Tittle : What The Fuck?.

Rate : T.

Genre : Romance, Hurt/Comfort.

Pairing : TaeMin.

Cast : Woo Taewoon, Woo Jiho (Zico Block B), Choi Sungmin.

Author : Skinner Woo.

Disclaimer : Core Contents Media Ent, 7 Seasons Ent.

Warning : BL, Yaoi, AU, OOC, Miss Typo(s), DLDR, No Flamers, RnRjusaeyoo, Support SPEED FFjusaeyooo!

Chapter 1 : Accident.

KLAANG!

" Ini membosankan!." Gerutu seorang laki-laki sambil melemparkan kaleng soda yang baru saja ia habiskan sambil menonton TV.

Dia terus mengganti channel TV yang terus memutar acara-acara tentang Idol Korea bernama Choi Sungmin, artis yang sangat berbakat di usianya yang masih muda. Sudah seharian ini dia menonton TV.

" Haish! Apa yang menarik dari Idol-Idol itu? Mereka seperti badut penghibur saja." Gerutunya tanpa melihat acara itu meski hanya sebentar saja. Ia terus mengganti channel hingga ia berhenti pada tayangan pertandingan baseball.

" Hyung!." Terdengar suara seseorang memanggilnya dari luar kamar. " Hyung! Ya! Taewoon hyung sekki!. Ppalli nawa!." Seru orang itu lagi.

Namja bernama Taewoon itu terlihat kesal , dia bangkit dari tempat tidurnya setelah sebelumnya melempar remote TV dengan kasar, lalu ia segera membuka pintu.

" Shikkeureo!." Kesalnya.

" Hyung! Sekarang giliranmu untuk belanja makan malam. Ppalliwa, nan neomu baegeopa!." Rengek adiknya.

" Aish! Jiho-ya, kau mengganggu sekali!." Kesal Taewoon.

" Jangan curang! Aku sudah belanja makan malam 3 kali, sekarang gantian kau yang beli hyung." Kata Jiho.

" Ck! Geurae! Nan kkalkae!." Kesal Taewoon sambil meninggalkan Jiho.

" Jangan lupa belikan aku dakgalbi! Dan jangan yang pedas!." Sahut Jiho.

" Ara!." Kesal Taewoon.

Jiho hanya bisa menghela nafas melihat tingkah kakaknya yang kasar dan keras itu, terkadang Jiho merasa Taewoon itu sangat bisa diandalkan ketika melindungi dia dan keluarganya, tapi tidak bisa ia pungkiri bahwa Taewoon sangat menyebalkan sehari-harinya.

Setelah itu Jiho segera kembali berkutat menonton TV.

.

.

.

.

.

Sore itu seorang laki-laki paruh baya terlihat begitu kebingungan, dia seperti mencari seseorang yang amat penting, ekspresinya terlihat seperti dia baru saja kehilangan semua harta dan rumahnya. Dilihatnya kembali lewat jendela, begitu banyak pers dan reporter diluar.

" Eottohkaji… ayolah! Angkat telfonmu! Kau ada dimana?." Gumamnya khawatir, dia terus menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala.

" Hyung! Sungmin eoddie? Dia sudah ditunggu banyak orang diluar!." Kata seseorang yang baru saja menghambur masuk dengan panik, sepertinya dia salah satu kru dari laki-laki yang kebingungan ini.

" Mollaseo!." Katanya dengan nada lebih panik dari yang tadi.

" Molla? Kau managernya hyung, mana bisa kau tidak tau?."

" Sudah 2 jam yang lalu dia tidak kembali. Dia bilang dia keluar dengan supirnya, dan sampai sekarang dia belum kembali." Kata si manager.

" Mwo! Kita harus segera menemukannya! Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?."

" Aku tau! Jangan buat aku semakin ketakutan bodoh!. Aku sedang menelfon supir itu, tapi telfonnya tidak aktif juga!."

" Memangnya Sungmin tadi bilang dia pergi kemana?." Tanya laki-laki itu.

" Dia bilang dia ingin membeli sesuatu diluar, dia pergi lewat pintu gedung belakang tadi. Aku tidak tau jelasnya dia ingin membeli apa dan pergi kemana, dia bilang dia tidak akan pergi lebih dari 30 menit." Kata si manager.

" Baiklah hyung, ayo ikut aku mencarinya, aku ada mobil di belakang." Kata si laki-laki itu.

" Kajja."

Mereka berlari dengan terburu-buru menuju pintu belakang gedung. Ketika mereka keluar ternyata disana juga ada beberapa reporter yang sengaja menunggu Sungmin. Reporter itu segera menyerbu si manager dan laki-laki kru itu, menanyakan dimana Sungmin, karena sudah lama sekali mereka menunggu tapi yang ditunggu tak juga keluar, padahal acara yang ada di gedung itu sudah selesai 2 setengah jam yang lalu.

" Hyung! Ppalli!." Seru si kru mencoba untuk menarik si manager dari kerumunan reporter. Tiba-tiba ponsel manager itu berdering. Dia segera mengambil ponselnya dan dilihatnya nomor si supir mobil yang bersama Sungmin.

" Ya! neo eodisseo? Sungmin eoddie?!." Seru si manager berapi-api, selain karena berdesakan dengan pers, dia juga kesal karena Sungmin belum kembali.

[[ Maaf, kurasa aku tidak bisa mengembalikan Sungmin sekarang ini.]] kata si supir.

" Ya! apa maksudmu!." Kata si manager yang makin tidak sabar.

[[ Yang pasti terimakasih sudah merekrutku menjadi supir pribadi Sungmin. Sungguh sulit membawanya lari. Jika kau ingin dia kembali, kau harus menyerahkan beberapa uang pada kami.]] Kata si supir itu.

" Mwoya! Ya sekki! Berani-beraninya kau menculik Sungmin!." Seru si manager yang marah sekaligus terkejut. Rasanya memang seperti harta dan rumahnya benar-benar di rampok orang. Sungmin adalah Idol yang sudah mulai dicari-cari media, apalagi Sungmin adalah aset berharga.

[[ … hyuung! Tolong aku!.]] Terdengar suara Sungmin yang terdengar berteriak disana.

" Ya! sekki! Katakan kemana kau membawa Sungmin!." Seru si manager lagi. Tak ada jawaban, hanya beberapa suara yang terdengar mereka sedang mencoba untuk menahan Sungmin yang mencoba meloloskan diri. Beberapa saat kemudian sambungan telfon itu terputus.

" Anda manager Choi Sungmin kan? Dimana Sungmin? Apa yang sedang terjadi pada Sungmin?."

" Siapa yang menculik Sungmin?."

Manager itu baru sadar, dia sudah bicara sangat keras di tengah-tengah pers bahwa Sungmin telah diculik. Dengan cepat semua reporter menyiarkan bertia tentang Choi Sungmin yang diculik. Manager itu tidak bisa mengatakan apapun tentang hal ini, dia segera masuk ke mobil dan mencari kemana Sungmin dibawa.

.

.

.

.

.

" Ahjumma! Apa Dakgalbinya masih ada?." Tanya Taewoon yang mampir untuk membelikan pesanan adiknya.

" Oh! Jiho-ya kau datang lagi? Tumben kau memesan Kimbap, biasanya kau memesan dakgalbi." Kata Ahjumma itu ramah.

Taewoon sangat membenci ahjumma itu, karena dia sedikit tuli, dan sedikit tidak melihat dengan jelas tanpa kacamata. " Dakgalbi ahjumma! Bukan Kimbap!." Seru Taewoon tidak sabar.

" Bibimbap?." Tanya si ahjumma sedikit bingung.

" DAK!-GAL!-BI!. AHJUMMA! DAKGALBI!." Kata Taewoon sambil berteriak di dekat telinga ahjumma itu.

" Oh.. arasseo.. Dakgalbi ya? aku selalu tau makanan kesukaanmu Jiho-ya…" kata ahjumma sambil manggut-manggut dan tersenyum senang, seolah teriakan Taewoon bernada normal seperti biasa.

" Dafukk! Aku benar-benar tidak akan beli di sini lagi… Lagipula aku ini Taewoon, bukan Jiho. Berapa tahun sih kita sering beli disini, dia tetap salah memanggilku dan Jiho?." Gerutu Taewoon dongkol pada si ahjumma itu.

Tak lama kemudian ahjumma itu memberikan Dakgalbi pada Taewoon. Dan Taewoon segera pulang karena dia sudah tidak sabar ingin melanjutkan kembali menonton pertandingan baseball di rumah.

" Kenapa ahjumma itu tidak menyuruh anak perempuannya saja yang mengurus toko? Dia sudah mulai menua… membuat para pembeli jadi kesal saja." Kata Taewoon yang masih kesal dengan ketulian ahjumma itu.

Diperjalanan pulang, Taewoon melewati sebuah gedung olahraga yang sudah tidak dipakai. Dia melihat lapangan basket yang terletak di depan gedung itu sudah tidak terawat lagi.

" Hmm.. sudah berapa tahun aku tidak bermain basket lagi? Jadi ingin kembali ke masa sekolah dulu." Katanya sambil tersenyum. Dia amat menyukai basket.

Lalu dia melihat ada bola basket yang tertinggal di sana. Kemudian dia memutuskan untuk bermain sebentar, sekaligus mencoba, apakah dia masih bisa bermain basket sebaik dulu yang selalu mendapatkan juara setiap pertandingan.

Saat dia hampir sampai ke lapangan itu, dia melihat seorang remaja sedang berteriak sambil berlari keluar dari gedung itu. Taewoon memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi. Tak jauh di belakang anak itu ada beberapa orang yang mengejarnya. Taewoon masih tidak bergerak dari tempatnya, karena dia masih tidak tau harus melakukan apa.

Namja itu terlihat sudah tidak bertenaga untuk berlari lebih kencang saat orang-orang itu menyusulnya, detik berikutnya orang-orang itu berhasil menggapai namja itu dan mencoba menarik namja itu kembali ke gedung itu.

" Ya! lepaskan akuu!." Seru namja itu yang terus saja berontak. Salah satu dari mereka memukuli namja itu dengan keras.

Taewoon masih belum sadar dengan keadaan namja itu. Dia mengira sekumpulan preman sedang memukuli anak manja dan memeras uang anak itu. Tapi semakin lama Taewoon tau mereka sedang tidak memeras anak orang kaya. Karena dari cara mereka terlihat berbeda dari memalak seorang anak orang kaya. Mungkin karena Taewoon juga pernah melakukan hal itu ketika dia masih sekolah dulu.

" Terlalu berlebihan jika hanya untuk memalak." Gumam Taewoon yang masih asyik menonton namja itu dipukuli, karena dia sendiri bukan orang yang terlalu peduli pada orang lain.

" Tolong aku!." Seru namja itu. Dan pandangan mereka bertemu saat itu. Taewoon bisa merasakan tatapan memohon dari namja itu. Tiba-tiba seperti ada dorongan yang muncul, Taewoon segeraa berlari menuju mereka.

" Ya!." seru Taewoon yang masih menggenggam keresek berisi makan malamnya dan Jiho.

" Apa yang kalian lakukan pada anak itu? Membully orang lain adalah hal yang tidak boleh dilakukan secara berlebihan." Kata Taewoon.

" Ya! jangan ikut campur!." Seru salah satu dari mereka.

" Aku ingin tau, apa yang kalian lakukan padanya? Apa kalian sedang memalak anak orang kaya? Jika dia tidak memberika uangnya, maka cari anak lain saja." Kata Taewoon.

Salah satu dari mereka berjalan menghampiri Taewoon.

BUAAGH!

Taewoon terkejut ketika dia mendapat pukulan dari orang itu tepat di pipi kanannya.

" Kubilang jangan ikut cam—"

BUUAAGHH!

Taewoon langsung membalas pukulan orang itu lebih keras. " Kau kira aku ini anak kampung yang bisa seenaknya kalian pukuli, hah?!." Kesal Taewoon.

Satu orang dari mereka segera berlari kearah Taewoon untuk membantu temannya yang baru saja kena pukulan balasan dari Taewoon, dan mereka segera menghabisi Taewoon, karena mereka tidak ingin ada yang tau mereka sedang menculik seorang artis.

Taewoon yang memang duluanya adalah preman, masih belum lupa cara berkelahi. Taewoon segera menghajar kedua orang itu. Disisi lain, sambil menunggu 2 orang penculik itu menghajar Taewoon, 2 orang lainnya kembali menyeret Sungmin untuk masuk kembali ke dalam gedung.

" Ya! lepaskan aku! Yaa!." Seru si artis bernama Sungmin itu.

" Ck! Anak ini benar-benar menyebalkan!." Seru si penculik yang tadi menjabat sebagai supir baru Sungmin.

Karena Sungmin terus saja melawan, mereka dengan marah memukuli Sugmin hingga babak belur.

" Tolong akuu!." Seru Sungmin dengan sekuat tenaga, berharap ada orang lain yang datang untuk menolongnya.

Taewoon yang melihat Sungmin sudah tak lagi bisa melawan, dia segera memukuli 2 orang di depannya dengan cepat, dan segera menyusul ke tempat Sungmin.

Satu dari mereka segera menghalangi langkah Taewoon, dan si supir itu memutuskan untuk membawa Sungmin ke mobil untuk pindah ke tempat lain, sebelum mereka semua ketahuan menculik artis.

Sungmin masih belum menyerah, dia mencakar tanah dan berpegangan pada apa saja yang ia raih agar si supir jahat itu tidak membawanya masuk ke dalam mobil. Buku-buku jarinya terluka, tapi rasa sakit itu belum dirasakan Sungmin karena dia masih dalam keadaan takut dan panik jika dia akan dibawa supir ini lagi.

Taewoon segera menyambar si supir itu dan memukulinya setelah menjatuhkan penculik sebelumnya.

Dikejauhan terlihat mobil si laki-laki kru yang mencari-cari Sungmin. Si manager dengan cepat melihat Sungmin yang sedang berjuang untuk kabur dari penculik.

" Palliwa! Itu dia, Sungmin ada disana! Kita harus sampai disana sebelum reporter mendahului." Kata si manager tidak sabar, sambil sekali memukul bahu si laki-laki kru karena kurang cepat ketika mengemudi. Sepeninggalan mereka dari gedung acara, para reporter segera mengikuti kemana arah mobil mereka pergi, dikarenakan mulut si manager yang keceplosan mengatakan Sungmin sudah diculik.

Sungmin menyadari ada mobil reporter yang mengarah ke tempatnya. Dia tidak ingin reporter itu tau apa yang sedang terjadi padanya. Dan Sungmin juga tidak mengenali mobil si laki-laki kru itu berisi manager yang akan menyelamatkannya.

Sungmin segera bangkit dengan susah payah. " Tolong kemudikan mobil ini. Kita harus pergi." Kata Sungmin pada Taewoon.

Sedangkan Taewoon tidak paham dengan perintah Sungmin. " Tapi—"

" Palli! Para reporter bisa menemukan kita! Kau tidak ingin masuk televisi karena berita penculikan kan? Percayalah padaku." Kata Sungmin.

Sedangkan Taewoon yang merasa didesak dengan keadaan, karena dia sendiri juga melihat berbondong-bondong mobil reporter mengarah ke tempatnya. Taewoon segera masuk ke mobil dan tancap gas pergi darisana.

" Hey! Kemana kita akan pergi?." Tanya Taewoon panik kepada Sungmin.

" Kemana saja, asalkan mereka tidak lagi mengikuti kita." Kata Sungmin.

" Memangnya apa yang reporter itu inginkan? Aku tidak melakukan kesalahan apapun." Kata Taewoon tidak terima.

" Kurasa mereka tau ada penculikan." Kata Sungmin.

" Siapa yang diculik?!." Seru Taewoon gemas, karena hanya dia yang sejak awal tidak tau keadaan dan masalahnya.

" Aku diculik!." Seru Sungmin yang juga panik.

" Hah? Diculik? Memangnya apa peduli reporter jika ada anak kampung yang diculik?." Tanya Taewoon tidak paham.

Sungmin baru menyadari jika Taewoon sepertinya tidak mengenali siapa dirinya.

" Kemudikan saja mobilnya! Ke tempat yang aman! Kau harus bisa lolos dari mereka." Kata Sungmin.

Taewoon menghela nafas kesal, dia mengganti perseneling dan menambah kecepatan, menghindari mobil-mobil reporter yang mengejarnya. Sungmin sedikit terombang-ambing di tempat duduknya karena Taewoon mengemudikan mobil dengan sangat urakan.

" Hey! Apa kau mencoba membunuh kita berdua? Kau bisa mengemudikan mobil kan?." Tanya Sungmin.

" Haha! Ini menyenangkan! Kau meremehkanku anak kecil. Sudah lama aku tidak mengemudikan mobil seperti ini." Kata Taewoon senang.

" Ya! hati-hati!." Seru Sungmin takut.

" Ngomong-ngoomong, sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana ya? apa kau salah satu saudara ahjumma tuli yang jual makanan itu?." Tanya Taewoon.

" Bukan!." Jawab Sungmin yang masih terfokus pada jalan, sedangkan Taewoon terlihat tenang saja menghindari banyak hal di jalan.

" Lalu dimana aku pernah melihatmu?." Gumam Taewoon. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia segera mengangkat ponselnya. Panggilan masuk dari Jiho.

[[ Hyung! Kau dimana?.]] Tanya Jiho.

" Aku sedang sibuk Jiho. Ada apa menelfon?." Tanya Taewoon yang merasa terganggu.

[[ Aku Tanya, kau sedang ada dimana? Diperjalanan pulang dari membeli makanan kan?.]] Tanya Jiho memastikan.

" Ya kurasa begitu. Ada sedikit gangguan." Kata Taewoon, sambil mengganti perseneling dengan cepat ketika dia berbelok di tikungan, dan itu sukses membuat Sungmin berteriak panik.

[[ Hyung! Apa kau tau aku sedang nonton TV sekarang—]]

" Jiho-ya! Aku tidak peduli kau mau nonton TV atau film porno! Jika ada sesuatu yang penting cepat katakan!." Kesal Taewoon.

[[ Apa kau tau, aku melihatmu masuk TV hyung!. ]] Kata Jiho.

" Hah! Bagaimana bisa aku masuk TV?." Tanya Taewoon tidak paham.

[[ Aku juga kaget. Tersiar fotomu sedang membawa artis ternama bernama Choi Sungmin. Dan reporter sekarang sedang mengejarmu! Sepertinya polisi juga akan dikerahkan.]] Kata Jiho.

Taewoon langsung menoleh kearah Sungmin dengan pandangan cengo. Dia baru ingat dia pernah melihat Sungmin di televisi, salah satu artis yang selalu ia cerca sambil mengganti channel TV.

" Jiho-ya, kau yakin itu sedang tersiar di televisi sekarang?." Tanya Taewoon.

[[ Iya hyung! Aku tidak bohong! Ini menjadi berita heboh! Semua channel sedang menayangkan berita ini.]] Kata Jiho.

" Jiho-ya…" panggil Taewoon.

[[ Nde hyung? Cepatlah pulang, kau dimana?.]] Tanya Jiho.

" Sepertinya aku pulang terlambat, belilah makan malam sendiri. Aku harus mengurus masalah lain." Kata Taewoon.

[[ Jadi benar, kau menculik artis itu hyung? Kau kurang kerjaan sekali? Sejak kapan eomma mengajarimu menculik orang? Pulangkan dia secepatnya dan minta maaf pada keluarganya.]] Kata Jiho.

" Aniya! Aku tidak menculiknya bodoh! Itu salah paham! Aku sedang menyelamatkannya sekarang ini! Untuk apa aku menculiknya?." Kata Taewoon kesal.

[[ Oh! Kalau begitu cepat selesaikan masalahnya. Dan cepat pulang.]]

" Cih! Gampang sekali kau bicara." Sambar Taewoon.

[[ Hyung! Walaupun kau itu menyebalkan, kau tetap abangku. Aku tidak pernah khawatir tiap kau ada masalah. Karena kau pasti bisa menyelesaikannya.]] Kata Jiho santai.

" Nyawaku jadi taruhannya bodoh!."

[[ Haish… salah sendiri kau dapat masalah. Kau lahir saja sudah jadi masalah.]] Ejek Jiho.

" Ya! neo sekki!. Tunggu saat aku kembali nanti ya!." kesal Taewoon.

" Ya! ini bukan saatnya kau ngobrol seperti itu!." Sela Sungmin yang masih panik karena Taewoon mengemudikan mobil dengan kencang tanpa ada rasa takut sama sekali.

" Jiho-ya! Sudah aku harus tutup telfonnya." Kata Taewoon lalu segera menutup telfonnya.

" Hey! Kau!." Kata Taewoon.

" Wae?." Tanya Sungmin.

" Kenapa kau tidak bilang kalau kau artis hah?! Pantas saja reporter itu terus mengikuti kita!." Kata Taewoon.

" Kukira kau sudah tau. Memangnya kau tidak pernah nonton TV?." Sahut Sungmin.

" Kukira kau anak orang kaya yang sedang dipalak preman." Kata Taewoon.

" Segitunyakah pemikiranmu tadi? Sudahlah, pokoknya kita harus menyelamatkan diri dari reporter itu." Kata Sungmin.

Setelah berkendara atara hidup dan mati, akhirnya Taewoon berhasil keluar dari kejaran para reporter itu. Taewoon menghentikan mobilnya di sebuah bengkel bekas yang tertutupi dengan tumpukan ban dan besi-besi mobil yang sudah dibuang.

" Haaaahhh… akhirnya bisa keluar dari kejaran mereka…" kata Taewoon.

Dilihatnya Sungmin mengaduh menahan sakit di lengan kirinya. " Hey! Kau tidak apa?." Tanya Taewoon.

" Aku tidak bisa merasakan lenganku…" kata Sungmin pelan.

" Apa yang terjadi?." Tanya Taewoon.

" Mereka memukulku terlalu keras tadi." Kata Sungmin mencoba untuk tenang. Setelah ketegangan tadi, barulah terasa sekujur tubuhnya kesakitan karena terkena pukulan saat mencoba kabur.

Taewoon mencoba mencari P3K di mobil itu. Dan karena dia payah, dia tidak bisa melakukan pertolongan apapun pada Sungmin, karena dia tidak ahli dalam hal seperti itu.

" Bagaimana dengan alkohol? Kau tau cara pemakaiannya? Apa ini bisa diminum?." Tanya Taewoon.

" Sudahlah. Ini percuma. Aku harus menghubungi managerku." Kata Sungmin. " Pinjamkan ponselmu padaku." Pinta Sungmin.

Taewoon segera meminjamkan ponsel miliknya pada Sungmin, membiarkan Sungmin menghubungi managernya itu.

" Hyung! Ppaliwa, aku harus ke rumah sakit…" kata Sungmin yang terdengar oleh Taewoon disela percakapannya di sambungan telefon.

" Aniya, dia yang menolongku hyung. Akan kujelaskan nanti. Sekarang jemput aku…" kata Sungmin.

Setelah bicara agak lama, Sungmin mengembalikan ponsel itu pada Taewoon.

" Kau harus jelaskan semua pada reporter itu bahwa aku tidak menculikmu." Kata Taewoon.

" Aku tau. Aku berhutang budi padamu. Terimakasih." Kata Sungmin.

Taewoon menghela nafas panjang. Tiba-tiba dia mendengar suara perut Sungmin yang kelaparan.

" Kau lapar?." Tanya Taewoon.

Sungmin mengangguk malu. Taewoon melihat keresek belanjaannya tadi yang masih sempat ia bawa-bawa sejak perkelahiannya dengan para penculik itu. " Ini ada makanan. Kau mau dakgalbi?." Tanya Taewoon.

" Nde…"

Taewoon segera membantu Sungmin untuk makan, karena Sungmin sangat kesulitan karena sepertinya lengan kirinya patah. " Ya ampun! Pedas sekali!." Kata Sungmin.

" Jinjjayo? Haish… sudah tuli, ahjumma itu juga tidak bisa membedakan mana yang pedas dan mana yang tidak…" kata Taewoon. " Orang yang menjualnya sedikit menyebalkan. Sepertinya dia salah memberi yang pedas tadi." Kata Taewoon.

" Gwaenchana. Akan kumakan kok." Kata Sungmin.

." Apa yang terjadi padamu tadi?." Tanya Taewoon.

Sungmin terdiam sejenak. Kejadian ini benar-benar membuatnya ketakutan. Tapi saat Taewoon menolongnya, dia seperti mendapat kekuatan untuk melawan.

" Aku dibawa lari oleh supir pribadiku yang ternyata seorang penjahat." Kata Sungmin.

Taewoon tertawa kecil. " Mwoyanikka? Kau diculik oleh supirmu sendiri?." Tanya Taewoon.

" Sungguh, aku memang diculik tadi. Jika tidak ada kau, entah apa yang mereka lakukan padaku sekarang." Kata Taewoon.

" Kau laki-laki. Kau harus bisa membela dirimu sendiri. Bagaimana jika ada anggota keluarga yang harus kau lindungi?." Tanya Taewoon dengan nada serius.

Sungmin terdiam. " Kau harus berani. Apapun situasinya, meski harus menerjang api, kau harus berani." Kata Taewoon.

" Itu terlalu berlebihan." Sahut Sungmmin.

Taewoon memandangnya dengan serius. " Aku benar-benar melakukannya saat umurku 10 tahun. Mencoba menyelamatkann ayahku disana." Kata Taewoon sambil menunjuk bengkel tua di depan mereka.

Sungminn terlihat terkejut. " Jinjjayo?."

" Nde. Tapi aku tetap kehilangan ayahku saat itu. Ayah menghabiskan banyak waktunya disini. Setelah kebakaran di bengkel saat itu, suatu keajaiban aku juga selamat. Setelah itu aku merasa aku harus menjadi pemberani untuk melindungi keluargaku, setidaknya hanya itu yang bisa kulakukan." Kata Taewoon.

" Maaf soal itu. Kau benar-benar pemberani." Kata Sungmin.

Taewoon terlihat tidak terlalu memusingkan hal itu. Dia kembali memandang kearah bengkel itu. " Aku benar-benar merindukan tempat ini." Kata Taewoon. " Aku belajar banyak dari ayahku, dia juga yang mengajariku mengemudikan mobil, dan aku mendapatkan luka tabrakan pertama tak jauh dari sini. Aku belum memiliki SIM saat itu, dan mobil ayahku rusak parah. Sambil dibalut perban aku tertawa ketika ketahuan oleh ayah saat dia menemuiku di rumah sakit. Tapi dia tidak mau memarahiku, dia membiarkanku untuk belajar dari kesalahan, dengan begitu aku akan tau dengan baik mana yang benar dan mana yang salah." Kata Taewoon sambil tertawa bangga, sedangkan Sungmin hanya menatap Taewoon tidak percaya.

" Memiliki ayah se-keren dia adalah keberuntungan bagiku." Kata Taewoon.

" Entah kata apa yang harus kugambarkan untuk orang sepertimu." Kata Sungmin.

Tak lama kemudian datanglah mobil si manager. Dan dengan cepat manager itu membuka pintu mobil untuk melihat keadaan Sungmin. " Sungmin-ah! Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja? Apa kau tau kau melakukan hal yang ceroboh?! Bagaimana jika kau tidak selamat?! Kau membuat kami semua khawatir!. Katakan apa kau terluka?." Kata si manager sambil melihat apakah Sungmin mendapat luka.

" Hyung! Hajiiima… jangan pegang aku seperti itu! Kau membuatku kesakitan!." Kata Sungmin.

" Ayo kita kerumah sakit!." Kata si manager. " Dan kau juga harus ikut." Lanjut si manager pada Taewoon.

" Untuk apa? Aku harus pulang. Ya! Idol! Aku sudah menolongmu, jadi katakan saja aku tidak bersalah, selesaikan?." Kata Taewoon.

" Ini tidak semudah itu." Kata Sungmin.

" Benar, jika kau pulang sekarang, entah berapa reporter yang akan terus datang padamu, dan fans Sungmin mengganggu hidupmu. Jadi ikutlah bersama kami hingga masalah ini selesai." Kata manger itu.

" Mwo! Aku tidak ingin kerepotan karena hal ini lagi. Lagipula harusnya aku tidak terbawa-bawa sampai ke media." Kata Taewoon tidak terima.

" Semua akan berakhir setelah Sungmin mendapat wawancara. Maka kau akan terbebas dari tuduhan masyarakat. Percayalah padaku, fans Sungmin bisa jauh lebih kejam dari hukuman mati." Kata si Manager.

" Tapi—"

" Aku tidak ingin media menganggu keluargamu, dan menyeret mereka pada masalah-masalah yang dibuat-buat oleh pers." Sahut si manager yang membuat Taewoon tidak memiliki pilihan lain.

.

.

.

.

.

Dengan cepat semua membantu Sungmin ke dalam rumah sakit, seperti menyambut seorang raja yang sedang sakit, dan harus segera ditangani.

" Aku saja yang luka parah saat tabrakan pertamaku tidak terlalu ditangani dengan serius, sedangkan dia yang hanya lecet-lecet bisa sampai menghebohkan satu rumah sakit?." Gumam Taewoon sambil memasang wajah mengejek.

" Ya! neo!." Tiba-tiba si manager memanggil Taewoon.

" Mwo?." Tanya Taewoon.

" Sebaiknya setelah Sungmin selesai ditangani, kau segera masuk ke ruangannya. Kau harus menjaganya." Kata si manager.

" Eh? Untuk apa aku menjaga anak yang sudah dewasa?." Tanya Taewoon tidak mau.

" Ya! dalam hitungan jam, para reporter itu pasti akan menemukan rumah sakit ini. Dan jika mereka melihatmu, kau bisa dalam musibah. Jadi kau harus mengikuti apa yang kukatakan padamu."

" Tapi aku tidak suka diatur-atur!." Kesal Taewoon.

" Jika kau ingin hidup sengsara karena pers, aku dengan senang hati mempersilahkanmu! Aku ini sedang ingin menolongmu! Jika saja kau tidak ada, Sungmin pasti sudah bersama orang jahat itu! Bagaimanapun aku juga berhutang budi padamu, jadi aku tidak ingin kesalahpahaman ini merusak kehidupanmu." Kata si manager kesal.

" Apa serumit itu?." Tanya Taewoon tidak peduli.

Tiba-tiba si manager itu memberikan ponselnya pada Taewoon. " Lihatlah! Twitter, Facebook, dan semua social media dari para fans hingga semua penonton televisi sedang mencarimu. Fotomu terpasang di setiap layar televisi di Korea, dan di luar negeri. Para Fans sampai ingin mencarimu juga. Aku sudah mengatakan pada polisi bahwa kau bukan penjahatnya, tapi untuk semua fans dan pers tidak akan berhenti sampai Sungmin sendiri mengatakan bahwa kau tidak bersalah." Kata si manager.

Taewoon melihat semua berita-berita yang tersiar itu dengan terkejut. " Jinjja… ini benar-benar mengerikan." Komentar Taewoon.

" Karena itu. Menurutlah padaku." Kata si manager itu.

Taewoon mengehela nafas panjang. " Arasseo." Sahut Taewoon tidak ikhlas.

Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya si manager menyuruh Taewoon untuk masuk menemui Sungmin.

Dilihatnya lengan kiri Sungmin sudah terbungkus rapi dengan perban, bahkan wajah Sungmin juga ada yang tertutupi oleh perban. Taewoon sedikit kesal melihat Sungmin yang menurutnya lemah sekali.

" Haish… bagaimana bisa niat baikku malah menjerumuskanku pada masalah sebesar ini?." Gerutu Taewoon sambil menutup pintu sembarangan, membuat Sungmin terbangun.

Sungmin mengerjapkan matanya sejenak, lalu sedikit bangkit untuk duduk. " .. Hey…" sapa Sungmin pelan, sambil tersenyum tipis.

" Yo!." Sahut Taewoon sambil menarik kursi ke sebelah Sungmin dan duduk disana. " Kau terlihat menyedihkan." Kata Taewoon asal.

Sungmin tertawa kecil. " Maaf…" kata Sungmin.

" Aku jauh lebih parah darimu dulu." Gerutu Taewoon.

" Aku tidak akan bisa sekuat dirimu." Kata Sungmin.

" Berhentilah untuk selalu ditolong." Kata Taewoon.

Sungmin menghela nafas panjang. " Aku mengerti, aku juga pernah memikirkan hal seperti itu. Tapi di dunia seperti ini aku tidak dibiarkan menolak. Satu-satunya hal yang kubisa hanya menguatkan diriku sendiri." Kata Sungmin.

" Aku memang tidak tau seperti apa duniamu, tapi aku tidak ingin melihatmu seperti itu.
" kata Taewoon.

" Kau hanya tidak terbiasa dengan hal seperti ini." Kata Sungmin.

" Terserahlah…" sahut Taewoon.

" Apa kau sudah makan?." Tanya Sungmin.

Barulah Taewoon sadar, dia belum makan sama sekali sejak dia meninggalkan rumah. Terakhir, dia memberikan makanannya pada Sungmin tadi.

" Sudah." Sahut Taewoon yang mencoba untuk tidak manja.

" Syukurlah. Jika kau butuh sesuatu mintalah pada manager hyung, aku sudah bilang padanya untuk menyediakan semua kebutuhanmu." Kata Sungmin.

" Berhenti mengkhawatirkanku, kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, bodoh!. Tidur sana!." Sambar Taewoon.

Sungmin hanya membalas Taewoon dengan senyum kecil. Dia tidak bisa tertawa terlalu keras, karena perutnya memar karena pukulan. Mencoba duduk saja dia harus berusaha menahan nyeri itu.

" Arasseo."

.

.

.

.

.

Keesokkan harinya Taewoon terbangun agak siang. Dia menguap lebar sekali, seolah tidak memikirkan etika-etika yang seharusnya ia lakukan ketika dia tidak berada di tempat privasi seperti di rumah. Dia mengucek matanya sejenak, lalu dilihatnya Sungmin sudah terbangun, dia sedang membaca buku sambil mendengarkan musik dengan earphone.

" Sudah jam 9 ya?." gumam Taewoon saat melihat jam dinding.

" Kau sudah bangun?." Kata Sungmin sambil melepas earphone-nya.

" Memang yang kau lihat apa? Jelas aku suidah bangun." Sambar Taewoon ketus dengan nada tidak pedulinya. Dia berjalan ke jendela dan mengintip keluar. Dan dia terkejut melihat banyaknya reporter yang berjubel dibawah sana. Taewoon segera menoleh kearah Sungmin.

" Hey! Sepagi ini para reporter itu sudah ada di bawah?." Tanya Taewoon kaget.

" Jinjjayo?." Sahut Sungmin.

" Lihatlah! Mereka seperti mau berperang saja." Kata Taewoon.

" Bagaimana ini? Aku masih belum bisa melakukan wawancara dengan keadaan seperti ini…" kata Sungmin khawatir.

" Apa kau tidak bisa katakan saja pada mereka dengan baik-baik?."

" Jangan, jika mereka melihat keadaanku seperti ini, akan makin membuat kesalahpahaman pada fans, mereka bisa saja makin dendam padamu. Terkadang reporter masih saja mengubah cerita yang sebenarnya agar masalah terus saja tidak selesai." Kata Sungmin.

" Haish! Lalu harus seperti apa? Ini itu semua tetap saja salah!." Gerutu Taewoon.

" Aku harus menghubungi manager hyung." Kata Sungmin sambil segera mengirim pesan pada managernya.

Tak lama kemudian si manager menelfon Sungmin, terdengar suara riuh disekitar si manager. " Hyung?."

[[ Sungmin-ah, apa memungkinkan jika kau pulang ke dorm sekarang?.]] Tanya si manager.

" Ada apa hyung?." Tanya Sungmin khawatir.

[[ Aku tidak tau sampai kapan aku bisa menahan mereka diluar sini. Mereka memaksa masuk untuk mewawancaraimu!.]] kata si manager yang terdengar sangat kepayahan.

" Aku tidak yakin hyung, apa tidak apa jika aku pulang sekarang?." Tanya Sungmin.

[[ Aku akan menyuruh seorang suster untuk membantumu. Kau bisa melanjutkan untuk dirawat di rumah nanti.]]

" Lalu bagaimana caraku untuk keluar?." Tanya Sungmin.

Terdengar si manager yang bingung dan berfikir keras. " Suruh Taewoon menjagamu, dia harus jadi bodyguard-mu apapun yang terjadi! aku sudah siapkan mobil di parkiran bawah, kau bisa kesana dengan lift. Mobil pribadiku tidak akan dikenali oleh reporter itu." Kata manager.

Sungmin melirik kearah Taewoon sejenak. " Aku… tidak yakin dia—"

" Ck! Berikan telfonnya pada Taewoon." Perintak si manager.

Sungmin menyodorkan ponselnya pada Taewoon. " Manager hyung ingin bicara denganmu. Penting." Kata Sungmin.

Taewoon dengan malas meraih ponsel itu, Sungmin menunggu mereka berbicara, Taewoon terlihat marah-marah dan sepertinya tidak ingin melakukan apa yang diperintahkan oleh manager Sungmin. Kemudian Taewoon memutus hubungan telfonnya dengan wajah tidak senang.

" Kau bisa berjalan kan?." Tanya Taewoon pada Sungmin.

" Kurasa…"

Taewoon langsung menyibakkan selimut Sungmin, " Kalau begitu ayo segera pergi dari sini. Aku tidak suka pada suster, jadi kita harus secepatnya pergi tanpa bantuannya." Kata Taewoon.

Sungmin tidak bermaksud untuk mengeluh saat itu, meski kakinya masih tidak terlalu kuat untuk berjalan ataupun berlari.

Sungmin mengaduh ketika dia sudah beberapa langkah dari tempat tidur, dan itu membuat Taewoon makin tidak sabar. " Palli! Kau ini benar-beanr menyusahkan!." Kesal Taewoon.

Sungmin sebisa mungkin menyusul langkah Taewoon yang cepat. Hingga sampai di koridor. Sungmin masih tertatih, apalagi lebam, nyeri dan lengannya yang baru saja diobati terasa begitu sakit.

" Tunggu!." Seru Sungmin.

" Ck! Ayolah, lari saja! Tahan rasa sakitmu itu." Kata Taewoon. Tiba-tiba ponsel Sungmin yang masih dipegang oleh Taewoon berdering, panggilan masuk dari manager.

" Mwoya?!." Sahut Taewoon tidak sabar pada si manager.

[[ Mereka sedang menuju ruangan Sungmin, cepatlah pergi!.]] Kata si manager.

" Areo!." Sahut Taewoon sambil mematikan sambungan telfon.

" Ya! Idol! Palliwah!." Kata Taewoon yang melihat Sungmin berjalan kearahnya dengan tertatih. Taewoon gelisah jika mereka tertangkap oleh reporter.

BRUUGK!

Tiba-tiba Sungmin terjatuh. Membuat Taewoon terkejut. Sungmin menatap Taewoon dengan pandangan menyorotkan rasa bersalah pada Taewoon. " Aku… tidak bisa…" kata Sungmin pelan

.

.

.

.

.

.:: To Be Continued ::.

.

.

.

.

.

Spoiler Next Chapter :

.

" Berhenti memanggilku Idol! Kau tidak tau seberapa banyak masalah dalam hidupku?!."

.

" Menjadi bodyguard-nya? Oh ayolah! Aku tidak mau melakukannya! Itu pemborosan waktu pada masa mudaku! Idol lemah sepertinya sangat merepotkan!."

.

" Jangan pukul dia!."

.

" Jika tanpa dokter kau akan baik-baik saja, lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Terus berbaring berharap kau bisa sembuh dengan sendirinya?."

.

" Aku? Kenapa bisa aku egois? Kau tidak tau seberapa aku menahan untuk terus bersamamu, dan dicerca masyarakat?."

.

" Ya! sekki!."

.

" Aku terlihat seperti anjing jika aku melakukan semua itu…"

.

" Idol! Hey! Idol! Jangan mati!."

.

" Ya! neo! Dasar orang jahat! Kau apakan Sungmin oppa? Kenapa kau tega menculiknya!."

.

" Di.. dia tertangkap?."

.

" Hyuung! Jebal…hiks.. hiks.. kita kembali menjemputnya… Dia tidak bersalah hyung… hiks hiks… kita harus kembali…"

" Mianhae. Sungmin-ah…"

.

.

.

.

.

.

A/N :

Hy readers! Ini FF pertamaku dengan pairing TaeMin dari boyband SPEED, mungkin FF ini masih nggak terlalu bagus, tapi aku suka. Kalau kalian tertarik coba kepoin boyband dan membernya. Mereka keren-keren lho… :D

Soalnya aku lagi ngefans banget ama Sungmin dan Taewoon, soalnya Sungmin mirip ama Zelo hehehehe… udah tinggi, ganteng, pinter nge-dance dan nge-rap, marganya juga sama lagi

Jadi untuk para Deeps yang galau karena jarang nemu FF Speed, jangan khawatir, aku akan melestarika FF speed mulai sekarang :D

Dan Terimakasih untuk support dan dukungannya, dan kuharap kalian masih kepo dengan FF ini. Aslinya FF ini One Shot, tapi ternyata aku ngetik sampe 50 halaman, jadi kayaknya bakal ada sampe 3 chapter ^^

Untuk yang mau contact atau mau Tanya-tanya ke aku, bisa sms ke nomorku [08976447225]

Mind to Riview?