For Me Only
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, AU, Ino's PoV
SaiIno
Infantrum Valentine Challenge
Senyum yang kuharap hanya menambah luka. Salahkah, jikalau aku berharap memonopolinya?
.oOo.
13 Februari
Sengat matahari tak terasa. Salju putih masih menutupi segala. Di antara putih dunia, aura pink-valentine tersebar di antara gerombolan gadis yang sibuk memilih coklat. Pun juga para pemuda yang mengharap coklat dari sang pujaan, serta tak lupa para 'idola' yang beberapa justru mengharap tanggal 14 Februari tak pernah ada.
Toko-toko sibuk berdandan, warna pink mendomasi. Saling berusaha menampilkan coklat yang paling menarik hati sang gadis. Pun dengan beberapa macam coklat batangan. Dan sale gila-gilaan. Bau coklat menguar sepanjang penciuman.
- - -
Konoha Koukou, 14 Februari
'DILARANG MEMBAWA SEGALA SESUATU YANG BERHUBUNGAN DENGAN VALENTINE. SEMUA BARANG 'ILEGAL' YANG TERSENTUH PARA GURU MENJADI HAK MILIK GURU TERSEBUT.
~TSUNADE-HIME
P.S: Bawa sake saja!'
Meski selebaran seperti tersebut di atas bertebaran di seluruh pelosok sekolah, tetap saja terdapat begitu banyak coklat-coklat ilegal yang berhasil masuk ke dalam sekolah, ditempatkan pada beberapa tempat yang tak terduga para guru.
Lagipula, tak ada guru yang peduli pada coklat. Memang apa pentingnya coklat? Tanpa coklat saja sudah banyak yang mesti mereka pikirkan...
"Wai~, kau beneran bikin coklat sendiri, dahi lebar?" teriak Ino.
"Stt.. Ino, jangan berisik! Memalukan! Lagipula siapa yang dahi lebar, babi gendut?" Sakura balik menggoda, "Kau sendiri, apa itu?"
"Begini, ya kalau coklat buatanku pasti aman, tapi kalau kau yang buat?" canda Ino dengan muka meremehkan.
"Akh! Itu Sasuke-kun! Aku pergi dulu ya Ino!" kata Sakura menghampiri pujaannya, yang sementara itu sibuk menerima coklat dari para fansgirl-nya.
Ino sendiri pergi ke kelas Sai, sahabatnya. Hanya untuk menemukan bahwa Sai menerima semua coklat dengan senyum ramah.
- - -
Aku tahu, senyum itu memang ciri khasnya, senyum yang tak pernah hilang dari wajah putih itu. Namun, apakah salah jikalau aku tak rela membagi keindahan itu dengan yang lain? Meski aku bukanlah yang teristimewa baginya?
- - -
Sesosok semu menoreh luka pada hatinya. Membuat Ino terdiam mematung di pintu. Menundukkan kepala, menahan tetesan matanya.
Sai, menyadari keanehan sahabatnya, menyapanya, "Hai, Ino! Kau... baik?"
"Eh, i... iya, aku baik-baik saja kok! Happy Valentine, Sai!" Ino menyerahkan coklatnya sambil tersenyum, "Sudah ya..."
Lalu, Ino berlalu dari hadapan Sai.
- - -
Aku tahu, itu bukan salahnya. Hanya aku yang terlalu sensitif. Tapi, tetap saja. Hati ini perih melihatnya. Padahal aku hanya ingin melihat senyumnya itu. Akh, tapi kalau melihatnya hanya perih yang terasa. Memangnya siapa aku? Aku kan hanya sahabatnya. Jadi, seharusnya...
- - -
Sebentuk tangan yang menepuk pundak membuyarkan lamunan Ino. Pelan, ia melongok ke pemilik tangan. Wajah putih dengan senyum yang tak pernah hilang.
"Sai..."
"Hai, Ino! Aku mau mengucap makasih atas coklatnya, enak banget lho!"
"Biasa saja, itu kan cuma coklat tanda terimakasih, sama seperti yang kuberikan pada yang lain," seloroh Ino menahan air mata yang tadi nyaris tertumpah.
"He, benarkah? Kalau begitu siapa yang mendapat coklat istimewamu?"
"Ehm, itu kan bukan urusanmu!" elaknya.
"Tentu saja urusanku."
"Kenapa begitu?"
"Karena... aku suka kamu, Ino."
"Bo... bohong!"
"Aku serius." Sebuah kecupan ringan mendarat di dahi Ino.
Ia hanya tersipu dan menggumamkan, "Aku juga..."
Dalam diam, mulut keduanya saling mengait. Menebarkan manis coklat pada keduanya.
Ehm, ciuman rasa coklat...
FIN
Akh! WT...? Apaan tuh? Nggak jelas! Saya sendiri nggak ngerti apa yang saya tulis... Niatnya bikin NaruHina/GaaHina, kenapa malah jadi SaiIno? –hasil begadang di malam valentine–
Review, please.
