Lavena Valen Present
.
.
Hi Monogatari : Death Of Emperor
Disclaimer by. MK
Rate T dulu nanti kalau ada apa-apa langsung lapor
.
Warn for typo
This is AU fic
.
Dont like dont read!
.
Chapter 1 : Uchiha Sasuke
.
Suara jangkrik saling bersahutan membentuk melodi ringan musim panas. Semilir angin menyapu kalor yang menari diatas tetumbuhan. Ada secercah keheningan yang menyusup diantara orang-orang yang berlalu lalang. Di sini, di tempat ini. Walaupun sayup-sayup burung menghambur di langit biru, tempat ini bagaikan kota tak berpenghuni. Terlihat beberapa orang yang memakai pakaian serba tertutup mulai menyebar ke padangan luas. Pakaian mereka terlihat kotor dan lusuh, walaupun begitu nampaknya mereka begitu senang ketika memakainya. Mereka memakainya dengan penuh harga diri.
Tak terkecuali seorang pria berambut hitam yang kini berusaha mencapai tempat berteduhnya. Ia meneguk dalam-dalam air minum yang mengalir langsung dari pegunungan setempat. Rasa segar mulai menghapus dehidrasinya.
Di tempat ini dia telah bertahan hidup dan inilah kehidupannya. Bekerja di sebuah perkebunan milik pemerintah dengan gaji yang pas-pasan. Itupun untung-untungan karena dia bukan seorang budak. Tapi di sini ia merasakan kehidupan para budak. Kebanyakan dari mereka dulunya merupakan seorang anggota keluarga kerajaan atau seorang bangsawan. Mereka bisa sampai seperti ini berkat pengkhianatan keluarga mereka.
"Hasil panen tahun ini lumayan melimpah ya?" Ujar seorang nenek lanjut usia yang tiba-tiba duduk disampingnya. "Lelah? Mungkin kau butuh minum."
"Tidak mungkin. Usia sepertiku ini tidak kenal lelah karena aku sudah tidak bisa merasakannya lagi. Untukmu saja, kamu harus tumbuh jadi pria kuat dan mencari seorang istri yang cantik."
"Entahlah. Jalan seperti itu tidak terpikir olehku." Celetuknya asal. "Jangan begitu, kau hanya belum menemukannya. Selain itu, aku yakin kamu bisa keluar dari tempat ini, dengan caramu sendiri."
Ia menyeringai kecil, "terimakasih atas sarannya."
Ia mengetahui tempat ini tidak lebih buruk dari sebuah penjara. Walaupun begitu, tempat ini bukan tempat yang lenggang, seenaknya keluar masuk tanpa aturan. Para mandor selalu memasang wajah galaknya, sesekali memelototi orang-orang yang berniat berbuat curang, entah itu mencuri ataupun melarikan diri.
"Aku melihatnya, nak. Di langit sana masih ada sesuatu yang besar, sebuah takdir yang belum tercatat."
Ia terkekeh, sementara sang nenek merasa tersinggung atas reaksinya. "Matamu sedalam lautan, sekelam tinta dan setajam pisau. Mata yang indah tapi kalau kau seperti itu terus, kau tidak bisa mendapatkan apapun bahkan seorang gadispun."
"Aku tidak keberatan."
Di sisi kirinya datang seorang pria jangkung memiliki tatto di kedua pipinya. Dia merupakan salah satu mandor di tempat ini. "Hoi, jika kalian punya waktu untuk berbincang-bincang, lebih baik selesaikan pekerjaan kalian."
Sang nenek bangkit lalu menjauh, disusul pria itu. Namun sang mandor menghentikan langkahnya. "Aku punya tugas lain untukmu!"
Ditunjukkannya tiga gerobak penuh sayur lobak yang siap diangkut. "Besok berangkatlah ke ibukota dengan ketiga orang. Angkut ini ke bagian cadangan makanan, awasi mereka agar tidak macam-macam."
Sang mandor menepuk pundaknya menegaskan, "aku percaya kau orang yang taat, Sasuke!"
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Di tempat ini Sasuke telah mendapat keistimewaan. Hanya dia dan seorang perempuan dari keluarga Uzumaki mendapatkan kamar pribadi. Sisanya harus rela beristirahat di bangsal yang disediakan. Pada awalnya tempat ini memang sebuah pengasingan bagi mereka yang dianggap sampah.
Berangkatlah ia dan ketiga orang yang ditunjuk ke ibukota. Mereka Suigetsu yang dulu imigran gelap dari negeri Mizu; Juugo si pembunuh bayaran dan Kimimaru yang dulu pegawai kekaisaran.
Suasana ibukota sangat kontra dengan perbukitan tempatnya hidup. Keramaian orang-orang tiada henti, terutama di pasar dan pelabuhan. Mereka hidup dari hasil laut dan perdagangan, ada juga warga yang mengandalkan ladangnya.
Perjalanannya menghabiskan waktu sekitar tiga hari untuk mencapai ibukota negara Hi. Dipandangnya sejenak gerbang masuk istana. Gerbang itu tidak terlalu berbeda dengan yang terakhir kali ia lihat. Itu sudah lama sekali, ketika dia datang kemari.
"Dari pintu masuk langsung belok kiri!" Petugas yang memeriksanya memberi aba-aba pada temannya untuk membuka pintu. Di sanalah ia menginjakan kaki ke istana untuk pertama kali setelah sekia lama.
Sementara ketiga orang itu sedang memindahkan lobak-lobak dari gerobak ke gudang, Sasuke berjalan menyusuri istana. Di sini semua kenangan masa lalunya terkubur. Tak ada yang tersisa dari dirinya yang sekarang kecuali sebuah rasa sakit.
Langkahnya terhenti ketika ia mendapati sebuah kuil yang nampak asing. Ia tidak ingat ada kuil di istana ketika terakhir kali berkunjung. Kuil itu tampak kotor dan tidak terawat. Letaknya juga di tempat yang mudah terlupakan orang.
Dia masuk ke dalam, melihat semua perabot kuil yang masih lengkap namun dimakan usia. Lantai kayunya rentan keropos, pondasinya agak miring dan bau tanah tercium menyerbak. Walaupun terlihat tak terawat, dupa di tempat persembahan masih terlihat baru. Di dekat dupa ada sebuah pedang panjang dibalut sarung hitamnya.
Dia tahu pedang itu. Kalau tidak salah itu pedang milik kaisar terdahulu, Hiruzen Sarutobi. Pedang itu adalah pedang kesayangannya, ditempa di seorang tukang pandai besi bernama Orochimaru. Pedang hebat yang dapat membelah apapun dihadapannya. Pedang sehebat itu kenapa mereka menyia-nyiakannya.
"Kutemukan!"
Seperti sebuah suara berbisik agar dia mengambil pedang itu dari tempatnya. Sasuke merasa bimbang namun tidak dipungkiri bahwa pedang itu benar-benar menarik dimatanya. Konflik batinnya berakhir dengan membawa pedang itu pergi.
"Sasuke, kita sudah selesai!" Suigetsu melaporkan. Juugo dan Kimimaro terlihat sedang beristirahat di bawah pohon. "Itu apa?"
"Tidak perlu tahu!" Sasuke memerintah mereka untuk persiapan pulang. Kuda-kuda telah dikeluarkan dari kandang dan mereka bergegas untuk kembali.
'Aku pasti akan menginjakkan kakiku kesini lagi. Sampai saat itu...'
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
"Ah, enaknya tinggal di istana. Banyak wanita cantik di sana. Andai aku seorang pangeran.."
Suigetsu selalu bercerita tentang wanita yang ditemuinya secara tidak sengaja, lalu membual tentang seorang pangeran dan sebagainya. Mereka bertiga hanya menjadi pendengar yang baik tanpa berniat menjadi pembicara yang baik sedikitpun.
Mereka mengambil jalan pintas untuk kembali. Tentu saja pada tempat yang tidak banyak dilalui semua orang. Sejenak mereka mengistirahatkan diri beserta kuda-kuda mereka. Sasuke memisahkan diri dari mereka. Dia punya cukup banyak waktu untuk memandangi pedang yang diambilnya dari kuil. Ringan, material kuat dan tajam. Ia belum menarik pedangnya dari sarungnya tapi ia tahu pedang itu sangat berharga.
"...dan dia berterimakasih padaku. Dia bilang..."
"Tch. Suigetsu, diam!" Juugo memerintah. Ia menaikkan kewaspadaannya. "Dimana Sasuke?"
"Kalau tidak salah dia ada di sana. Kenapa?"
"Kita dalam keadaan yang sulit!" Tanpa sadar mereka bertiga telah dikepung oleh puluhan tentara bertopeng.
"Mereka prajurit khusus kerajaan. Apa yang mereka lakukan disini?"
"Entahlah, Kimimaru. Yang jelas tujuan mereka tidak baik."
Pimpinan mereka adalah orang berambut coklat keemasan, memiliki mata yang tajam. Dia mengamati ketiga orang itu. "Dia tidak ada di sini. Cari dia dan bereskan segera!"
Setengah dari pasukannya menyebar, mencari keberadaan target mereka sementara setengah lainnya menawan ketiga orang itu. "Bereskan yang ada disini!" Ketika perintah itu telah diucapkan, pasukannya bersiap dengan pedang dan panah mereka.
Sasuke seperti mendengar suara langkah kaki dalam jumlah banyak. Ia tidak tahu kalau jalan ini ramai pada sore hari. Tapi yang ia pikirkan berbeda dengan kenyataannya. Bahwa orang-orang itu berniat membunuhnya.
"Sasuke ya? Lama tidak bertemu, tuan muda." Pemimpin mereka membuka topengnya. Ia merupakan pemimpin squad prajurit khsusus kerajaan, Fu Aburame. "Kau masih hidup setelah sepuluh tahun, artinya kau hanya perlu mati untuk sekali lagi."
Sasuke bangkit, namun langkahnya dipatahkan dengan todongan sebuah pedang. "Kalian ingin membunuhku? Atas perintah orang itu lagi? Setelah dia membunuh semua orang dan berpura-pura jadi kaisar baik hati..."
"Kau bicara terlalu banyak seperti orang yang akan mati. Yah, kau memang akan mati disini."
Seorang dari pasukannya bertugas untuk mengeksekusi Sasuke. Ia bersiap mengayunkan pedangnya.
Sasuke bertanya-tanya tentang keadilan yang dia terima. Untuk apa dia hidup jika kehidupannya hanya untuk melihat kematian orang tuanya. Tragedi sepuluh tahun yang lalu sangat membekas di kepalanya. Tragedi ketika orang itu membunuh keluarganya. Ia bersumpah sejak saat itu ia akan membalaskan dendam kedua orang tuanya. Tapi sekarang, akankah dia mati dengan keadaan seperti ini? Dia masih belum mencapai apapun.
SRINGGG!
"Aku masih belum ingin mati!" Sasuke menepis pedang si prajurit dengan pedang yang ia temukan. Dengan cepat ia menghunuskan pedangnya menembus organ vital prajurit itu sampai ambruk.
Fu menggigit bibir kesal. "Bunuh dia! Jangan biarkan dia lolos!"
Beberapa prajurit bertarung dengannya. Sasuke berhasil membunuh beberapa. Walau bagaimanapun dia akan kalah jumlah cepat atau lambat.
Perlawanannya tidak terlalu berdampak signifikan. "Lepaskan aku!"
Fu menyeringai kecil, menggenggam kemenangannya. "Bunuh dia!"
Apa kau ingin kekuatan? Aku bisa memberikannya padamu.
Sebuah suara berbisik di telinganya.
Aku akan memberikannya padamu. Sebuah kekuatan raja.
"Siapa disana?" Sasuke berteriak. Para prajurit yang melihatnya mengira dia sudah gila.
Aku adalah pembimbing yang akan menjadikanmu raja. Terimalah, ini adalah kekuatan.
Sasuke masih mencari-cari sumber suara yang terdengar menggema di telinganya. Namun ia tidak menemukan dimanapun. "Siapa yang berbicara? Keluarlah!"
Fu menatap Sasuke getir. Ia segera menegaskan pasukannya agar mengeksekusi secepatnya.
"Sayounara, Sasuke ouji!"
HYYYAAAATTTT!
Sasuke memejamkan matanya pasrah. Ini adalah akhir hidupnya. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Tidak ada logam dingin yang akan membelah kepalanya. Tidak ada rasa sakit yang akan menyiksanya. Ketika ia membuka mata, semua orang yang ada di depannya terbelah menjadi dua termasuk kapten mereka, Fu. Sejenak rasanya ia memandang jijik.
"Apa yang..." baru saja ia bangkit, tubuhnya kembali dipaksa berlutut namun lebih halus. Saat ia mendongak ia mendapati seorang gadis berambut pink melayang diatasnya. Gadis itu masih memejamkan mata dan kedua kakinya masih ditekuk seperti seorang bayi yang baru lahir. Jemari dinginnya menyentuh pipi Sasuke lembut. Sasuke akui dia cukup cantik untuk seukuran manusia.
Mata gadis itu terbuka. Sepasang emerald menatapnya. Diam-diam bibir mungilnya berbicara tanpa suara. Lalu Sasuke baru menyadari apa yang ingin dia katakan.
'Terimakasih'
Tubuh gadis itu terkena gravitasi hingga jatuh ke pangkuan Sasuke. Dia langsung tidak sadarkan diri untuk sementara waktu.
"Oy Sasuke, kau baik-baik sa... ehhhh? Siapa gadis cantik yang ada di pelukanmu itu?" Suigetsu melotot ketika melihat gadis cantik. Namun Sasuke tidak menjawab pertanyaannya.
Juugo menatap sekeliling. "Sasuke, apa ini semua kau yang melakukannya?"
Baru mereka sadari, pemandangan ngeri di sekeliling itu tidak pantas dilihat. "Sasuke, aku tidak tahu kau begitu kejam sampai bisa membelah mereka. Aku kira kau hanyalah anjing penjaga yang selalu mengibaskan ekornya."
"Suigetsu, hentikan pembicaraanmu. Kau tidak lihat keadaannya?"
Setelah menyerahkan gadis itu kepada Juugo, Sasuke tidak kuat menahan rasa mualnya. Dan sampai malam tiba, dia masih belum bisa menghilangkan ingatan ngeri di kepalanya. Dari semua itu, bagaimana gadis itu bisa ada di sana, apalagi dia melayang.
:::::::::::::::::::::TOBECONTINUED::::::::::::::::::::::
.
.
.
Chapter II : She is Sakura
Pengenalan Character :
:. Uchiha Sasuke 19 tahun, dia merupakan salah satu pekerja kesayangan Inuzuka Kiba. Jika kalian membayangkan penampilannya, Sasuke saya gambarkan seperti penampilannya di The Last. rambutnya agak panjang dan ada poni miringnya, oke
:. Inuzuka Kiba 19 tahun, pemilik peternakan dan pertanian dengan luas tanah yang tak terhitung jumlahnya (saking luasnya) juga punya pekerja yang jumlahnya ratusan. Nanti dia bakal dibahas di chap yang akan datang.
Segitu dulu pengenalannya,
A/N :
Hai minna, jumpa lagi... padahal fic What Taste belum kelar, author udah bikin fic lagi ya *diteriakin reader
Gara-gara liat Sengoku Basara bareng sodara, author jadi kepikiran buat fic tentang Sasusaku era samurai hehe... cerita ini memang settingnya di Jepang abad sekian. pokoknya dulu banget, yang jelas belom ada internet ma hape. tapi cerita ini gak fokus sama samurainya ya, gomenasai yang pecinta samurai *dilempar sendal
pokoknya author pengen respon dari kalian, jadi tolong direview ya, please... untuk kalian yang lagi menjalankan ibadah puasa, selamat berpuasa semoga tetep tahan sampai adzan maghrib tiba.
Sampai jumpa!
