What if...
Main Cast :
ChanSoo
ChanBaek
HunBaek
Genre :
Romance
Marriage
WARNING!
GS Fanfiction, typo(s)
Rate : T
Bisa berubah sewaktu-waktu
Disclaimer :
Cast is belong themself, but story is mine.
Leght :
Chaptered
Summary :
What if... i can't hold my promise
What if...i can't let you go,
What if... i, fallin' in love with you~ooOoo
.
.
.
.
.
"Tuan, anda harus segera memberi kami keputusan, kami tidak bisa menunggu lebih lama. Nyonya Park harus segera mendapat pertolongan!"
Kata seorang Dokter berpakaian serba hijau memelas. Sudah hampir setengah jam berlalu dia berdebat dengan namja yang dipanggilnya tuan itu. Dan sampai sekarang mereka masih belum menemukan titik terang sedikitpun.
"Dokter, apa kau gila! kau ingin aku membunuh bayiku? darah dagingku HAH?"
Balas namja itu dengan kata-kata yang sudah tak bisa disaring.
"Tapi anda tidak boleh seperti ini terus Tuan, anda tidak ingin 'kan kami terlambat melakukan pertolongan dan berakibat fatal pada istri anda!"
Tampaknya sang Dokter pun sudah mulai tak sabar. Terlihat dari gurat-gurat kesal dan ucapan dengan intonasi yang meninggi.
Grep!
Namja itu meraih kerah baju sang Dokter lalu memitingnya sampai Dokter itu terbeliak kaget. Mata si namja memerah entah menahan tangis atau emosi, yang jelas saat ini darahnya benar-benar mendidih.
"Apa sebenarnya tugasmu sebagai Dokter HAH?" Tanya namja itu emosi., "Bagaimana jika yang di dalam sana itu adalah istri dan calon anakmu, apa kau juga akan membunuh salah satu dari mereka? JAWAB!"
Bentaknya di akhir kalimat, namun cengkeraman pada kerah baju Dokter itu tidak mengendur. Sang Dokter terbatuk-batuk karena lehernya tercekik. Sungguh di luar kuasanya, kekuatan namja yang lebih muda darinya itu sangat kuat.
Sampai seorang wanita berumur yang baru saja datang segera melerai kericuhan yang di buat oleh namja itu. Si wanita segera menarik pundak namja yang lebih muda hingga cengkeraman di leher sang dokter terlepas.
Plak...
Bunyi tamparan terdengar begitu nyaring di ruangan senyap itu.
"Apa kau sudah gila Park Chanyeol!" Maki wanita itu setelah mendaratkan satu tamparan pada putranya sembari menarik putranya agar menatapnya.
"Di mana otakmu! apa kau sudah tidak waras, Hah!"
Lanjut wanita itu setengah berteriak, dia tahu keadaan memang tidak baik. Tapi dia tidak menyangka jika anaknya akan mengambil tindakan bodoh.
"Kenapa kau seperti ini, apa kau ingin istrimu mati." Marah Wanita itu tampak kalut, matanya juga berkilau karena air mata. Masih berusaha membuat putranya sadar, tangan rapuhnya mencengkeram sambil menggoyang-goyangkan pundak anaknya kencang.
"Sadarlah Park Chanyeol, dan biarkan mereka menyelamatkan istrimu..."
"Eomma,.. tapi mereka ingin membunuh bayiku eomma,!" Namja bernama Chanyeol itu menggeleng kasar. Mata bulatnya menatap nanar sang ibu, hingga air mata pun ikut jatuh seiring kehancuran hatinya.
"Apa yang harus aku katakan padanya nanti saat dia bangun eomma. Dokter itu bilang..., mereka bilang b-bahwa dia tidak akan bisa mengandung lagi eomma..." Chanyeol jatuh tertunduk di bawah lutut ibunya, "Dia pasti,... akan membenciku eomma!"
Kemudian suara tangis ibu dan anak itu pecah bersamaan.
"Baekhyun!"
Seorang wanita berparas cantik menoleh ketika mendengar suara namja memanggilnya. Bibir berwarna pink alaminya mengulas senyum manis, ia sudah sangat mengenali seseorang dari si pemilik suara tersebut.
"Kai," balas yeoja bernama Baekhyun itu begitu namja yang di panggilnya Kai datang dan menghampirinya.
"Kau sudah mau pulang?" tanya sang namja.
"emm." Baekhyun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Namja bernama Kai itu segera meraih tangannya dan menggenggamnya lembut. "Geurae! Kajja!"
Tak mau membuang waktu lebih lama lagi, Kai menarik Baekhyun pergi dari sana menuju mobil.
Setelah melajukan mobilnya Kai menyalakan music ringan kesukaan Baekhyun. Matanya fokus pada jalanan dan sesekali mencuri pandang pada yeoja yang sedang duduk di sebelahnya. Kai tersenyum samar mendapati yeoja disebelahnya tampak menikmati alunan lembut dari lagu tersebut.
"Baekhyun apa kau sudah mendapat jawabannya?"
Kai bertanya tanpa mengalihkan tatapannya pada jalanan. Berhasil mengusik kenyamanan si wanita.
Baekhyun menoleh sekilas. Walau samar tapi wajahnya berubah sedikit murung.
"Mianhae Kai," Cicit Baekhyun lirih.
Kai tahu jawaban itu yang akan dia dengarkan. Walau setiap kali dia mendengar jawaban itu hatinya akan tergores, namun Kai berusaha mengabaikannya dengan sebuah senyum -yang dipaksakan-.
"Jinjjayo Baekhyun, sampai kapan kau ingin seperti ini. Kau tidak berencana menjadi perawan sampai tua kan?" Ujar Kai bergurau. Pura-pura terkekeh walau hatinya terasa di remas.
"Aku sungguh minta maaf Kai,"
Gumam Baekhyun sambil menunduk.
Jika kalian tidak mengerti apa yang sedang kedua manusia itu bicarakan. Mari kita jelaskan sedikit.
Sudah lama sekali Kai dan Baekhyun berteman. Sejak kelas akhir di SMA 4 tahun yang lalu. Saat itu mereka sekelas. Love at first sigh, itulah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan perasaan Kai kala bertemu Baekhyun pertama kalinya. Hingga tumbuh perasaan kekaguman di diri Kai pada yeoja itu. Bukan hanya wajahnya yang menawan, tapi senyum yeoja itu. Kai bersumpah siapa saja yang bertatap muka dengannya pasti akan meleleh. Oke mungkin Kai terlalu berlebihan. Tapi begitulah yang Kai rasakan, paras lembut itu juga telah membuat Kai tidak bisa mengalihkan dunianya dari sosok mungil bermarga Byun itu. Keindahan paras serta kepolosannya berhasil menggetarkan hatinya. Semenjak Kai berkenalan dengan Baekhyun, sudah di patenkan bahwa Baekhyun adalah yeoja paling bersinar yang pernah dia kenal. Entah dari mana Kai bisa menjabarkan hal setabu itu. Mungkin jika kalian menjadi Kai, kalian akan menemukan jawabannya. Begitu'kan orang yang sedang kasmaran?.
Kai mengira bahwa dia dan Baekhyun itu berjodoh. Di hari pertama memasuki Universitas barunya Kai hampir memekik girang saat dia bertemu dengan Baekhyun lagi di kampus yang sama. Kai jelas senang bukan main. Harapan untuk selalu melihat Baekhyun akhirnya terkabulkan. Walau mereka tidak sekelas. Mereka berdua insan yang sangat bertolak belakang, hal itu di tegaskan dengan bagaimana mereka mengambil jurusan yang bebeda.
Baekhyun seorang mahasiswa jurusan artistik. Wanita yang diberkati keahlian bermusik handal dan sangat berbakat. Sedangkan Kai, namja berkulit tan itu adalah mahasiswa kedokteran. Namja itu sudah memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikannya ke Luar Negeri seperti keinginan keluarganya. Seorang anak penurut yang selalu mendengarkan ucapan orang tuanya.
Tapi ada hal yang sangat mengganjal dihatinya, hal yang dia ingin lakukan sebelum pergi. Mengutarakan perasaannya yang sebenarnya pada yeoja bernama Byun Baekhyun itu.
Kai tidak hanya sekali menyatakan perasaannya pada yeoja mungil itu. Namun harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Baekhyun menolaknya dan beranggapan bahwa Kai hanya bercanda. Baekhyun yang manis, Baekhyun yang polos, Baekhyun yang dikaguminya sejak lama itu menolak perasaannya mentah-mentah. Baekhyun bilang jika ia tidak pernah memasukkan daftar berkencan pada agendanya untuk tiga tahun kedepan, sebelum lulus lebih tepatnya.
Kembali ke masa sekarang.
Kai kira setelah sekian lamanya Baekhyun bisa membaca hatinya, tapi ternyata dia salah. Baekhyun masih sama. Entah waita itu yang terlampau polos atau memang sengaja menolaknya.
"Fokuslah pada pendidikanmu Kai, dan jangan membebani fikiranmu dengan hal macam-macam," nasihat Baekhyun mencoba membunuh kecanggungan antara mereka.
"Kau hanya perlu Lulus dan mendapatkan gelar master, dengan begitu aku yakin tanpa menoleh pun akan banyak gadis-gadis yang mengejar-ngejarmu. Bukankah itu sempurna?" lanjut yeoja itu lagi sambil tertawa lucu. Sedikit candaan untuk mengurangi atmosfir dingin yang mengelilingi mereka.
"Sempurna itu adalah saat kau menerima perasaanku Byun saem," kekeh Kai menimpali candaan dari yeoja di sampingnya.
"Kau membahas itu lagi, Kurasa kau harus membiasakan diri bergaul dengan banyak yeoja." jawab Baekhyun sedikit cemberut sambil geleng-geleng kepala. Baekhyun bukannya tidak tahu kalau Kai menyukainya. Tapi dasarnya Baekhyun, ia masih bersikukuh menutup hatinya untuk siapapun.
"Bagaimana dengan Naeun? dia cantik dan juga pintar. Apa kau tidak tertarik?"
Tiba-tiba saja otak tipisnya menemukan sebuah ide.
"Aku tidak tertarik," Jawab Kai singkat masih fokus menyetir.
"Oya... kalau begitu Bora? Bukankah dia sangat sexy!"
"Itu menurutmu saja!"
Hufftt~ Baekhyun meniup poninya gemas mendengar setiap penolakan dari namja di sampingnya. Sedangkan Kai, dalam hati dia sedang merutukki Baekhyun. Apa yeoja itu sedang mengobral gadis-gadis untuk di comblangkan dengannya. Kai memutar bola matanya malas.
"Ah~bagaimana kalau Jieun? Dia pandai menyanyi, suaranya bagus~"
"Lalu kau?"
"Ne? Neaga wae?"
"Kenapa kau tidak menyebutkan dirimu? Bukankah kau juga cantik, pintar, bisa menyanyi dan aku kira kau tak kalah sexy dari ketua klub renang itu?" cegat Kai bosan. Jika sudah begini bisa-bisa Baekhyun akan menyebutkan satu persatu nama yeoja di kampus mereka. Demi apapun, secantik, sesexy , sepintar apapun yeoja-yeoja itu. Tetap saja hanya satu yang akan Kai pilih.
"Ya! Apa-apaan kau ini, jangan membuatku malu."
Baekhyun kembali menunjukan sifat kekanak-kanakannya. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya pura-pura tersipu malu. Membuat Kai yang meliriknya lagi-lagi terkekeh geli.
"Ayolah Kai, Sampai kapan kau akan menungguku? Aku saja tidak yakin dengan masa depanku sendiri."
Baekhyun menyenderkan bahunya lemas di tempat duduknya.
Setelah penolakan terakhir yang Baekhyun nyatakan setahun lalu, Kai memang tidak lagi menyatakan cinta padanya. Baekhyun kira jika namja itu menyerah, apalagi ketika ia dengar bahwa Kai tengah gencar mendekati seorang senior di kelasnya. Jujur saja bukan niat Baekhyun menolak perasaan Kai yang begitu tulus padanya. Siapapun pasti menginginkan memiliki pasangan seperti Kai, namja baik dan juga tampan. Hanya saja Baekhyun tahu siapa dirinya. Dan Baekhyun rasa bersanding dengan Kai bukanlah tempat yang layak untuknya. Lagi pula Baekhyun sudah menganggap Kai seperti seudaranya. Walau kenyataan itu sangat di tentang oleh yang bersangkutan.
"Sampai kau menerima cintaku lalu menikah denganku."
Ya Tuhan~ bukankah itu terlalu jauh? Jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Tapi Kai ingin sekali Baekhyun menjadi miliknya.
"Kaiiii~"
Kai mengurangi kecepatan kaju mobilnya. Namja itu tersenyum hambar,
"Tidak ada yeoja yang ku cintai begitu
besar selain dirimu Baekhyun, my first love."
Bisik Kai dalam hatinya, tidak mungkin Baekhyun bodoh, dan menganggap apa yang pernah Kai ucapkan selama ini adalah omong kosong. Jadi Kai memilih menutup mulutnya demi menghargai persahabatan mereka.
Kai menepikan mobilnya di pinggir jalan. Lihatlah karena sibuk berbincang Baekhyun sampai tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di tempat tinggalnya.
"Kita sudah sampai," Akhirnya ucapan Kai segera membangunkan Baekhyun dalam kesadaran. Yeoja itu melepaskan seatbeltnya dan mengikuti Kai turun dari mobil.
Baekhyun berjalan menghampiri Kai. Mengucapkan terimakasih dan ucapan perpisahan pada namja yang selalu meluangkan waktu menjemputnya setiap saat itu, namja yang menjabat sebagai 'teman baiknya'.
"Hati-hati untuk penerbanganmu besok Kai, sekali lagi aku minta maaf karena tidak bisa mengantarkanmu,"
Tutur Baekhyun lembut dengan senyum tulus serta wajah menyesal.
Kai menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.
"Kuharap ada seseorang merubah pikiranmu dan mau menerima lamaranku sebelum aku lepas landas besok." Kai masih terus mencoba bercanda. Tapi jika Baekhyun benar menerimanya, Kai pasti serius dengan perkataannya. Kai sudah membangun angan begitu tinggi, membayangkan jika perasaannya terbalas dan dia sempat menyematkan cincin pengikat di jari manis Baekhyun sebelum pergi menempuh pendidikannya. Menjanjikan pernikahan yang akan mereka ikrarkan setelah dia kembali dengan menyandang gelar Dokter impiannya.
Tapi sayang, Kai terlalu tinggi berhayal. Kenyataannya tak sedikit pun sama seperti yang dia bayangkan. Baekhyun masih kukuh menolaknya, dan meruntuhkan semua angan-angannya.
Onyx cantik itu mulai berkaca-kaca. Baekhyun tidak sanggup menghendaki perpisahan. Kai adalah temannya yang paling dekat dengannya. Walau kenyataannya ia selalu menyakiti perasaan namja itu secara tidak langsung. Menolak cinta Kai juga bukan sepenuhnya keinginannya. Ada satu alasan yang selalu berhasil menamparnya telak saat Baekhyun mulai berhayal terlalu tinggi. Kai terlalu sempurna, Baekhyun jelas tidak berani bersanding dengan namja sepertinya.
Kai merengkuh tubuh mungil Baekhyun dalam pelukannya. Mengeles helaian rambut halus temannya itu lembut.
"Hei, sudah jangan menangis! Apa kau merasa kehilangan ditinggal teman tampan seperti aku. Kita akan bertemu lagi Baekhyun, dan kuharap saat itu kau bisa merubah pikiranmu untuk mencoba menerimaku!"
10 months later...
Di sebuah Cafe elit di kawasan Myeongdeong. Dua orang sedang duduk berhadapan sembari di temani dua cangkir kopi hitam. Masing-masing masih mengepulkan asap pertanda bahwa cairan ber aroma khas itu baru saja di buat.
Park Chanyeol, nama namja berwajah tampan berpakaian rapi lengkap dengan dasi yang melingkari lehernya. Dan satu lagi seorang wanita cantik di usianya yang tak lagi muda. Seorang wanita yang sudah melahirkan namja tampan nan mempesona bernama Park Chanyeol itu. Victoria.
"Jadi, apa yang ingin eomma katakan padaku?" Tanya si namja sambil menatap wanita yang baru saja di panggilnya eomma tadi dengan serius.
Wanita itu tidak langsung menjawab. Dia sengaja menyesap sedikit kopi di cangkirnya. Tidak mau terlalu terburu-buru.
"Berjanjilah kau akan mengabulkan keinginan eomma, Chanyeol!" tukas Voctoria santai lalu meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja.
Namja itu memicingkan kedua mata bulatnya mendengar penuturan ibunya. Mencoba menebak apa yang akan wanita itu akan sampaikan.
"Eomma ingin kau menyetujui hal yang eomma ajukan dulu." Victoria memulai perbincangan itu.
"Maksudnya keinginan eomma agar aku melakukan kawin kontrak dengan wanita lain?" Chanyeol mengerutkan keningnya.
"Kita sudah pernah membicarakannya. Park Chanyeol, kumohon kebulkan keinginan eomma!"
Chanyeol mendesah. Sudah berulang kali dia menolak, tapi sang ibu tetap saja tidak mau menyerah.
"Apa eomma lupa dengan jawabanku? Sampai kapanpun aku tidak akan melakukan hal gila itu."
"Kau harus melakukannya," Jawab Victoria cepat. "Karena aku tahu kau mencintai istrimu."
Chanyeol menatap ibunya remeh. "Heh, eomma mengancamku?"
"Ini juga demi kebaikan kalian."
Chanyeol berdecak kesal dan membuang mukanya ke samping. Menetralkan emosinya yang mulai terpancing.
"Eomma sedang mengigau kalau eomma berfikir aku akan menyetujui keinginan bodoh itu."
Victoria membulatkan matanya tak percaya mendengar penuturan putranya. "Park Chanyeol, tega sekali kau mengatakan itu pada ibumu!"
"Eomma yang tega!" Bantah Chanyeol, "Bagaimana mungkin eomma menyuruhku menikah lagi, sedangkan aku memiliki istri. Eomma tidak lupa itu kan?" Kilatan mata Chanyeol menajam. Dia menatap ibunya dengan wajah marah.
"Tapi istrimu tidak bisa melahirkan Chanyeol!"
Cukup, emosi Chanyeol sudah tak terbendung. Ibunya benar-benar tidak bisa di torelir. Wajahnya mengeras sedangkan tangannya mengepal erat.
"Perusahaan membutuhkan penerus, dan eomma..." wanita itu terus saja berbicara tanpa peduli telah menyiram garam di hati anaknya. "Eomma tidak mungkin hidup selamanya. Setidaknya sebelum eomma mati, ijinkan eommamu ini menimang seorang cucu Park Chanyeol."
"Tapi tidak dengan cara itu eomma."
"Lalu bagaimana? Katakan harus dengan cara apa agar eomma bisa memiliki cucu. Kau pasti tidak lupa bahwa aku hanya memilikimu."
Victoria mulai kalut. Intonasi suaranya naik.
"Apa eomma tega melakukan ini pada Kyungsoo?" Gumamnya lirih. Chanyeol memandang ibunya kecewa. Antara percaya dan tak percaya jika wanita di hadapannya itu adalah ibunya.
"Eomma bilang bahwa eomma sudah menganggap Kyungsoo seperti putrimu sendiri. Apa eomma tega melukai perasaannya dengan menyuruhku menikahi wanita lain?"
"Eomma tidak punya pilihan Chanyeol. Kyungsoo pasti mengerti," Victoria menarik nafasnya dalam, dia bukan type wanita yang bertindak serampangan. Sebelum mencapai keputusan besar, dia tentu sudah berunding matang-matang.
"Eomma janji, ini tidak akan merusak rumah tangga kalian.
"Tidak!"
Dan detik itu juga Chanyeol mendorong kursinya dengan kasar lalu berdiri dari tempat duduknya. Tidak ingin perbincangan berat ini semakin menguji kesabarannya. Sungguh hatinya sudah bergemuruh karena sesak mendengar keinginan kejam dari ibunya.
Victoria juga ikut berdiri. Wanita itu mencegat langkah Chanyeol sebelum anaknya berjalan menjauh dengan perkataannya,
"Kau tidak bisa menjadikan Kyungsoo sebagai alasan untuk menolaknya."
Chanyeol bersikeras untuk tidak berbalik menatap sang ibu. Dengan perasaan yang di penuhi emosi dia tetap memilih melanjutkan langkahnya. Meninggalkan ibunya di Cafe itu sendirian.
"Kyungsoo sudah menyutujuinya Park Chanyeol!"
Chanyeol sempat menghentikan langkahnya sejenak begitu mendengar ucapan terakhir ibunya. Lalu selanjutnya mempercepat langkahnya agar bisa segera pergi dari sana. Tangannya semakin terkepal erat hingga bukunya memutih.
Setelahnya Victoria menghela nafas panjang. Dia tahu banyak pasang mata yang memperhatikannya karena kericuhan yang baru saja dia buat dengan anaknya. Orang-orang disana tampak terusik oleh pertengkarannya dengan Chanyeol. Kembali dijatuhkannya tubuh langsingnya ke kursi dan mengusap wajahnya pelan. Dia sadar sudah kelewatan, tapi dia tetap tidak bisa berhenti.
Chanyeol memasuki rumahnya dengan langkah tergesa. Tanpa mempedulikan jika dia barusaja menghancurkan tanaman kesayangan istrinya di pot besar dengan mobilnya. Persetan dengan semua itu, Chanyeol terlalu emosi untuk memikirkan hal sialan seperti itu.
Begitu pintu rumahnya terbuka Chanyeol menemukan seorang yeoja yang menyandang status sebagai istrinya tengah sibuk degan dunianya.
Yeoja yang sedang sibuk mengguntingi daun tanaman hiasnya itu menoleh ketika menyadari dirinya datang. Yeoja itu tersenyum sekilas.
"Kau sudah pulang?" Tanya yeoja itu lalu melanjutkan kegiatannya.
Chanyeol mendekat kepada sang istri, seperti biasa yeoja itu selalu berusaha tampil cantik di setiap kesempatan. Atau tidak, yeoja itu memang memiliki paras cantik yang alami. Tapi bukan itu yang ingin Chanyaol bahas sekarang.
"Katakan padaku bahwa apa yang eomma bicarakan itu adalah kebohongan." Chanyeol berbicara tanpa mengindahkan sapaan istrinya.
Kyungsoo mengernyitkan alisnya bingung mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Chanyeol.
"Apa yang kau bicarakan?" Yeoja itu bertanya, namun masih melanjutkan kegiatannya.
"Pernikahaan itu, kau tidak benar-benar menyetujui keinginan sialan itu kan?" tanya Chanyeol dengan nada emosi. Dia sungguh berharap agar istrinya masih punya hati, tidak setega itu menghancurkan perasaannya seperti sang ibu.
Kyungsoo terdiam sesaat. Akhirnya dia memilih meninggalkan pekerjaannya demi menatap suaminya.
"Chanyeol itu-"
"Jawab tidak Kyungsoo!"
Chanyeol menyela duluan sebelum Kyungsoo sempat menjelaskan. Kyungsoo menghembuskan nafasnya berat. Terlihat dari sorot mata suaminya yang kini tengah menatapnya tajam. Kyungsoo tidak takut, dia hanya cemas Chanyeol tidak mau mendengarkannya.
"Tapi itu benar Chanyeol," jawab Kyungsoo lirih.
Chanyeol tersenyum miring. Menggelengkan kepala sembari menatap tak percaya pada istrinya.
"Heh, benar?" gumam Chanyeol terlihat hancur. Dia hancur, dan orang yang menghancurkan hatinya adalah Kyungsoo, istrinya.
"Karena aku tidak punya pilihan."
"Kau bisa menolaknya!" Chanyeol mendesah.
"Jika kau memang tak ingin melakukannya. Kau bisa menolaknya Kyungsoo."
Kyungsoo mendongak memandang wajah Chanyeol. Namja itu terlihat sangat kecewa padanya. Tapi bukan hanya dirinya yang harus di salahkan.
"Tapi tidak ada pilihan lain Park Chanyeol. Mengertilah."
"Kau bilang mengerti? lalu kau sendiri? apa kau mengerti bagaimana perasaanku saat ini?"
Kyungsoo diam, Dan Chanyeol merasa hatinya semakin di remas. Chanyeol tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti kenapa kedua orang yang sangat disayanginya bersekongkol untuk melukainya.
"Kau egois!" kata Chanyeol dingin, namja itu melangkahkan kakinya menjauh dari sana. Meninggalkan Kyungsoo yang kini menatapnya sakit.
"Lalu...bagaiman denganmu? apa kau tahu bagaimana perasaanku sekarang?"
tanya Kyungsoo tak kalah dingin, menghentikan langkah kaki suaminya.
"Kau bilang aku egois?"
Kyungsoo meremas tangannya dengan tubuh bergetar.
Chanyeol berbalik. Dia mendapati kalau di kedua mata sang istri mulai silau karena air mata. Kyungsoo bukan wanita yang mudah menangis, dan Chanyeol juga sangat tidak menyukai air mata yang mengotori wajah istrinya.
"Apa kau kira aku baik-baik saja Park Chanyeol?"
"..."
"Melihatmu dengan wanita lain, tersenyum untuk wanita lain. Dan di sentuh oleh wanita lain. Apa kau pikir aku senang?"
Chanyeol diam, membiarkan Kyungsoo mengutarakan semua isi hantinya.
Yeoja itu tak tampak seperti Kyungso yang biasanya. Kyungsoo yang biasanya masih bisa tersenyum walaupun sesakit apapun kenyataan yang di hadapannya. Jadi ini, ketika yeoja itu hampir menangis, itu berarti kesabarannya sudah sampai limit.
"Bahkan, membayangkan membagi tubuhmu untuknya pun aku tak sanggup."
Kyungsoo berbicara dengan nada sangat tenang. Menggenggam emosinya sekuat mungkin agar tidak terlihat menyedihkan. Tapi kedua matanya itu, dia tidak bisa berbohong. Dirinya tengah menahan sakit yang parah.
"Apa yang harus aku lakukan Chanyeol? Eomma menginginkan seorang cucu, tapi aku tidak bisa memberinya. Aku terlalu mencintaimu sampai aku sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk menolak keinginannya. Aku tidak ingin berpisah denganmu." Air mata yang berusaha ditahannya selama ini akhirnya jatuh. Kyungsoo tak lagi bisa menahan dirinya.
"Kyungsoo..." Chanyeol maju selangkah mendekati keberadaan Kyungsoo. Matanya sedikitpun tak teralihkan pada wajah sedih istrinya. Hatinya luluh, emosinya luntur seketika melihat orang yang di cintainya menangis.
"Aku wanita cacat, aku tidak bisa melahirkan anak-anakmu. Tapi ibumu..." lidah Kyungsoo tercekat, dia tidak suka sisi lemahnya. Tapi sepertinya dia sudah cukup menahannya selama ini.
Kalimat itu dihentikah oleh sebuah pelukan hangat dari Chanyeol. Tubuh mungil Kyungsoo tenggelam dalam dekapannya.
"Maafkan aku." Itu suara Chanyeol.
Semarah, sesakit, sekesal apapun selalu Chanyeol lah yang akan mengalah. Dan akhirnya isakan yeoja itu terdengar. Kyungsoo menggeleng kepala di pelukan Chanyeol.
"Tidak Chanyeol. Maafkan aku," gumam Kyungsoo semakin memeluk erat tubuh suaminya.
Baekhyun baru saja selesai mandi. Rambutnya yang masih setengah basah ia biarkan tergerai begitu saja. Ia merasa hari ini sangat melelahkan. Berkali-kali ia menghela nafas, teringat Jongin.
Baekhyun merasa jahat kepada temannya itu. Ia tahu hari ini Kai berangkat ke London, tapi ia malah dengan sengaja tidak mengantarkan kepergiannya.
Hahh... Baekhyun mendesah lagi, ia memang selalu berlaku jahat kepada teman lelaki yang selalu bilang mencintainya itu. Tapi anehnya namja itu malah semakin mendekatinya. ck.
"Baekhyun, kau sudah selesai mandi?"
Baekhyun menoleh ketika suara wanita paruh baya memasuki kamarnya. Menyadarkannya kedunia nyata.
Wanita itu berjalan menghampirinya yang tengah duduk di pinggiran kasur sederhananya. Wanita itu bernama Nyonya Kim. Kepala Yayasan tempatnya tinggal.
"Nyonya Kim wae? ada sesuatu?" tanya Baekhyun.
"Ada tamu mencarimu?"
.
.
.
Seperti yang sudah di beritahukan oleh Nyonya Kim padanya, jika ada seorang tamu yang mencarinya. Maka Baekhyun bergegas keluar dari kamarnya dan menemui orang itu. Tanpa ia sadari bahwa dari sudut bibirnya tengah tersenyum manis. Baekhyun hanya merasa senang, ketika nyonya Kim menyebutkan nama orang tersebut.
"Nyonya Song, apa kabar?" Sapa Baekhyun kelewat ceria setelah dirinya mendapati seorang wanita berumur sedang duduk manis menanti kedatangannya.
Wanita yang di panggil pun segera beranjak dari kursinya dan memeluk Baekhyun. Melepas rindu.
"Aigoo~ Baekhyun~~~ aku sangat merindukanmu," balas wanita itu tak kalah senang. Senyum keduanya mengembang dengan sangat cantik. Baekhyun melepaskan pelukannya lebih dulu.
"Aku baik Nyonya, sangat baik. Bagaimana keadaanmu?"
Nyonya Song atau yang bernama asli Victoria itu menarik Baekhyun untuk duduk di sebuah kursi. Baekhyun tentu hanya bisa mengikutinya. Setelahnya mereka saling bertatapan. Baekhyun masih setia dengan senyum manisnya. Sedangkan Victoria malah menunjukkan wajah masam.
"Aku tidak baik-baik saja Baekhyun." Dan jawaban Victoria kontan membuat Baekhyun mengernyitkan dahinya penasaran.
"Waeyo? Apa sesuatu terjadi Nyonya?"
Victoria meraih tangan Baekhyun. Menggenggamnya erat, wajahnya memancarkan tatapan penuh harap kepada Baekhyun.
"Kau mau membantuku kan Baekhyun?" tanya Victoria tanpa menjawab pertanyaan Baekhyun terlebih dahulu.
Baekhyun sempat kebingungan diperlakukan begitu. Tapi ia tidak memiliki firasat buruk sedikit pun. Wanita bernama Victoria itu sudah terlalu baik padanya, dan mengingat semua apa yang telah Victoria berikan untuknya selama ini. Jadi Baekhyun pikir tidak ada salahnya ia membalas budi.
Dengan yakin yeoja mungil itu mengangguk. "Apapun Nyonya asalkan aku bisa. Aku akan melakukannya untukmu."
Suara Baekhyun seolah sumber mata air yang sangat melegakan dahaga Victoria. Tanpa sadar wanita itu semakin erat menggenggam tangan yeoja di hadapannya.
Hatinya berharap, sangat berharap.
"Baekhyun, maukah kau menikah dengan anakku?"
o0O.BERSAMBUNG.O0o
Hei Yo~ saya bikin FF chaptered baru, sedangkan FF yang lama belom kelar. Nahloo, eotteohke?
Kalau bisa sih saya mau post rutin lagi, yaa minimal weekly, itu juga kalau g kehalang, 1. waktu, 2. males, 3. gada ide dll sebagainya. Ya intinya saya mau nulis kalau ada mood. Dan berhubung saya terus kepikiran buat post ini Fic akhirnya saya nyerah juga.
Please dear, saya mau minta sama kalian. Tolong jangan jadi readers yang cuek. Apa salahnya sih kita saling berbagi, kami nulis buat kalian, jadi usahain kalian review buat kami. Kami nulis dapet apa sih? uang? award? penghargaan? gak dapet kan? apa susahnya kasih reward buat kami.
Menulis FF bukan cuma hanya pake tangan, ada otak yang harus berputar nyari ide, kadang malah ada yang nulis cape-cape sampe beberapa K tapi karena kurang puas, akhirnya di hapus! terus ada lagi yang udah nyelesein 1chap tapi tiba-tiba filenya hilang. Terus kudu piye?
Lebih baik aja kalau kalian tidak menyukai ceritanya atau kalian sama sekali g tertarik, oke lebih baik ga usah di baca. Kalian tau, nyesek liat kalian follow/fav tapi kalian sama sekali ga ada ninggalin jejak sekalipun. Kalian bikin akun buat apa? Marilah guys kita saling berbagi satu sama lain.
Mohon maaf kalau note saya kali ini berasa ceramah ga jelas. Tapi intinya saya sudah g bisa pura-pura baik-baik saja kalau kalian tetap jadi SilentReader. Saya minta sekali lagi jika kalian memang tidak menyukai FF ini silahkan tutup halaman kalian. Saya tau masih banyak FF yang lebih bagus di luar sana.
ps : Saya sudah tulis di atas bahwa didalam FF ini ada main pair ChanSoo, jadi please yang g suka pairnya tolong gak usah baca. Kasian kalian nanti hatinya kebakar(?) terus ngamuk-ngamuk gak jelas. Dan melayangnya malah ngeBash sana-sini.
