FANFIC REMAKE
Sequel from 'If We Never Meet Again'
.
Dust Grains
By: Skylar.K
Pair: Kristao
Cast: Wu Yi Fan, Huang Zi Tao, Xi Luhan, EXO Members and others
Genre: Drama Life, Fantasy, Romance
Rating: T
Warning: TYPO(S)!
Notes: untuk keterangan beberapa konten akan di jelaskan di bawah cerita ini.
Words with bold havemeaning
.
.
Saat lorong waktu terbuka, butiran debu tertiup jauh menuju ke dimensi yang berbeda. Debu yang menghubungkan satu dimensi ke dimensi lain, bagai kunci yang terselubung. Membuka jalan yang kasat, mempertemukan dua dimensi yang berbeda, yang pada akhirnya akan menghancurkan apa yang ada, binasa. Menjadi serpihan, butiran debu yang tak bersisa...
.
Hatiku tidak pernah menyesal,
Semuanya hanya untukmu
1000 burung kertas,
1000 ketulusan hatiku,
Beterbangan di dalam angin
Menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit
Melewati sungai perak,
Apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapapun jauhnya,
Hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu,
Masa lalu seperti asap, hilang dan tak kan kembali,
Menambah kerinduan di hatiku
Bagaimana pun di cari
Jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah...
.
Lagi. Untuk yang kesekian kalinya. Bulir air mata turun dari sudut matanya, leleh ke pelipis dan menetes pada permukaan bantal yang menyangga kepalanya.
Nyanyian tanpa suara, bisikan lirih, pekatnya kabut putih menjadi pemandangan utama, yang berujung pada sebuah realita kesadaran, yang menyatakan jika semua itu hanya ilusi saat ia membuka matanya yang telah basah karena air mata.
Pemuda bermata Onyx tersebut, menarik nafas panjang dan menahannya untuk sepersekian detik, mengunci pandangannya menatap langit-langit kamar. Kemudian ia menarik hembuskan nafas beberapa kali, mencoba untuk menenangkan diri, pada hal yang ia sendiri tidak tahu.
Tidak tahu kenapa selama sepekan ini ia memimpikan hal yang sama. Hal yang absurd, yang selalu dapat membuatnya menangis, padahal ia tidak mengenali suara orang yang bernyanyi di dalam mimpinya itu. Tapi kenapa?
"Kenapa Kai?" suara seseorang di bawah, menyadarkan pemuda manis dengan mata berkantung yang masih berbaring menatap langit-langit kamar.
"Tidak, aku mimpi buruk" sahut suara yang lain, yang lebih rendah.
Pemuda bersurai sehitam arang itu pun bangkit duduk, menyeka sisa air mata di pipinya dan menarik nafas panjang, lalu menatap pada dam dinding yang tergantung tepat di depannya.
Pukul 5 pagi.
"Kau sudah bangun Tao?" tanya Jonginーatau Kai, dari arah bawah area kamarnya.
"...sudah" sahut pemuda manis bernama Tao tersebut. Menggerakkan bibir kucingnya samar, dan suara yang di hasilkan pun agak samar.
"Ah!" pemuda lain memekik spontan.
"Kenapa? Kau memprediksi sesuatu lagi?" tanya Jongin, nada suaranya terdengar malas.
"Tao, kau mau dengar tidak?" tanya pemuda bersurai coklat gelap.
Tao menggaruk tengkuk lehernya, kemudian menyibak selimutnya, rambut hitamnya yang acak-acakan di biarkan begitu saja. Mengarahkan kedua kaki panjangnya menuruni tangga kayu kecil, menuju tempat tidur Kyungsoo yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari tempat tidur Jongin.
Yah, ia beruntung mendapat jatah wilayah kamar di bagian atas. Meski tak seluas di bagian bawah, setidaknya zona pribadinya aman dari segala gangguan. Terlebih ia tidak harus bingung menata 'kamar'nya yang berada di atas.
"Menangis lagi?" Jongin menyipitkan mata menatap Tao yang baru saja duduk di tempat tidur, berhadapan dengan Kyungsoo yang sibuk sendiri dengan batu Quartz bening miliknya yang di gunakannya untuk meramal, sementara Jongin duduk di tempat tidurnya sendiri.
Tao hanya mengangguk kecil, sepertinya bosan karena setiap pagi sahabatnya yang berkulit tan itu selalu menanyakan hal tersebut.
"Memang kau mimpi apa?" tanyanya, beranjak turun dari tempat tidurnya―yang berhadapan dengan tempat tidur Kyungsoo―dan duduk di pinggir ranjang, memiringkan tubuhnya menatap Tao. Si pemuda pemilik sepasang Onyx cemerlang, se cemerlang bintang yang berpendar di langit malam.
"Tidak ada"
"Ha?"
"Iya, tidak ada apa-apa"
"Terus yang membuat kau menangis itu apa?"
Tao mengangkat bahu samar.
"Aku tidak melihat apapun di mimpiku, cuma kabut dan suara orang yang bernyanyi"
Jongin mengerutkan keningnya samar.
"Lalu kau menangis karena apa?"
"Entahlah, lagunya sangat sedih, aku merasa ada sesuatu yang hilang, tapi aku tidak tahu apa itu"
"Apa itu menyangkut perasaan mu?"
Tao menoleh, menatap Jongin dengan alis menyatu.
"Maksut mu?" kebingungan terpancar di mata bulan sabitnya.
"Yah...mungkin kamu melupakan seseorang atau...OH!" Jongin tiba-tiba memekik, seperti telah menemukan barang yang hilang.
"Apa?"
"Kau merindukan Dunia Tengah 'kan?" Jongin membuat asumsi seenaknya.
"Tidak Kim Jongin. Sudahlah, aku juga tidak tahu"
"Aku yakin kalau―"
"Kalian berdua bisa diam tidak?" sela Kyungsoo, masih dengan memejamkan mata dan kedua tangan memegang batu Quartznya.
"Jadi apa yang kau lihat Tuan Peramal?" Jongin beralih menatap temannya yang bertubuh kecil itu.
Kyungsoo pun membuka matanya, menatap satu persatu wajah Tao dan Jongin, lalu kembali memejamkan mata.
"Kekacauan" ucapnya agak pelan.
"Maksut mu?" Tao mengernyit.
"...akan terjadi kekacauan dalam waktu dekat" lanjut Kyungsoo.
"Seperti apa?"
"Cukup membuat sekolah dan asrama―eh, tunggu..." Tao dan Jongin menunggu, kening Kyungsoo tampak mengerut, entah kenapa.
"Ralat-ralat. Tidak hanya di sekolah dan asrama, tapi seisi kota. Akan ada kekacauan besar" ujarnya, membuka mata. Peluh keringat tampak membasahi keningnya.
Selalu, setelah ia meramalkan sesuatu.
"Bencana?"
"Ku rasa bukan"
"Serangan?" Jongin menyahuti.
"...yah, kurang lebih"
"Ku rasa ada persamaannya dengan mimpiku tadi" Jongin tampak tengah mengingat-ngingat.
Tao dan Kyungsoo pun menatapnya.
"Memang kau mimpi apa Kkamjong?" tanya Tao penasaran.
"Tidak terlalu jelas, tapi aku melihat banyak korban" jawab si kulit tan agak menggumam.
"Sepertinya ada hal besar yang mengintai" celetuk Kyungsoo, lali meletakkan batu Quartznya ke meja lampu di samping kanan tempat tidur.
"Semoga saja tidak benar-benar terjadi" kata Tao, di setujui oleh anggukkan kepala Jongin.
Tapi meskipun begitu, apa yang di ramalkan Kyungsoo patut untuk di pikirkan, karena sampai sejauh ini semua yang telah di ramalkannya benar-benar terjadi. Bahkan sampai hal-hal kecil sekali pun.
Lagipula bukanlah hal yang mengherankan jika sebagian murid di Lazuli School Academy ada yang 'unik' dan 'berbeda' dari murid-murid lainnya.
Namun keunikan dan perbedaan itu tidak semua penghuni sekolah mengetahuinya, hanya beberapa orang tertentu dan semua itu demi terbentuknya suasana kondusif di lingkungan sekolah maupun asrama.
Namun, yang perlu di ingat adalah, tidak hanya manusia biasa yang berada di Lazuli, tapi juga makhluk lainnya, yang jelas tidak akan membuat onar di lingkup sekolah dan asrama. Karena mereka datang untuk suatu hal dan bersifat 'tinggal' untuk sementara.
"CEPAT MANDI DAN SARAPAN! JANGAN BERMALAS-MALASAN!" teriak guru pengawas di lorong asrama, di iringi suara lonceng bel yang sangat nyaring. Mampu membuat ciut nyali para murid.
Tao, Jongin dan Kyungsoo membubarkan diri dengan tergesa-gesa, karena mereka harus bergegas untuk mandi.
Namun saat Tao baru menaiki tangga menuju ke kamarnya dan Jongin yang baru saja membuka lemari pakaiannya, Kyungsoo membalikkan badannya seraya berhenti melangkah tepat di tumitnya.
"Sebaiknya kalian membeli satu gem stone ku untuk melindungi―"
"BERHENTI MENAWARKAN DAGANGAN MU!" Tao dan Jongin menghardik dengan kompak.
Kyungsoo memanyunkan bibirnya, dan kembali pada tujuan semula. Mandi.
.
.
.
Jarum jam dinding menunjukkan tepat pukul 6 pagi, dan aula yang sekaligus berfungsi untuk Ruang Makan pun saat ini telah di penuhi murid-murid dari 2 asrama Lazuli School Academy.
Carnelian Dormitory bagi wanita dan Jade Dormitory bagi laki-laki.
Di Ruang Makan pun mereka di bagi 2 kubu, laki-laki berada di meja panjang sisi kiri dan wanita berada di meja panjang sisi kanan. Dan mereka juga hanya tinggal menikmati sarapan pagi mereka, karena menu telah di siapkan di meja pada masing-masing napan.
Siswa-siswi yang sudah datang tampak hanya duduk menghadap meja dengan mengobrol karena jam sarapan pagi belum di mulai, lagipula masih banyak siswa yang belum datang.
Peraturan di Lazuli School Academy memang tergolong sangat ketat dan disiplin, suatu hal yang wajar bagi satu-satunya sekolah yang berdiri di abad ini, terlebih di sebuah kota yang tidak seberapa besar, bernama Zircon.
Sementara Tao, Jongin dan Kyungsoo tiba di aula tepat saat jarum jam bergeser ke menit ke 10.
"Disini!" seorang pemuda manis melambaikan tangannya tinggi-tinggi ke arah 3 pemuda yang baru masuk itu.
Tao, Jongin dan Kyungsoo langsung mendekat, mengambil tempat masing-masing. Tao dan Jongin duduk bersebelahan, sementara Kyungsoo duduk dengan pemuda manis bernama Xiuminーpemuda bertubuh mungil yang memanggil mereka tadi, hingga kini mereka berempat duduk berhadapan.
"Wajahmu berseri, apa ada sesuatu yang bagus hyung?" tanya Kyungsoo, menopang dagu menatap kakak kelasnya yang berwajah baby face itu.
"Tidak ada, hanya..."
"Apa?" Tao dan Jongin menyahut kompak. Xiumin mengangkat satu alisnya melihat reaksi kedua juniornya itu.
"Kau anggota Dewan Siswa 'kan Tao-er?" tanya Xiumin menatap heran. Tao mengangguk.
"Kau tidak tahu kalau hari ini akan ada guru baru?" tanyanya, Tao menggelengkan kepalanya pelan.
"Eh? Benarkah?" sahut seorang pemuda berwajah cantik dengan manik hazel, yang entah sejak kapan berada di tengah-tengah Tao dan Jongin.
Ke 2 pemuda itu menoleh cepat, menatap kaget sekaligus bingung pada pemuda cantik yang duduk di antara mereka.
"Sejak kapan kau ada disana sunbae?" tanya Jongin dengan kening berkerut dalam.
Kyungsoo berdecak sebal, tampak dari wakah manisnya jika ia tidak menyukai pemuda bersurai dark brown yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka itu. Dan Baekhyun―pemuda mungil itu―tampak cuek dan tidak peduli tatapan permusuhan Kyungsoo.
"Yang ku tahu dari Yixing sih seperti itu, katanya menggantikan guru biologi" kata Xiumin, melanjutkan infonya yang tertunda.
"Heh penyihir sok kecantikan, sana kembali ke mejamu! Kau mengganggu tau!" Kyungsoo berkata agak kasar, mengusir Baekhyun dari mejanya. Bahkan meski pemuda cantik yang memiliki senyum manis itu adalah seniornya.
"Kau peramal gagal tidak usah mengusir ku" Baekhyum menyahut ketus.
"Gagal katamu? Pasien ku lebih banyak darimu dasar penyihir sok cantik"
"Oya? Lalu kenapa Maria pasien setia mu itu lari padaku? Bukannya kau gagal ya?"
"Hanya orang yang tidak berakal yang bisa termakan omonganmu penyihir sirik sok cantik sepertimu"
"Lalu bagaimana dengan Roy? Kau gagal memprediksinya"
"Kau!" Kyungsoo bangkit berdiri cepat, meremas udara geram.
"Sudah-sudah, Baekie-hyung sebaiknya hyung pergi" sela Tao menengahi pertengkaran di pagi hari itu, ikut berdiri.
Baekhyun mengangkat bahu cuek, bangkit berdiri dan beranjak dari meja tersebut.
"Kalian berdua tidak pernah akur ya" celetuk Jongin, menopang dagu menatap Kyungsoo. Pemuda bermata bulat itu melotot tidak suka.
"Cih! Dia itu saingan bisnisku mana mungkin kami akur?!"
Tao menghela nafas, tidak habis pikir dengan teman satu kamarnya itu.
"Tao-er" panggil Xiumin. Tao mengangkat wajahnya.
"Ya ge?"
Xiumin mencondongkan tubuhnya ke arah Tao. "Kenapa kamu tidak pernah berkumpul dengan anggota Dewan Siswa yang lain?" tanyanya.
Tao memutar kepalanya, menatap ke arah pintu masuk dimana rombongan Dewan Siswa baru memasuki aula, dan mereka sangat menarik perhatian.
"Aku tidak nyaman bersama mereka" jawabnya, kembali memutar kepalanya menatap Xiumin. Pemuda manis bermata Panda itu kembali duduk tenang.
"Aku heran" Kyungsoo menyahut.
"Heran kenapa?" tanya Jongin.
"Xiumin-hyung dan Lay-hyung 'kan sama-sama High Elf, kenapa kalian sangat berbeda?"
Xiumin mengerucutkan bibirnya atas lontaran unek-unek juniornya yang bermata bulat itu. Tao tertawa kecil.
"Itu bukan urusanmu Tuan Peramal" dengus Xiumin.
"Hei hei, lihat" desis Kyungsoo, menunjuk ke arah pintu aula dengan dagunya. Sedikit mengabaikan kekesalan Xiumin.
Tao, Jongin dan Xiumin menatap ke arah yang tuju. Sesosok pria bertubuh tinggi tegap berambut pirang gelap berjalan di belakang Kepala Sekolah.
Semua mata tertuju pada pria asing yang memakai baju serba hitam, terlihat sangat misterius, keren dan dingin, belum lagi tatapan tajamnya yang bagai Elang sedang mencari mangsa.
Seperti magnet, pria asing tersebut dapat membuat semua siswa menatapnya tak berkedip, termasuk Tao.
"Perhatian semuanya!" Kepala Sekolah berdiri di depan mimbarnya.
Perhatian seluruh siswa dan guru-guru pun teralihkan pada sosok tinggi nan tampan Kepala Sekolah. Zhoumi, beranjak dari mimbar dan mempersilahkan pria asing tersebut untuk mengambil alih.
"Selamat pagi, maaf menyita sebentar waktu sarapan kalian. Perkenalkan saya Wu Yi Fan atau bisa kalian panggil Kris, Guru baru di sekolah ini yang menggantikan Tuan Bryan di pelajaran biologi. Salam kenal dan mohon kerjasamanya" Kris―pria tampan itu―tersenyum simpul.
Kasak-kusuk terdengar kemudian, yah siapa yang tidak senang mendapat guru baru yang tampan?
Tao. Pemuda bersurai kelam itu masih memaku tatapannya pada mimbar yang telah kosong, karena guru barunya telah menuju meja makan khusus guru.
Entah sadar atau tidak, air matanya turun melelehi pipinya. Ajaib memang, kesedihan itu kembali merayapinya.
.
.
Monday, 18.35 pm
Bunyi-bunyian malam hari mulai terdengar di antara pekatnya malam, saling bersahutan dan berirama, membuat satu melody yang cukup unik yang mampu meremangkan bulu halus di tubuh manusia. Hembusan angin bertiup, melolong seolah berlomba dengan suara anjing hutan yang bergembira karena malam tiba.
Suasana yang kondusif, langit di atas sana juga tampak cerah bertabur bintang bersama sang bulan sabit yang seolah tersenyum pada penghuni malam dan para siswa yang masih berlalu-lalang di area asrama. Tidak masalah karena belum saatnya pada jam masuk kamar yang di tentukan.
Suara ramai di area depan asrama dan taman, tak sedikit pun mengusik pria tinggi yang berdiri di beranda kamarnya.
Pria besurai dark brown berdiri di dekat pagar tembok pembatas beranda, memegang berkas yang berisi nama-nama seluruh murid di Lazuli School Academy. Namun sejak tadi ia hanya mendiamkan berkas tersebut, dari sekian banyak berkas data siswa yang berada di atas meja, hanya 7 lembar berkas yang sejak tadi ia pegang, menjadi perhatian utama pria tinggi itu. Sepasang matanya mengkilat saat tak sengaja tersorot sinar bulan.
"Ayo cepat!" suara di bawah sana mengalikan perhatiannya.
Pria tampan itu beralih menatap ke bawah, kamarnya yang berada di lantai 3 menguntungkan dirinya untuk memantau keseluruh wilayah sekolah. Matanya tak lepas memperhatikan 3 orang pemuda yang tengah berlarian ke arah gedung Jade Dormitory.
Entah apa yang tengah di pikirkannya, pria tampan itu menyunggingkan senyum di bibirnya.
TBC
Note:
•Dunia Tengah = Dunia dimana para Elf tinggal(tergantung dari bangsa apa Elf tersebut, karena tempat tinggalnya berbeda-beda)
•Quartz, Lazuli, Carnelian, Zircon and Jade = nama2 gem stone
•Gem stone = batu mulia/perhiasan(kalau ga salah) yang memiliki arti dan manfaat di tiap-tiap batunya.
•High Elf(Highbone) = salah satu ras/tingkatan Elf yang paling tinggi. Merupakan Elf bangsawan
Yoshaa~ karena ini ff remake jadi plot ceritanya tanpa edit. Dan bagi yang mengharapkan adegan romantis or fluff yang bikin doki2 a.k.a deg2an, pliiss jangan terlalu berharap, tapi scene Kristao tetep ada kok, tapi mohon bersabar ya :3
Dan sebelum gw post nih ff, gw ada masalah sama aplikasi words gw di hape *gw sering dapet ide or wangsit n pangsit saat pegang hp, jadilah tuh aplikasi jadi belahan jiwa gw* tapi untungnya aplikasinya udah bener, n gw bisa lanjut berimajinasi absurd lagi, muahahahaha #plak
Ada yang mau di tanyakan seputar ff ini? Atau tema yang di angkat(?) just ask me in pm ^^
Last, jangan lupa ripiew! X3
Oh ya, gw saranin yang belum baca If We Never Meet Again, mending baca itu dulu, soalnya ntar bingung klo langsung baca ff ini :3
©Skylar.K
