Art of Love

.

.

.

Present by

Hiname Titania

Disclaimer

Naruto and the characters belongs to Masashi Kishimoto.

Warnings

AU, typo(s), OOC maybe, etc.

Don't like don't read.

.

.

Chapter 1 : The Beginning

69


Kota Tokyo terlihat begitu sibuk, seperti Hinata. Hari ini jadwalnya padat sekali, pagi-pagi dia harus pergi ke kantor untuk menandatangani kontrak-kontrak dengan perusahaan lain. Kemudian siang hari, dia ada meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Dan malam hari, dia harus datang ke acara anniversary keluarga Uchiha. Wah, memikirkannya saja sudah sangat mumet dan cape, tapi inilah hidup yang harus di jalaninya. Dengan begini dia akan membuat ayah tercintanya bangga meskipun jadi pembisnis bukanlah keinginannya, tapi dia sudah terbiasa karena dari kecil dia sudah di latih untuk menjadi pewaris utama keluarga Hyuugakeluarga yang terkenal dengan kehebatannya dalam berbisnis. Selain kehebatan dalam berbisinis, keluarga Hyuuga juga sangat terkenal akan kekayaannya dan termasuk dalam jajaran lima besar keluarga elit yang berada di Jepang.

"Hinata-sama." Salah satu asistennya menghampirinya.

"Ya, Ayame-san," sahutnya lembut, meskipun dia seorang bos, dia selalu bersikap ramah terhadap karyawan-karyawannya dan juga memperlakukan karyawan-karyawannya bukan seperti bawahan melainkan seperti seorang rekan kerja yang saling menghormati. Di balik sifat lembut dan ramah-tamahnya, dia juga memiliki sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin cerdas, berwibawa, tenang, bertanggung jawab, dan tegas. Hal ini membuat para karyawan sangat menghormatinya.

"Setelah melakukan meeting, malam harinya anda harus datang ke acara perayaan anniversery keluarga Uchiha," ujar asisten pribadinya.

Hinata mengangguk tanda mengerti, meskipun tubuhnya sudah sangat lelah karena aktivitasnya seharian ini dia tidak boleh menunjukannya. Dia harus menampilkan penampilan terbaik yang menunjukan martabat keluarga Hyuuga yang berwibawa.

Malam harinya designer-nya telah menyiapkan gaun panjang yang sangat indah untuknya. Model gaunnya itu sedikit berani karena bagian punggungnya terekpos sampai pinggang. Gaun itu berwarna purple dark dengan beberapa manik-manik diamond yang berkilau indah di sekitar dadanya. Hinata menyukai gaun itu karena terkesan elegan. Rambutnya dia sanggul dengan model yang sesuai untuk gaunnya itu. Seperti biasa, dia harus terlihat cantik dan menawan demi nama keluarganya.

69


Hinata turun dari limousine putihnya bersama sang ayah yang terlihat gagah dengan jas yang dikenakannya. Mereka berjalan beriringan, sorot lampu kamera langsung menyambut kedatangan mereka. Tdak heran jika acara keluarga Uchiha ini menjadi sorotan dan banyak sekali wartawan-wartawan yang datang. Kalian perlu mengetahui kalau keluarga Uchiha ini juga termasuk dalam daftar lima besar keluarga elit di Jepang, bahkan acaranya ini di laksanakan di salah satu hotel termewah di Jepang milik mereka. Hotel yang sudah biasa menjadi tempat menginap Presiden Amerika jika sedang berkunjung ke Jepang. Keluarga Uchiha itu seperti keluarga Hyuuga sama-sama kaya-raya dan terkenal.

Hinata memasuki Hotel tersebut, matanya di sambut dengan pemandangan yang luar biasa hebat dan memukau. Kesan mewah tidak pernah hilang dari pikirannya, dekorasi ruangan yang menakjubkan dan juga cantik, lalu dessert-dessert yang terlihat sangat lezat dan tersusun rapi. Hinata saja yang sudah terbiasa dengan segala kemewahan duniawi masih bisa berdecak kagum karena karya-karya para ahli yang di sajikan untuk memanjakan para tamu undangan.

Matanya berkeliling, sudah banyak orang yang datang. Masing-masing tamu mengenakan pakaian yang istimewa dan terbuat dari tangan-tangan designer ternama. Semuanya terlihat berkelas. Hinata masih diliputi rasa kagum meskipun acara-acara seperti ini sudah biasa dihadiri olehnya.

Di pusat ruangan terletak sebuah kue yang bertingkat-tingkat dengan hiasan-hiasan kue yang memperindah penampilan kue tersebut . Di atasnya terdapat lilin-lilin berbentuk angka 25, dia tau itu adalah kue utama yang menunjukan usia pernikahan pasangan Uchiha yang mengadakan perayaan mewah ini.

Hinata dan ayahnya menghampiri kedua pasangan yang mempunyai hajatan tersebut, pasangan tersebut terlihat sangat serasi. Uchiha Fugaku yang merupakan CEO dari Uchiha Groups terlihat sangat berwibawa dan di sebelahnya berdiri Uchiha Mikoto istri dari Uchiha Fugaku yang tampil dengan gaun yang sangat indah membuatnya terlihat sangat cantik dan anggun. Hinata menatap kagum pasangan tersebut, ingin rasanya seperti mereka.

"Hiashi, senang kau akhirnya datang juga," ungkap Uchiha Fugaku lalu memeluk ayahnya sebagai sambutan. Ayahnya menganguk kecil dan tersenyum sambil membalas pelukan lelaki tersebut

"Hinata-chan! Kau sudah besar rupanya, semakin cantik pula calon menantuku ini," tutur Uchiha Mikoto bersemangat. Perkataan wanita cantik tersebut sukses membuat Hinata tersipu malu.

Dia segera memberikan kado ulang tahun pernikahan ke wanita cantik itu, Mikoto menerimanya dengan senang hati, lalu memeluknya dengan sangat erat.

Dia dan Mikoto terbilang sudah sangat dekat karena melihat Mikoto dia seperti melihat ibunya sendiri yang sudah lama tiada. Mereka sudah lebih dari tiga tahun tidak bertemu karena Hinata harus meneruskan sekolahnya di Inggris dan hari ini adalah hari pertama mereka bertemu kembali. Jadi, tidak heran jika Mikoto berkata sudah lama tidak bertemu padanya. Sejak kedekatan mereka itu pula, Mikoto selalu memanggilnya calon menantunya dan selalu berusaha menjodohkannya dengan salah satu anaknya yang sedang bersekolah di Amerika Serikat bernama Uchiha Sasuke. Hinata sendiri suka merasa malu jika sudah di panggil seperti itu karena pada dasarnya dia tidak dekat dengan anaknya itu, berbicara saja tidak pernah, terakhir kali melihatnya pun ketika dia masih berumur 12 tahun dan sekarang dia sudah berumur 21 tahun.

Jujur, dia kadang merasa risih jika disebut seperti itu. Untungnya ketika Mikoto memanggilnya sebagai calon menantunya, anaknya tidak pernah ada untuk mendengar.

Setelah mengobrol-ngobrol menghilangkan rasa rindu, akhirnya kedua pasangan tersebut berjalan ke pusat ruangan tempat kue bertingkat itu berada. Uchiha Fugaku mengangkat sebuah gelas berisi anggur merah meminta perhatian para tamu undangan.

"Terima kasih untuk kedatangan kalian semua yang telah menyempatkan waktu kalian untuk menghadiri perayaan pernikahan kami yang ke 25 tahun ini," ujarnya. "Di hari yang berbahagia ini, saya juga ingin mengumumkan kabar gembira menegenai pewaris utama keluarga Uchiha."

Suasana ballroom seketika riuh dengan para tamu undangan yang sibuk menerka-nerka calon pewris dari harta yang luar biasa banyaknya ini, tak terkecuali Hinata.

"Kemarilah Sasuke ..." panggil Uchiha Fugaku kemudian melirik ke kanan ruangan menunggu orang yang dipanggilnya mendekat.

Suasana ballroom yang semula ricuh kini hening ketika sosok yang di panggil Uchiha Fugaku tersebut menampakan diri dengan segala aura khas Uchiha-nya. Kehadirannya menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan. Selain karena dia yang telah di panggil oleh Fugaku, kenyataan bahwa dia adalah seorang pemuda yang sangat tampan menambah daya tarik para tamu untuk terus memperhatikannya. Penampilannya yang gagah dengan setelan tuxedo-nya juga membuat setiap pasang mata sulit untuk berhenti melihatnya.

"Nah, pewarisnya adalah Uchiha Sasuke, putra saya yang baru saja menyelesaikan studi S3-nya di Amerika," ujar Uchiha Fugaku bangga.

Tepuk tangan para tamu undangan memenuhi ruangan luas tersebut. Fugaku kemudian mempersilahkan anaknya itu untuk menjelaskan visi dan misinya untuk perusahaannya tersebut.

Hinata yakin setiap wanita yang melihatnya akan terkagum-kagum padanya. Mata amethyst-nya memperhatikan setiap gerak-gerik yang di lakukan pria yang menjadi pusat perhatian itu. Sikapnya saat berbicara menunjukan status dan pendidikannya yang tinggi. Suara baritone-nya menambah kesan wibawanya. Bisa dikatakan Uchiha Sasuke adalah lelaki yang sempurna. Setelah puas memperhatikan pria tersebut, Hinata mengalihkan pandangannya ke arah Uchiha Mikotoyang ternyata sedang melihat ke arahnyamata mereka bertemu, kemudian Uchiha Mikoto mengerlingkan mata kirinya padanya penuh arti.

'Apa?'

—69—


"Sasuke-kun kenalkan ini Hinata-chan," ujar Mikoto dengan antusias.

Hinata tersenyum ragu pada pria di hadapannya ini, pria itu tak berekspresi dan hanya menatapnya dingin. Dia jadi ragu apakah dia harus mengulurkan tangannya atau tidak.

"Hn."

"Sasuke-kun!" Mikoto menatap mata anak kesayangannya itu dengan galak.

Sasuke mengerti dengan tatapan ibunya itu. Dia segera mengulurkan tangannya kepada Hinata dan dia menerima uluran tangan Sasuke tersebut.

"Sasuke."

"Hinata," balasnya sambil tersenyum tipis pada Sasuke. Setelah itu, masing-masing melepaskan genggaman tangan antara satu sama lain. Jujur, Hinata merasa sangat canggung dengan pria di hadapannya ini.

"Nah, kalian berdua sekarang sudah saling kenal, ibu pergi dulu! Sasuke-kun jaga calon menantuku ini ya," pinta Mikoto riang dan secepat kilat wanita itu pergi meninggalkan mereka berdua.

Untuk beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka berdua sampai akhirnya Hinata memutuskan untuk berbicara terlebih dahulu.

"A-Ano... jangan salah paham, U-Uchiha-san," ujar Hinata, dia tidak ingin di bilang cewek gatal yang memohon-mohon pada ibu sorang pria untuk di kenalkan dengan anak prianya dan di jadikan sebagai menantunya. Hinata masih punya harga diri.

"Tenang saja, kau tak perlu khawatir." Hinata bernafas lega mendengarnya, Sasuke melanjutkan kalimatnya. "Kau bukan tipeku."

Bletar!

Seperti ada sebuah petir yang baru saja menyambar tepat ke ulu hatinya, kata-kata Sasuke membuat darahnya mendidih. Tampan sih tampan tapi mulutnya itu benar-benar pedas.

"Be-Begitu ya, syukurlah, kau juga bukan tipeku. Uchiha-san," balas Hinata tidak mau kalah, memangnya hanya pria dingin yang betampang sok ini yang bisa berkata pedas dia juga bisa. Dunia bisnis yang sudah lebih dari setahun ini menjadi makananya telah mengajarkannya bagaimana caranya berargumen.

"Maaf ,bukannya saya tidak ingin berbincang-bincang dengan anda lagi, tapi sudah waktunya saya pergi. Saya mohon undur diri," tutur Hinata kemudian sengaja menggunakan bahasa formal. Dia berusaha menyingkirkan emosi amarahnya, bagaimana pun juga dia adalah seorang Hyuuga yang harus menjaga image-nya dimana pun dan kapan pun.

"Silahkan, Nona," balas Sasuke dingin dan tak kalah formal.

Untuk kedua kalinya Hinata merasa di tampar di bagian hatinya, dia merasa sangat tidak di-ingin-kan. Seperti seekor serangga pengganggu dan itu membuat hatinya tersinggung, harga dirinya terluka. Untuk pertama kalinya ada pria yang terang-terangan tidak tertarik padanya, bukannya sombong tetapi Hinata yang pada dasarnya dari keluarga Hyuuga memang selalu di hormati dan di hargai tak pernah ada yang memperlakukannya seperti sampah. Dan sikap Sasuke kepadanya seperti pukulan telak tepat ke hatinya.

Hinata akhirnya pergi meninggalkan pria bermarga Uchiha itu, tak sedikit pun memberikan senyuman yang biasanya selau dia berikan dengan mudahnya. Kali ini Hyuuga Hinata benar-benar murka.

Seandainya saja Hinata membalikkan tubuhnya dia akan melihat senyuman kecil yang terhias dari bibir tipis Uchiha Sasuke.

—69—


Sudah dua bulan berlalu semenjak dia bertemu dengan pria dingin bernama Uchiha Sasuke. Setelah kejadian itu, selama satu minggu lebih dia jadi gampang naik darah bahkan karyawan-karyawannya saja sampai heran dengan tingkah laku bosnya itu. Untungnya setelah beberapa kali melakukan refreshing penyakit darah tingginya pergi juga. Untunglah Hinata kembali menjadi dirinya yang baik hati dan ramah terkecuali untuk satu orang bernama Uchiha Sasuke. Dia sudah beberapa kali bertemu dengan pria itu karena urusan bisnis, bagaimanapun juga pria itu adalah pemilik baru perusahaan Uchiha Groups rekan yang sangat menguntungkan untuk melakukan bisnis bersama. Karena itulah, Hinata tidak bisa menghindar untuk tidak bertemu dengan wajahnya yang sok itu, tetapi dia sedikit berbeda ketika memperlakukan pria bermarga Uchiha itu. Bisa dibilang cukup judes dan ketus untuk ukuran Hinata yang biasanya ramah-tamah pada siapa saja .

Hari ini adalah Hari Minggu, dia menggunakan hari liburnya ini untuk bersantai ria. Sekarang, dia sedang luluran di salah satu salon terkenal milik temannya. Pijitan demi pijitan dia nikmati hampir rasa kantuk menguasainya jika saja tidak ada suara dering ponselnya. Tangannya segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di meja samping tempatnya di pijit.

"Moshi-moshi?" jawbanya , tak mengecek terlebih dahulu siapakah yang menelponnya.

"Hinata-chan!" Suara seorang wanita yang sangat familiar untuknya menyambutnya.

"Ah, Mikoto-san!" Senyuman merekah di bibirnya kala menyadari orang yang menelponnya itu.

"Hinata-chan, bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja Mikoto-san, bagaimana dengan keadaan Mikoto-san sendiri?"

"Baik. Hinata-chan, kapan kamu akan berkunjung ke rumah tante lagi? Tante sudah rindu sekali denganmu."

Perasaan hangat menjalar di hatinya. Dia sangat senang dengan perhatian yang selalu diberikan wanita cantik itu kepadanya, mengingatkannya pada sosok ibunya yang sudah tiada.

"Hmm, maaf Mikoto-san akhir-akhir ini pekerjaan di kantor padat sekali, aku jadi tak sempat berkunjung ke rumah Mikoto-san," jawabnya menyesal, dia merasa berdosa karena sudah lama tidak mengunjungi wanita yang sudah di anggapnya ibunya sendiri itu. Dia juga sangat merindukan wanita tersebut.

"Kalau begitu, malam ini kamu makan malam di rumah tante saja ya, ya, ya, Hinata-chan?" rayunya.

"Tapi..."

Tapi, aku malas bertemu dengan anak tante yang dingin itu.

"Sudahlah Hinata-chan tidak ada tapi-tapian oke, tante tunggu kamu malam ini. Jaa ne." Sambungan telpon telah di putus. Kalau begini mau tidak mau Hinata tidak bisa menolak ajakannya.

—69


Malam harinya, dia sudah berada di depan pintu rumah mewah keluarga Uchiha dengan mengenakan mantel panjang bewarna biru. Sepatu berhak tipis dikenakannya malam ini, sedangkan rambutnya di biarkan tergerai dengan indah.

Dia hendak menekan bel pintu ketika seseorang terlebih dahulu membukakan pintu tersebut. Uchiha Mikoto keluar dari balik pintu dan menyambutnya hangat.

"Hinata-chan, ayo masuk! tante sudah memasakan masakan kesukaanmu loh," ujarnya riang.

Hinata tersenyum ramah, dan hatinya tersanjung ketika mendengar wanita tersebut membuatkan makanan kesukaannya.

Di ruang makan telah duduk Uchiha Fugaku yang tersenyum ramah padanya dan Uchiha Sasuke yang sedingin es seperti biasa. Namun, kali ini ada yang berbeda dari Sasuke, biasanya dia mengenakan jas dan kemeja, tetapi malam ini dia hanya mengenakan sebuah kaos bewarna biru dan celana panjang baju rumahan pada umumnya. Dia terlihat santai dan Hinata harus memuji pria ini memang mempesona mengenakan apapun. Tanpa dia ketahui Sasuke juga tengah memperhatikannya ketika akhirnya mata mereka berdua bertemu pandang. Hinata segera mengalihkan pendangannya karena salah tingkah tanpa disadari pipinya telah merona merah dan jantungnya berdetak begitu cepat.

'Ada apa denganku?' Batinnya, dia mengatur nafasnya dan berusaha agar terlihat normal, sampai matanya menangkap senyuman tipis Sasuke.

'Apa dia menertawakanku?' batinnya lagi.

"Silahkan duduk, Hinata-chan." Mikoto mempersilahkannya duduk dekat dengannya, sedangkan Sasuke berada di sebrangnya.

"Terima kasih," sahut Hinata seraya tersenyum ramah pada Mikoto.

Mikoto pun duduk di kursinya, Hinata memperhatikan makanan-makanan yang tersaji di hadapannya. Benar saja, di sana terdapat makanan-makanan kesukaannya seperti cinammons rolls dan zenzai.

Hinata jadi bersemangat untuk memakannya.

Semua orang mulai memakan makanan, Mikoto pun memberikan tawaran-tawaran makanan kepadanya. Hinata menerimanya dengan senang hati.

"Ittadakimassu," ujarnya lalu mulai melahap makanannya dengan senyuman yang mereka cantik di bibirnya.

Setelah selesai acara makan malam, mereka semua berkumpul di salah satu ruangan keluarga Uchiha, Hinata juga ikut bergabung karena Mikoto memintanya. Cukup lama waktu dia habiskan mengobrol bersama Mikoto, tetapi tak jarang dia mencuri pandang ke arah Sasuke yang terlihat asyik menonton televisi. Sasuke tak melihatnya sedetik pun, apakah di mata Sasuke dia tak semenarik itu, apa dia benar-benar jelek ?

Mikoto melihat raut sedih dari wajah Hinata. "Ada apa, kamu sakit?"

Hinata menggelengkan kepalanya, dan tersenyum berharap Mikoto tak mencemaskannya lagi.

"Ayah lihat! Hinata-chan dan Sasuke-kun mengenakan baju yang bewarna sama! Mereka terlihat cocok, ya!" ujar Mikoto meminta pendapat suaminya yang tengah asik membaca koran.

Kontan saja wajah Hinata memerah, dia sangat malu. Ya ampuun, rasanya dia sangat ingin menutupi wajahnya dengan keresek. Pasti wajahnya sekarang sudah semerah tomat!

Ampun deh Mikoto-san!

"Kau benar, mereka berdua sangat cocok," timpal Fugaku. Hinata tidak menyangka kalau Fugaku juga ikut-ikutan menggoda mereka berdua. Dan Sasuke? Hinata tidak berani melihat wajah Sasuke sekarang.

"A-Aku sebaiknya pulang, sudah malam. Selamat malam, Mikoto-san, Fugaku-san, U-Uchiha-san," tutur Hinata, lalu, berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.

Mikoto langsung mengejar Hinata dan mencegahnya pulang, "Hinata-chan, seorang wanita cantik seperti kamu tidak boleh pulang sendirian, apalagi malam hari."

"Tidak apa-apa kok! Aku bisa pulang sendiri," elaknya cepat.

"Tetap saja tante tidak mau terjadi apa-apa denganmu nantinya, biar Sasuke-kun mengantarmu pulang saja, ya."

APA?

"T-Tidak! Tidak usah, sungguh! Aku tidak ingin merepotkan, Mikoto-san," ucapnya panik, diantar Sasuke? No way. Dia tidak mau memiliki hutang budi pada pria dingin itu.

"Tidak apa-apa kok. Sasuke-kun!" panggilnya.

Beberapa detik kemudian Sasuke muncul dengan malas-malasan, berjalan mendekatinya, memegang tangannya, dan menyeretnya pergi.

Mikoto menatap mereka berdua dengan senyuman bahagianya ,"Lihatlah anak kita sudah besar," ujarnya kepada suaminya yang sudah berada di sampingnya.

Fugaku mengangguk.

"Aku berharap mereka segera menikah dan memberiku banyak cucu," lanjutnya, yang di sambut dengan anggukan setuju dari Uchiha Fugaku.

—69—


Sudah lebih dari sepuluh menit semenjak mereka keluar dari kediaman Uchiha. Hinata duduk terdiam di mobil sport milik Sasuke tak berani mengeluarkan suaranya. Sasuke pasti kesal padanya sekarang, lagipula mengapa tadi dia menyuruh supirnya untuk pergi setelah mengantarnya ke kediaman Uchiha. Seandainya saja supirnya tadi dia minta untuk menunggunya, sekarang dia tidak mungkin duduk di mobil Sasuke dengan perasaan tak nyaman seperti ini. Namun cara Sasuke tadi menyeretnya masuk ke mobilnya benar-benar tidak lembut dan menyebalkan. Dia bisa masuk ke dalam mobilnya tanpa perlu seretan seperti tadi.

"Maaf," ucap Sasuke tiba-tiba.

Hinata yang sibuk dengan pikirannya terkejut mendengar ucapan Sasuke tersebut. Dia tidak pernah menyangka kata tersebut berada di kamus bahasa seorang Uchiha Sasuke.

"Untuk apa?" tanya Hinata bingung.

"Yah... kau tau orang tuaku, terutama ibuku," lanjutnya. "Ibuku memang seperti itu. Dari dulu dia sangat menginginkan anak perempuan."

"Maaf karena telah merepotkanmu," tuturnya

Baru pertama kali dia melihat Uchiha Sasuke yang biasanya dingin, kini seperti es yang mulai mencair.

"T-Tak apa-apa, aku tak keberatan di buat repot oleh ibumu, malah aku sendiri sangat senang karena Mikoto-san sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Jadi, kau tak perlu khawatir. "

"Baguslah kalau begitu, tapi kau jangan kegeeran ya," lanjut Sasuke membuat Hinata yang tadinya mulai berubah pikirannya tentang Sasuke menjadi menghapusnya kembali ketika mendengar kata kegeeran.

"Kegeeran karena apa?" tanya Hinata ketus.

"Kalau kau sudah mendapat restu dari ibuku bukan berarti kau akan menjadi istriku," tuturnya menatap lurus ke depan.

"Tenang saja. Aku tak akan pernah menyukaimu, Uchiha Sasuke," jawab Hinata sedikit judes.

Siapa yang akan menyukai pria yang tidak sopan, berbicara lancang, tidak berperasaan, jahat, seksi sepertinya? Tidak akan pernah!

.

.

To be continued...

—69—


A/N : Bagaimana menurut kalian fic ini? Saya berharap para readers menyukainya! Amin!

EDITED: 30.06.2014