Seconds
Summary: Setiap detik adalah waktu yang berharga. Sayang, setiap detik itu pula terbuang sia-sia.
Disclaimer: Punya Hiromu Arakawa yaa~
Setiap detik. Detik berarapun. Pasti akan selalu terbayang dirimu.
Dirimu?
Letnan Riza terbangun dari tidurnya. Detik berikutnya ia segera menuju kamar mandi. Dengan gesit dibasuh tubuhnya dan menyiapkan sarapan pagi.
Detik selanjutnya, dirinya telah siap menuju kantor. Ketika kaki mulai melangkah, jantung berdegup semakin keras. Ia akan segera bertemu dengan atasan yang dikaguminya.
Orang yang setiap detik lewat di pikirannya.
Ketika membuka pintu, hanya ada Falman yang sedang asyik dengan dirinya sendiri. Letnan Riza terduduk di tempatnya, mulai menulis dan sesekali melirik jam.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik lewat. Tidak tampak juga atasannya. Tak mungkin ia terlambat lebih dari jam 9 pagi. Mengapa?
Lagi. Detik yang terbuang. Benar, bukan?
Hatinya gelisah. Pria itu tidak kunjung datang.
1, 2, 3, 4 detik. Kemana dirinya?
Jam terus mendelik, detik terus bergulir. Waktunya pulang. Lelaki itu tidak datang juga.
Sekali lagi, sungguh sia-sia.
Riza menatap anjingnya yang sedang asik menggoyangkan ekor. Dihampirinya telepon di samping sofa ruang tamu.
7891673413, telpon tidak ya?
Sungguh, terbuang sia-sia detik demi detik.
Sampai akhirnya pria itu datang, dengan wajah yang bahagia sekali, meletakkan sepucuk surat di meja kerja Riza, dan merayakan kebahagiannya dengan sebotol Vodka.
1, 2, 3. 1, 2, 3.
Detik jam menjadi pengiring air matanya. 100 ribu, ah tidak, 300 ribu detik telah terbuang? Entahlah. Gadis bermahkota pirang ini tidak yakin. Yang pasti, ia merasa menyesal telah menghabiskan detik-detik kehidupannya dengan tenggelam dalam kemunafikan cinta. Ingin rasanya ia mengulang waktu kehidupannya, menggunakan setiap detik kehidupannya dengan sebaik mungkin, agar hal semacam ini tidak terulang lagi. Penyesalan yang amat sangat semakin tumbuh di dalam hatinya. Dada sudah sesak, mata sudah panas, namun apa daya ia harus berbahagia.
"Selamat menempuh hidup baru, Sir!" ujar wanita itu lirih, dan segera pergi ke toilet, menghapus air matanya dan kembali bekerja walau dengan hati yang perih.
10 detik.
"Ayo, saya temani."
"Terimakasih, Letnan!" senyum lelaki itu ramah, berdiri bersisian disamping Riza dan dengan penuh kebahagiaan menyebut sumpah janji setia dan…
Riza telah pergi dari tempatnya.
Detik jam terus bergulir. Ingin rasanya waktu diulang kembali. Menangis, menerima fakta.
Fakta kalau itu hanyalah mimpi Letnan Riza Hawkeye semata.
pendek ya? ._.
RnR dong~? #plak
