Seoul, 1997
Kyuhyun begitu mengantuk. Perjalanan tiga jam lewat udara dari Narita hingga Incheon membuat mata kecilnya sulit terbuka. Tubuhnya menyandar pada jok belakang mobil Audi hitam yang dikendarai orangtuanya. Seorang anak lain duduk di sampingnya, membaca sebuah buku kecil dengan serius. Agaknya tak peduli dengan keadaan sekelilingnya.
Kyuhyun menguap keras-keras, sengaja dimaksudkan untuk mencuri perhatian anak itu. Dan dia tak dikecewakan.
"Kau mengantuk, Kyu?" tanya anak yang lain. Wajahnya kecil mungil, begitu juga tubuhnya. Rambutnya coklat sewarna dengan kayu ash, tertata rapi dengan poni menutupi dahi. Matanya yang ramah memandang Kyuhyun, yang langsung memeluk lengannya manja.
"Ne, Hyung. Hyung tidak mengantuk?"
"Aniya."
"Ryeowook-ie, kau menginap saja malam ini. Temani Kyu tidur di kamarnya." suara seorang wanita dari jok depan berkata. Suara ibu Kyuhyun.
"Ah, mianhamnida, tapi aku ada tugas untuk dikumpulkan besok pagi. Jadi lebih baik aku pulang saja."
"Aigo, rajin sekali. Kyuhyun bahkan tidak memikirkan tugas-tugasnya selama liburan." Ayah Kyuhyun tertawa.
"Ah, Appa." Kyuhyun merengut.
"Besok kalian bisa libur satu hari. Masih terlalu lelah, kan, setelah pulang dari Tokyo."
Ryeowook tersenyum kecil. "Tidak perlu, Ahjumma. Aku sudah ingin sekali kembali ke sekolah."
"Ah, baiklah. Biarkan saja, Yeobo, biar kita antar Ryeowook pulang dulu. Barangkali Kyuhyun mau mencontoh hyung-nya."
"Ani!" Kyuhyun berseru. "Aku masih capek. Aku mau tidur seharian besok."
"Ya, Cho Kyuhyun. Siapa yang mengizinkanmu seenaknya begitu?"
Ryeowook tak ingin ikut menanggapi pertengkaran kecil itu. Dilayangkannya pandangan ke kaca mobil. Seoul begitu terlihat mewah di malam hari. Mobil yang ditumpanginya melaju mantap melewati jalanan.
Ryeowook melihat Kyuhyun yang nyaris tertidur di bahunya. Mengelus rambut teman kecilnya itu dengan lembut, lalu dia sendiri mencoba memejamkan mata. Usia mereka yang terpaut hanya satu tahun membuat Ryeowook dan Kyuhyun cepat akrab karena orangtua mereka bersahabat. Meskipun jelas sekali perbedaannya, antara Ryeowook yang dewasa di usia 8 tahunnya dan Kyuhyun yang masih sangat kekanakan. Tapi melebihi itu, mereka saling menyayangi selayaknya saudara kandung.
Bukan cuma kali ini saja Ryeowook bepergian dengan keluarga Kyuhyun ataupun sebaliknya. Tapi ini merupakan kali terakhir.
Tidak ada yang sadar ketika mobil mereka berbelok di tikungan ada sebuah truk yang kehilangan kendali sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan ketika truk itu menghantam badan mobil sebelah kanan. Dan setelahnya, tidak ada yang bisa mengerti kenapa kedua orangtua Kyuhyun harus direnggut darinya malam itu juga.
Ketika semua darah yang tercecer sudah dibersihkan, semua korban sudah dilarikan ke rumah sakit, dan si supir truk sudah masuk jeruji besi, Kyuhyun terbangun. Anak itu terbangun dalam kegetiran yang tidak bisa ditanggung oleh siapapun di usianya.
.
.
.
– Unlocked –
.
KRY Fanfiction © R'Rin4869
Summary : 'I can never captive your heart, it must be a sign to let you go.' Ryeowook tenggelam dalam rasa bersalahnya untuk kecelakaan 18 tahun silam yang menewaskan orangtua teman kecilnya, Kyuhyun, dan membuat Kyuhyun mengalami kelumpuhan total. Ryeowook terus-menerus berusaha untuk mengurus Kyuhyun dan segala keperluannya. Namun apa jadinya jika Kyuhyun mencintai Ryeowook lebih dari sekedar teman kecil? Apa keputusan Kyuhyun selanjutnya? Membiarkan Ryeowook terikat padanya selamanya ataukah membiarkannya bebas?
.
Rated : T goes to M
Genre : Psychological, Hurt, Comfort, Romance, Drama
Diclaimer : the storyline is original from me, but all the characters are belong to theirselves
Warning : this is not realistic-themed fanfic like i usually wrote, inspired by some manga, yaoi, typos, OOC
.
It's like i was drowning forever in sadness. Feeling responsible for all have happened. And eventhough you never pointed it as my mistake, i'm more than willing to sacrifice anything include myself for you only. For you only.
.
.
.
Itu kesalahanku...
Ryeowook memandang nanar pada dinding pucat rumah sakit. Tubuhnya melonjak, terduduk secara mendadak. Pikirannya kalut. Yang dia tahu, dia harus mencari Kyuhyun. Gelombang rasa sakit di sekujur tubuhnya tak dia pedulikan saat kakinya melompat ke ubin yang keras. Piyama rumah sakitnya berdesir di lantai ketika dia menyelipkan tubuh melewati celah sempit pintu dan berlari di koridor.
Seorang suster menjerit. Suaranya terdengar samar, seolah terhalang oleh lapisan kaca. Ryeowook tahu dia masih berada di bawah pengaruh obat bius. Gerakannya terhenti tiba-tiba. Ada yang menahannya. Kaki mungilnya meronta, meminta dilepaskan. Seseorang memintanya tenang, tapi dia tak bisa tenang. Mulutnya meracaukan satu kata.
"Kyu..." ujar Ryeowook dengan suara bergetar. "Kyuhyun?"
"Dia akan hidup. Sungguh, Kim Ryeowook-ssi. Sekarang kau harus ikut suster untuk kembali ke kamar, oke? Kau terluka."
"Kyu!"
Ryeowook tidak mau menerima penjelasan. Dia terus berontak satu-satunya hal yang dia inginkan adalah bertemu dengan Kyuhyun. Memastikan jika sahabatnya baik-baik saja.
Akhirnya mereka menyerah. Ada yang mengatakan tentang gangguan psikologis pada pasien dan meminta agar Ryeowook dipertemukan saja dengan Kyuhyun. Ryeowook tidak terlalu mengerti, dia tidak ingin mengerti. Yang dia tahu, ketika akhirnya seorang suster mengantarnya ke depan pintu ICU, Ryeowook cuma bisa tertegun. Di sana Kyuhyun terbaring. Satu kakinya terikat perban, wajahnya dipasangi selang oksigen dan kabel-kabel lainnya, matanya memejam.
"Di mana... Ahjussi dan Ahjumma?" tanyanya lirih.
Suster di sampingnya salah tingkah. "Mereka ada," gumamnya tak jelas.
"Suster," pinta Ryeowook. Suaranya menjadi lebih jernih, lebih tegas. Kesadarannya hampir pulih seutuhnya, atau memang tubuhnya melawan habis-habisan obat bius yang disuntikkan.
"Dokter sudah berusaha, tapi luka keduanya memang parah sekali. Pendarahan hebat. Mereka sudah tidak bernapas ketika di bawa ke sini." Suster itu menjelaskan dengan nada dipercepat. Seolah lebih baik baginya untuk melakukan apa saja daripada memberikan Ryeowook penjelasan.
Tubuh Ryeowook bergetar keras. Anak kecil itu menangis keras-keras. Hatinya terluka oleh sesuatu yang tak kasat mata. Membuatnya menorehkan janji bisu di atas sebongkah besar rasa bersalah.
Ѿ
"...wook Hyung? Hyung!"
Ryeowook tersadar dari lamunannya. Mendapati wajah Kyuhyun yang menatap bingung padanya.
"Wajahmu pucat, Hyung." Kyuhyun berkata pelan. "Apa yang kaupikirkan?"
Sekelebat gambaran kengerian malam saat kecelakaan itu timbul lagi di kepala Ryeowook. Namun dia menggelengkan kepala. Sarapannya belum tersentuh sama sekali. Dan sekarang dia malah sudah tak berselera untuk makan apa-apa. Raut Kyuhyun berubah cemas.
"Aku tidak apa-apa, Kyu." kata Ryeowook dengan senyum kecil. "Aku ingat ada flashdisk berkas yang tertinggal di mejaku, aku khawatir cleaning service akan membersihkannya. Kau tahu sendiri, aku tak bisa kehilangan berkas-berkas penting itu. Jadi aku akan berangkat ke kantor lebih awal."
"Kau bahkan belum makan sama sekali."
"Aku akan makan di kantor saja." Ryeowook menambahkan buru-buru, "Aku akan cari makanan secepatnya setelah flashdisk-ku ketemu. Oke?"
Kyuhyun mengangguk, dia menghabiskan nasi di piringnya. Tapi sampai sarapannya bersih, dilihatnya Ryeowook belum beranjak. "Katanya kau mau berangkat lebih pagi?" tanyanya.
"Aku akan berangkat setelah mengembalikanmu ke kamar." sahut Ryeowook singkat.
Kyuhyun menggeleng. "Aku bisa kembali sendiri."
"Kyu,"
"Tidak, Hyung."
"Tapi kau terjatuh lusa kemarin!" bentak Ryeowook. Pria itu cepat-cepat mengembalikan volume suaranya ke normal. "Aku–tidak mau melihatmu terluka lagi..."
Kyuhyun terdiam. Memperhatikan Ryeowook yang menggigiti bibirnya dengan gusar. Perasaan aneh muncul di dadanya. Bukan maunya menjadikan Ryeowook se-overprotective ini padanya. Bukan keinginannya jika kakinya lumpuh dan harus merepotkan orang lain. Tapi bukan salah Ryeowook juga jika pria itu menyimpan rasa bersalah yang besar untuk kejadian yang membuatnya lumpuh. Memaksakan diri untuk mengurus Kyuhyun, mengabaikan kepentingannya sendiri.
Kyuhyun membiarkan Ryeowook mendorong kursi rodanya ke kamar. Menitipkan pesan pada satu dua pelayan di rumahnya untuk memperhatikan Kyuhyun dengan baik selama dia tidak berada di rumah.
"Jangan melakukan hal-hal yang berbahaya ya, Kyu."
"Hyung, usiaku 25 tahun sekarang." sergah Kyuhyun, kedengaran setengah jengkel. "Jangan bercanda. Aku tidak akan menenggelamkan diri atau apa."
"Aku tahu," Ryeowook menghela napas. "Aku pergi dulu. Nanti sebelum makan malam aku akan kembali, sekaligus membawa berkas-berkas dari perusahaanmu."
"Hyung! Ada banyak karyawan yang bisa mengantarkan berkas-berkas itu ke sini. Tidak perlu kau yang mengambilnya."
"Tidak, tidak. Aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja di sana."
Kyuhyun menarik napas berat. "Kau tidak perlu memaksakan diri begitu,"
"Dan aku akan membawakan jajangmyeon kesukaanmu nanti." Ryeowook mengacak rambut Kyuhyun sembari tersenyum lebar. "Aku pergi dulu, Kyu."
.
.
.
To be continue...
.
Helloooooo~
Ini. Comeback. Sekian. Lama. Dan. Ini. Chaptered.
Okay, berapa lama Rin vakum? Setahun ada? Ada! Dan berapa lama kalian nungguin longfict dengan tema sad-hurt-comfort-romance yang biasa Rin bikin? Jawab di review :p
Pertama-tama, Rin mau jujur sebetulnya nggak ada alasan khusus yang bikin Rin comeback dengan longfict kali ini. Mungkin cuma karena banyak momen YeWook bertebaran yang bikin gregetan. Mungkin karena Rin stress menghadapi proyek thriller novel Rin yang sekarang, pengen sesuatu yang lebih mendalam ke hati macam romance. Mungkin karena Rin kangen ffn. Mungkin juga karena ide ini mendadak nongol di tengah-tengah perjalanan Bandung-Jakarta dua hari lalu. Oleh karena itu akhirnya para reader mendapat asupan YeWook lagi!
Rin sebetulnya sih udah ditagih beberapa waktu lalu sama Park Hyesung tercinta-_- tapi waktu itu Rin bilang tunggu sampe dapet jaket kuning (yang ternyata malah dapet jaket biru) ;_; tapi ya sudahlah, yang penting sbmptnnya kelar, urusan kuliah saya kelar juga, dan menunggu ospek, gak ada salahnya nulis sedikit~
Jadi saya minta dukungan reader sekalian untuk longfict kali ini ;) saya usahakan ceritanya menyayat hati seperti biasa huahaha i won't lost my touch lah pokoknya.
P.s : maafkan saya untuk membuat Kyuhyun jadi semengenaskan itu nasibnya. Ya, saya memang penyiksa evil kita tercinta~
So, review please~
And, see you later ^^
