuke maafkan aku, aku pria lemah yang tidak bisa memperjuankan kalian berdua, maaf karena aku akan memisahkan kau dan anakmu, maaf karena aku pengecut dan hanya mampu berdiri di depanmu saat kau tertidur, maaf karena telah banyak memberi penderitaan padamu, maaf karena aku mencintaimu, Sasuke.
Hah...! Naruto terlonjak, ia mengusap mukanya dengan lelah. Mimpi yang beberapa lama tidak ia alami kini muncul dipermukaan, ia melirik kesamping di mana anak semata wayangnya sedang mengigil, mendadak ia cemas cepat-cepat ia memeluk buah hatinya.
"Menma, apa kau lupa minum obat lagi sayang?" tanyanya dengan khawatir, sang anak menggeleng pelan dengan bibir pucat. "O-obatnya habis ayah." Naruto menggepalkan tangan kirinya, menyesali hidupnya sendiri. "Kenapa tidak beritahu ayah? sudah ayah bilang jangan memikirkan apapun, yang harus kamu pikir sekolah dan minum obatnya." Anaknya melihatnya sebentar dan mengangguk kecil kemudia tidur lagi, Naruto menarik selimut dan memeluk anaknya lebih erat.
Biasanya Menma tidak suka dipeluk, wajar anaknya sudah 13 tahun dan ia masih memperlakukannya seperti anak kecil dan beberapakali ia menolak untuk tidur seranjang dengan ayahnya, tapi Naruto tidak mau mengambil resiko ia tidak akan meninggalkan Menma walau sedetik pun.
Menma sejak kecil mengindap leukimia, kanker darah. Sudah bertahun-tahun Naruto mengupayakan pengobatannya dan mencari kesana-kemari donor tulang belakang, tapi tidak ada yang cocok. Karena terlahir dari tubuh laki-laki Menma mengalami banyak kekurangan, ia tidak seperti anak yang lahir secara normal makanya tulang yang berbeda DNA dengannya sangat berisiko. Satu-satunya yang cocok menurut dokter adalah tulang belakang ibunya karena darah dan DNA akan sama.
Tapi bagi Naruto bagai taruhan, ia tidak mungkin menemui Sasuke. Tapi pengobatan Menma juga memberi beban yang besar pada Naruto, dia hanya seorang montir di bengkel kecil.
Penghasilannya bahkan tidak cukup menghidupi mereka apalagi pengobatan Menma, tapi ia tidak akan pernah menyerah. Menma adalah bukti cinta mereka yang nyata, bukti cinta yang tulus yang penuh perjuangan dan penderitaan. Naruto berjanji apapun akan ia lakukan demi cinta yang ia tanam dalam tubuh Sasuke yang kini tumbuh walau di derita penyakit, akan ia jaga baik-baik walau nyawa menjadi taruhannya.
Menma mencoba menggerakkan tubuhnya yang kaku, ayah memeluk lebih erat dari biasanya saat ia melirik kesamping ia tahu ayahnya sudah tidak ada disampingnya, ia tahu Naruto bangun pagi-pagi pasti karena mencemaskannya.
Ia berniat mencuci mukanya diluar tapi saat melintasi dapur (tidak bisa disebut dapur juga karena ruang tamu dan tempat tidur juga disana) melihat ayahnya yang memasak sarapan pagi yang pasti akan membuat lidahnya mati rasa, ayahnya emang tidak pernah pandai masak.
Mulutnya kering, kepalanya sedikit pusing mempunyai penyakit mematikan memang membuatnya susah, kadang kalau jika tidak ingat ayahnya ia ingin mati agar penderitaanya segera berakhir. Hanya ayah satu-satunya alasan kenapa ia bertahan selama ini.
Menma menelan seteguk air dari air yang tampung di tangannya kemudian meludahnya kembali, dia memutar kembali keran air yang tersendat-sendat karena tersumbat ia tersenyum miris pada dirinya orang miskin yang terkena penyakit orang kaya, tanpa sedar ia berguman. "Kenapa ayah tidak membiarkan aku mati saja."
Bukh! "Apa yang kau katakan anak idiot!" Menma mengaduh karena kepalanya kena hantam, namun sudut bibirnya melengkung. Ayahnya tidak pernah memperlakukannya seperti orang sakit, ia selalu bersikap apa adanya. Mungkin karena itu ia tidak pernah sanggup meninggalkan ayahnya! tapi saat matanya melihat celananya di selokan ia mendengus.
"Ayah kau membuang celana dalam ku lagi? O ayolah, berhenti mencuci bajuku kalau kau terus membuangnya," ujar Menma sambil memutar matanya.
Naruto yang sedang hendak menyapu langsung berhenti dan menuju jemuran. Ia menghitung satu persatu dan saat kurang ia kembali menggulangnya, tapi tidak peduli berapa kalipun ia menghitung tampaknya celana dalam berkurang satu. Ia menyengir dan menggaruk punggungnya. "Kurasa ayah tidak sengaja membuangnya." Menma menunjukkan wajah kesalnya membuat Naruto tertawa lebih keras. "Maaf," ucapnya.
"Hei, jangan dibuang itu masih bisa dipakai." Menma melotot pada Naruto, asap rasanya ingin keluar dari kepalanya. "Ayah saja yang pakai!"
Menma keluar dengan kesal, sudah tahu celana dalamnya hanya tiga tapi ayahnya selalu begitu. Asyik2 menggerutu dalam hati Menma dikejutkan suara klason.
"Menma ayo naik!" seru seorang perempuan manis di didalam mobil mewah, Menma acuh ia kembali berjalan. Memang sudah biasa ia berjalan kaki ke sekolahnya, walau jauh tapi lumayan menghemat uang sakunya. Tapi ia juga paling benci dikasihani.
Teet! Teet!teet!
Namun orang yang memaksanya naik mobil juga sama keras kepalanya, ia sengaja memelankan mobilnya demi mengikuti jalan Menma dan membuat para pengemudi lain menggerutu.
Suara teriakan di belakang bergemuruh mengutuk penggemudi, "Hey ini buka jalan nenek moyangmu!" tapi si perempuan manis itu hanya tersenyum santai.
"Ini juga bukan jalan nenek moyangmu! Idiot! Aku juga membayar pajak untuk jalan ini! Jadi terserah aku dong!" teriaknya lebih keras. Menma jengah ia berhenti dan segera masuk ke dalam mobil, si perempuan cantik itu tersenyum manis pada si pemuda.
"Coba kau lakukan dari tadi kurasa kita sudah sampai di sekolah." Menma melirik gadis itu. "Dasar keras kepala kau, Sarada!" dan perempuan itu hanya tersenyum lebih manis lagi menunjukkan kemenangannya.
Sarada Uchiha juniornya ia masih kelas 2, wanita cantik itu juga kekasihnya. Sudah setahun ini mereka menjalin hubungan. Mereka bertekad untuk serius, tidak ada niat untuk menjalin hubungan main-main bagi Sarada. Karena sejak kecil ia sudah di ajari untuk selalu serius dalam apapun. Apabila hubungan ini membawa masalah baginya, maka ia akan segera menghentikannya. Tentu saja mereka tidak akan mengorbankan pendidikan mereka, semua bisa diatur.
"Jadi sayang, ayahku akan pulang bulan ini kau sudah siap untuk bertemu dengannya kan?" tanya Sarada sambil mengemudi, Menma melirik ia memang sudah berjanji untuk bertemu dengan ayah gadis itu. Ia mengangguk pelan kemudian matanya melihat keluar jendela mobil, pemandangan yang sama ketika ia melewati sekolahnya.
Ia memandang itu dengan penuh minat, mereka memang pasangan yang paling dingin.
Kata teman-temannya mereka tidak akan bertahan lama, tapi setahun ini menjadi bukti kalau teman-temannya salah. Ia menyukai Sarada karena sifatnya yang penuh kharisma, biarpun kaya tidak pernah sekalipun Sarada memanfaatkan itu semua, ya, kecuali sifat angkuh dan dingin itu. Sedangkan Sarada menyukai Menma karena lelaki itu seperti copy ayahnya benar-benar mirip, wajah, sifat maupun perangainya.
Menma tidak memberitahu penyakitnya pada Sarada tentu saja, bukan berniat berbohong tapi ia ingin merasakan perasaan disayang oleh lawan jenis sebelum meninggalkan dunia ini. Ia percaya biarpun di dunia ini kita mencintai dengan sangat, tapi ketika nyawa adalah perpisahannya maka duka itu hanya sesaat melukai hati yang ditinggalkan, jadi apasalahnya ia mencicipi kasih sayang itu sedikit.
"Kau dengar aku, Menma?" suara merdu gadis itu membuyarkan lamunannya, ia melihat Sarada dengan muka stoik membuat gadis itu tidak tahu kalau ia tadi sedang melamun. "Jangan terlalu cuek! Biarpun pria dingin itu keren, lama-lama gadis yang bersamanya akan muak juga." Protes Sarada dengan muka imutnya membuat menma menampilkan cengiran yang sangat jarang hingga Sarada terpesona sesaat.
"Seharusnya kau sering-sering melakukannya, kau terlihat dua kali lipat lebih tampan dengan senyum itu," jujurnya sambil memeluk Menma di sampingnya, laki-laki itu balas memeluk sambil mengacak rambut kekasihnya. Ia tidak mempermasalahkannya walau sudah sampai di sekolah mereka masih berada dalam mobil.
Ketika ia keluar dari mobil ia tahu banyak cibiran yang ditujukan padanya walau tidak secara terang-terangan mereka lontarkan karena mereka takut padanya. Menma tahu banyak anak laki-laki yang merasa cemburu padanya karena pacaran dengan wanita yang paling diincar oleh semua lelaki di sekolahnya.
Tapi apa peduli menma dengan rasa iri mereka, selama tidak menyenggol Menma tidak akan bertindak, tapi, sekali emosinya naik ia tidak akan pernah takut apapun ia akan menghajar semuanya. Dan karena itu sekali ia memincing mata semua yang mencibirnya mundur sepertih tikus yang takut sama kucing.
Ia berjalan dengan tegap gayanya cool dengan tangannya ia masukkan ke saku, wanita berteriak setiap kali ia melintas. Biarpun Menma sudah ada yang punya tapi fans girlnya tidak pernah berkurang yang kadang membuat Sarada berang oleh karena itu mata wanita itu selalu memincing bahaya, jelas sekali mereka berdua adalah pasangan serasi. Serasi dalam menimbulkan teror.
Saat jam sekolah berakhir Menma segera bergegas pulang tanpa menunggu Sarada, gadis Uchiha faham dengan kesibukan Menma. Ia tahu kekasihnya harus cepat pulang memasak untuk ayah yang bekerja di bengkel, Menma sering bercerita. Sarada berniat menemui ayah pemuda itu setelah Menma bertemu ayahnya terlebih dahulu.
Setelah hampir satu jam ia berkutat di dapur, Menma langsung pergi ke bengkel ayahnya.
Dan saat melihat ayahnya di goda wanita-wanita centil ia mendengus, sudah terlalu biasa ia melihatnya.
"Uh Naruto aku suka ototmu yang besar berlepotan oli, bagaimana rasanya kalau ada dalam dekapanmu? khi...khi..." rayu seorang wanita centil dengan rambut pirang yang di kucir satu, ia mengedip sebelah matanya pada ayah Menma. Naruto hanya tersenyum lebar mendengar itu semua.
"Ku jamin kulit putih mulusmu bakal rusak, Ino-san," Menma meyela pertanyaan itu, membuat perempuan yang bernama Ino tertawa cukup keras. Naruto berhenti bekerja sebentar dan menyuruh Menma menaruh bungkusan makanan di sebuah meja tempat para bekerja melepas penat.
"Oh Menma kau datang?! Apa kau bawa makanan lebih?" seorang pria yang sama belepotannya dengan Naruto keluar dari bawah mobil dan langsung berteriak.
"Silahkan beli sendiri Kiba-san!" seru Menma... "Dasar pelit!" Menma memeletkan lidahnya pada pria itu.
Kiba adalah pemilik bengkel itu, dan Naruto adalah satu-satunya pekerja di sana. Bengkel itu kecil maklum modalnya juga kecil.
"OH nona-nona kalian kembali lagi kesini?" tanya Kiba sambil pose keren, perempuan di samping Ino menekan lengan Kiba lalu histeris sendiri. "Wow Kiba-san ototmu keren." Ya dasar wanita centil.
"Jadi Naruto-ku mau berkencan denganku malam ini?" rayuan manis itu membuat Menma memutar matanya, Ino Yamanaka si gadis cantik yang terang-terangan menyukai ayahnya. Sebenarnya perempuan manis itu baru 2 bulan ini sering ke bengkel Kiba. Dan pria mirip anjing itu menyukai perempuan itu, bukan dalam artian Kiba jatuh cinta, tapi ia jatuh cinta dengan duit yang Ino bawa.
Tentu saja Ino selalu membawa temannya seperti sekarang, dan Kiba mendapat keuntungan dari itu semua. Dasar pembinis.
Tapi Menma tidak mengerti kenapa Ino selalu datang merayu ayahnya. Padahal perempuan itu sudah menikah.
"Tapi aku lebih tertarik berkencan dengan suamimu, Ino-chan." Dan jawaban aneh ayahnya kadang menjadi penolakan yang pintar, teman Ino tertawa mendengar jawaban Naruto.
Tapi Menma tidak menyukai mereka keduannya, baik Ino maupun suaminya. Mereka seperti memanfaatkan ayahnya.
Duakh/ "Aduh!" teriakan Naruto membahana ia memandang sebuah sepatu yang teronggok di lantai yang tadi sudah mencium kepalanya, saat melihat pelakunya Menma mengendus si biang onar datang.
"Boruto! Kenapa kemari?" pertanyaan Naruto membuat si bocah kuning yang melempar tadi semakin merah wajahnya tidak cocok dengan kulitnya yang coklat. "Aku kemari ingin melihat orang tua bodoh!"
Ah menma meringgis ketika melihat Boruto yang memandang penuh dendam padanya. Tidakkah kalau dia lupa bilang kalau Boruto adalah adiknya dari ibu yang berbeda.
tbc
