PROLOG
Title : SING FOR YOU
Main Cast : Chanyeol, Baekhyun, Sehun, Luhan and other EXO member
Pairing : ChanBaek, ChanLu, HunHan
Genre : Angst, Hurt-Comfort, Romance
Length : Chaptered
Warning! CHANBAEK GS YANG GAK SUKA GAK USAH BACA
.
.
SUMMARY : Baekhyun tidak menginginkan semua ini tejadi, tapi takdir yang mempertemukan mereka dan hanya mengisi hati disalah satu sisi, andai Baekhyun bisa, dia takkan menginginkan rasa yang membuatnya menjadi orang yang jahat, untuk yang pertama dan terakhir dalam hidupnya, Baekhyun ingin dihati itu ada dirinya, bukan orang ini adalah hadiah terindah dalam hidup Baekhyun, walau juga memberinya sebuah luka baru dibalik kebahagiaan yang dia miliki. Melalui musiklah Baekhyun mengungkapkan perasaannya, melalui rangkaian nada yang terangkai menjadi sebuah lagu.
"Untuk sekali ini saja Tuhan, biarkanlah aku menjadi egois"
.
.
.
Annyeong ini ff-ku pertama yang aku publish! Jadi maaf kalo cerita gak jelas, typo bertebaran T.T udah deh Happy reading aja!
.
.
.
##Happy Reading!##
.
.
.
Lorong yang sunyi dan senyap, kegelapan tanpa cahaya, seorang gadis ada diujung, berjalan lemah seorang diri. Sementara hanya suara jam dinding yang menemani. Tangan pucat itu gemetar menyentuh dinginnya pegangan tangga, susah payah menaikkan kaki demi kaki, untuk mencapai atas, tempat yang mungkin akan menjadi akhir hidupnya. Dinginnya angin malam tak menghentikan langkah kecil itu. Hingga ia sampai, berdiri seorang diri di tepi atap rumah sakit setinggi dua puluh kaki. Membiarkan angin dingin membuat tubuhnya bergetar, memberikan sensasi dingin luar biasa dikulit pucat yang ia ada akhir bahagia untuk hidup singkatnya ini? Akankah orang itu menangis ketika nafasnya berhenti nanti? Dengan mata terpejam gadis itu menghirup oksigen dalam-dalam, hal yang mungkin takkan bisa ia lakukan lagi setelahnya. Melangkah dengan gemetar, gadis itu kini sampai dibibir atap, selangkah lagi semuanya akan berakhir, hidupnya yang tak beguna akan berakhir.
Jangan takut Baekhyun
"tap.."
"Baekhyun!"
"Kenapa hidup sungguh memuakkan"
.
.
.
****SING FOR YOU****
.
.
Seorang gadis berambut panjang berwarna coklat madu berlari dengan tergesa-gesa, menembus kerumunan orang-orang yang berlalu lalang, mengucap sumpah serapah ketika gadis bernama Byun Baekhyun itu menabrak mereka. Baekhyun memacu langkahnya, sesekali melirik alroji yang terus berputar hingga mendekati angka tujuh. Jam tujuh nanti kelasnya akan dimulai, dan Baekhyun harus segera sampai di Fakultas Seni tempat ia menimba ilmu.
Baekhyun merutuki dirinya yang bangun kesiangan hanya karena memikirkan film sialan berjudul Titanic yang ia tonton semalam. Entah kenapa film itu selalu membuatnya tidak bisa tertidur karena memikirkan pasangan tragis dalam cerita itu, membuatnya menangis terharu, membayangankan Rose adalah dirinya. Andai saja begitu, andai saja ada pria yang mencintainya begitu dalam hingga mau berkorban untuk hidupnya. Dengan memikirkannya saja membuat hati Baekhyun kembali tersentuh.
Oh ayolah Baekhyun, itu hanya sebuah film, kau harus berhenti memikirkannya atau akan membunuhmu.
"tiin tiin!"
"Ah maafkan saya, maafkan saya" Ucap Baekhyun terengah engah ketika sebuah mobil hampir menabraknya ketika ia menyebrang di perempatan.
Membungkuk dua kali, Baekhyun kembali berlari, waktunya hanya tinggal tiga menit dan ia harus segera sampai. Bernapas lega ketika ia memasuki area kampus, namun Baekhyun tak memelankan langkah kakinya. Kaki yang sialnya berukuran mungil itu berlari dengan langkah lebar lebar, hingga si pemilik tak memperhatikan sekitarnya, barulah ketika akan berbelok tiba tiba...
"Brukk!"
Baekhyun mendongak, bersitatap dengan pemuda tinggi bermata hitam kelam, dengan rambut berwarna coklat lebih gelap dari rambut Baekhyun. Pemuda yang baru saja ia tabrak. Pemuda itu tersenyum manis. Membuat hati Baekhyun bersorak dan berpikir untuk pura-pura pingsan saat itu juga. Andai saja wajah murka tak terbayang saat itu, mungkin Baekhyun sudah melakukan apa yang ia pikirkan.
"Lain kali hati-hati Byun Baekhyun'
Oh tidak jangan sekarang.
"M-maaf Chanyeol-ssi, aku sedang terburu-buru" ucap Baekhyun terbata-bata, memungut buku-bukunya yang terjatuh ditanah.
Chanyeol ikut berjongkok, membantu Baekhyun memunguti bukunya, menatap Baekhyun dengan menyunggingkan senyum manis yang bisa membuat siapapun jatuh hati. Baekhyun menghindari kontak mata dengan Chanyeol, karena bagaimanapun juga hatinya berdegup sangat kencang, mungkin ini gila, tapi Baekhyun adalah gadis yang diam-diam menyukai Chanyeol dari jauh, mejadi pengagumnya dalam diam.
Ya, Baekhyun mencintai Park Chanyeol sejak lama. Ketika Baekhyun asik sendiri dengan pikirannya, matanya tanpa sengaja melirik alroji yang menunjukkan angka tujuh lebih tiga menit. Mata sipit Baekhyun membola, segera ia bangkit dan berlari secepat-cepatnya. Meninggalkan Chanyeol yang menatapnya keheranan, dengan buku Baekhyun ditangannya.
"Byun Baekhyun bukumu!" Teriak Chanyeol, namun Baekhyun sudah menghilang dari pandangan.
Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepala. Menatap buku yang kini ada ditangannya. Sebuah novel usang dengan judul Gone With The Wind . Chanyeol tersenyum mengamati buku itu.
"Akan kukembalikan nanti"
.
.
.
****SING FOR YOU****
.
Hari sudah sore ketika Baekhyun melangkah kecil dari gerbang kampusnya. Jalanan tergenang air karena tadi siang kota Seoul diguyur hujan, membuat noda coklat tercetak disepatu biru yang Baekhyun kenakan. Baekhyun menggembungkan pipinya, merasa bosan karena tadi pagi mendapat sarapan berupa sumpah serapah dari yang menyebalkan, dosen itu terlalu disiplin, dan jujur saja Baekhyun tak menyukai kedisiplinan.
Baekhyun teringat pertemuannya dengan Park Chanyeol tadi pagi, membuatnya menyunggingkan senyum diam-diam. Ini sudah terjadi sejak pertemuan pertamanya dengan pemuda itu, ketika pertama kali Baekhyun dikerjai kakak kelasnya di SMA dengan menyuruh Baekhyun memberikan setangakai bunga kepada ketua tim basket yang sangat tampan dan ramah, Park Chanyeol. Sejak saat itu Baekhyun mulai bergabung dengan 'Park Chanyeol Fansclub' tempat para penggemar Chanyeol berkumpul.
Kebanyakan dari mereka mengidolakan wajah tampan yang Park Chanyeol miliki, atau kecerdasan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Tapi perasaan Baekhyun tidak seperti itu, perasaan Baekhyun terhadap Chanyeol berbeda. Bukan mengidolakan karena kelebihan yang ia miliki, ia menyukai Chanyeol apa adanya. Sulit bagi Baekhyun menerima perasaan itu dulu, karena jujur ia mengakui, banyak gadis penggemar Chanyeol yang lebih sempurna darinya, tapi lambat laun Baekhyun mulai terbiasa dengan perasaan itu. Chanyeol adalah mahasiswa jurusan Hukum, sedangkan Baekhyun adalah mahasiswa jurusan Seni.
Baekhyun duduk di halte terdekat ditepi jalan, menunggu bus yang lewat dan membawanya pulang. Air dari kanopi dedaunan menetes dan membuat anak poni Baekhyun basah karenanya. Udara masih terasa amat dingin walaupun matahari sudah menyibak awan gelap dilangit, bahkan kepulan udara mengepul tiap Baekhyun membuang napas. Tentu saja dibalik hujan pasti ada pelangi bukan? Gadis itu mengamati orang orang yang berlalu lalang di jalan raya.
"Byun Baekhyun!" Mendapati namanya dipanggil, gadis berkuncir itu menoleh. Matanya menangkap sosok tinggi jangkung yang sedang berlari kearahnya. Baekhyun terkesiap ketika pemuda itu duduk disampingnya, nampak begitu santai, menatap Baekhyun dan tersenyum ramah.
"Hai, sedang menunggu bus?"
Ya Tuhan kenapa dia menatapku seperti itu.
Baekhyun mengangguk."Hai" Sapa Baekhyun kaku.
Chanyeol beralih menatap jalanan didepan mereka dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya yang rupawan. Baekhyun mencuri pandang untuk menatapnya, kapan lagi ia bisa sedekat ini dengan pemuda yang slalu membuat hatinya meletup-letup. Berada didekatnya Baekhyun merasa nyaman. Baekhyun memangku tangannya dilutut, tanpa sadar bertopang dagu dan mengamati wajah Chanyeol lekat-lekat, wajah yang slalu ia impikan.
"Baekhyun?" Suara bass itu seakan memukul gendang telinga Baekhyun walau sang pengucap menyuarakannya dengan lembut."Kenapa menatapku seperti itu?"
Baekhyun menegakkan duduknya, mengusap-usap pahanya yang berbalut celana jeans hitam, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ini gila. Park Chanyeol memergokinya sedang menatap wajah pemuda itu.
"Ah, tidak" Jawab Baekhyun sambil tersenyum senormal mungkin.
"Ada yang salah dengan wajahku?"
"Tidak, aku hanya" Baekhyun menarik nafas, lalu membuangnya. "Ya begitulah" Chanyeol mengangguk, kembali menatap jalan raya.
Hening.
"Kau biasa naik bus?" Tanya Chanyeol.
"Hmm" Jawab Baekhyun. Chanyeol menangguk-anggukkan kepala."Tapi setiap hari Jumat aku dijemput" Lanjut Baekhyun, merutuki dirinya sendiri. Memangnya kau pikir Park Chanyeol akan peduli?
"Kenapa begitu?" Tanya Chanyeol lagi. Baekhyun merasa seperti sedang diwawancarai dalam acara "Cara anak kampus pulang kerumah". Yeah acara buatan Baekhyun sendiri tentunya.
"Karena hari itu ayahku tidak menjenguk ibu, jam besuk rumah sakit tutup jam tiga sore" Jawab Baekhyun seadanya, kembali menatap jalanan didepan mereka.
"Ibumu dirumah sakit? Sakit apa?" Tanya Chanyeol lagi, nampak mulai tertarik.
"Yeah, aku sendiri juga tak tau kepastian penyakit yang diderita ibuku, semuanya berawal dari kejadian itu" Baekhyun membuka cerita sementara Chanyeol mendengarkan baik baik. Kisah sedih bernamakan tragedi dimasa lalu."Pagi itu jalanan sangat ramai dan macet, wajar karena itu hari Senin, ayah dan ibuku bertengkar dan ibu memaksa ikut mengantarkanku ke sekolah. Mereka membawa pertengkaran sampai kedalam mobil, entahlah aku sendiri juga tak tau apa yang mereka pertengkarkan" Baekhyun mengambil jeda untuk menarik napas, butuh hati yang tagar untuk menceritakan kenangan itu"Mereka menurunkanku didepan gerbang sekolah, aku pikir semua akan baik baik saja karena mereka memang terkadang seperti itu, yeah namanya saja rumah tangga, pasti ada pertengkaran bukan? Tapi saat aku baru masuk kelas ponselku bergetar, aku mengangkatnya karena itu telepon dari nomor ayahku, aku mulai merasa ada yang tidak beres dan ternyata itu bukan ayah, ia adalah seseorang memberitahuku bahwa orangtuaku kecelakaan. Ayahku baik-baik saja, tapi ibuku tak sadarkan diri sejak itu. Kata dokter ia menderita lumpuh otak yang artinya ia akan koma untuk waktu yang sangat lama. Ayahku frustasi begitu juga denganku. Tak terasa peristiwa itu sudah hampir dua tahun" Baekhyun menarik napas, merasa sesak seperti sebuah benda tak kasat mata menghimpit rongga dadanya, mengingat apalagi menceritakan kenangan yang buruk itu tidak mudah, apalagi kenangan buruk itu tentang orang orang yang kau sayangi, Baekhyun melanjutkan karena sepertinya Chanyeol masih menunggu "Dan sejak itu ayahku selalu-"
"-Jangan diteruskan"Gumam Chanyeol, menatap iba pada Baekhyun yang sudah mulai berkaca-kaca"Maafkan aku"
"Untuk apa? Kau tak melakukan kesalahan apapun" Kata Baekhyun, mengelap hidungnya yang memerah.
"Karena telah mengingatkanmu, maafkan aku" Kata Chanyeol, merasa menyesal atas Baekhyun yang bersedih karenanya.
"Tidak apa-apa, aku baik baik saja Park Chanyeol"Timpal Baekhyun "Kenangan memang kadang membawa luka, tapi bukan berarti kita harus menyangkal kenangan itu".
Chanyeol terdiam. Mencerna kalimat yang baru saja Baekhyun ucapkan. Ia kemudian menoleh, menatap Baekhyun yang fokus memandang sudut jalan. Gadis itu mengharapkan kehadiran bus disana, kendaraan yang akan mengantarnya pulang. Mungkin untuk menjauh dari Chanyeol. Atau mungkin perasaan Chanyeol saja bahwa Byun Baekhyun selalu menghindarinya.
Suasana menjadi canggung ketika langit sore mulai kehilangan bola cahaya, digantikan langit kelabu yang menggelap. Lampu lampu mulai menyala, menerangi kota yang semakin gelap. Sementera dua insan masih setia duduk dalam diam menunggu bus datang disebuah halte yang sepi.
"Kau suka membaca buku klasik?" Tanya Chanyeol memecah keheningan.
Baekhyun menoleh"Bagaimana kau tau?"
"Kau meninggalkan bukumu tadi pagi" Chanyeol berujar, baru menyadari atau mungkin mengingat tujuannya menemui Baekhyun.
"Lebih tepatnya ketinggalan bukan meninggalkan" Kata Baekhyun, membuat Chanyeol terkekeh.
"Biar kukoreksi, Byun Baekhyun bukumu ketinggalan padaku tadi pagi" Ulang Chanyeol, Baekhyun tertawa. "Kau tau, pembicaraan kita terlalu serius"
"Kau yang terlalu serius Chanyeol" Baekhyun tertawa, membuat Chanyeol kesal sendiri."Sekarang, kembalikan bukuku" Pinta Baekhyun.
Chanyeol melepas tas ranselnya, mencari cari buku bersampul merah kepunyaan Baekhyun"Kau menyukai karya Margaret Mitchell?" Chanyeol bertanya, sembari mengeluarkan buku milik Baekhyun dari tasnya.
"Tidak, aku hanya menyukai Gone With The Wind" Jawab Baekhyun.
"Scarlett dan Ashley kan?"
"Kau juga menyukainya?" Tanya Baekhyun antusias.
"Tidak juga, aku pernah membuat referensinya saat lomba di SMA dulu" Ujar Chanyeol. Baekhyun mengangguk –anggukkan kepala.
"Tidak kusangka kau menyukai sastra" Baekhyun berpendapat.
"Tidak, sebenarnya aku benci hal hal semacam sastra, seni dan sejenisnya, itulah kelemahanku. Saat itu yang memaksaku untuk mengikuti lomba, bodohnya aku yang mau menurut, kau tau, aku ada diperingkat terakhir" Kata Chanyeol sambil tertawa, membuat Baekhyun ciut, kesukaan mereka berbeda.
"Kenapa harus membenci seni dan sastra? Seni adalah hal yang indah" Bela Baekhyun.
"Tentu saja karena kau mahasiswa jurusan Seni. Yah bukannya aku benci begitu, hanya saja mempelajari seni itu terlalu rumit, dan aku tak pernah menyukai seni apalagi musik, mungkin hanya gitar saja yang aku suka" Chanyeol berargumen. Baekhyun terdiam, menyadari bahwa banyak sekali hal hal yang tidak diketahuinya tentang pemuda yang ada disampingnya saat ini.
"Seni tidak rumit kalau kau mau mempelajarinya, aku suka musik, musik itu indah, melalui musik kau bisa menuangkan seluruh perasaanmu" Jelas Baekhyun, merasa tidak terima karena Chanyeol mengatakan bahwa seni itu rumit.
"Jadi kau mau mengajariku?" Goda Chanyeol membuat baekhyun tersipu.
"Jika kau mau"
"Tapi akan sulit sekali untuk mengajariku" Ujar Chanyeol.
"Terserah kau saja lah" Timpal Baekhyun.
"Kalau begitu buatlah lagu saja, lalu menyanyilah didepanku, dengan menggunakan gitar" Pinta Chanyeol.
"Tidak buruk" jawab Baekhyun."Tapi aku akan menyanyikannya saat waktu yang tepat"
"Maksudnya?" Tepat saat Chanyeol bertanya, sebuah bus merah berhenti didepan mereka. Beberapa orang turun dari bus. Baekhyun berdiri, menoleh pada Chanyeol yang masih duduk menatapnya.
"Kau tidak naik?" Tanya Baekhyun.
"Tidak, sebenarnya aku sedang menunggu seseorang" Chanyeol memeriksa alrojinya "dia akan segera datang" Sambung Chanyeol.
"Ya sudah, bukuku?"
"Ini" Chanyeol menyerahkan buku Baekhyun yang ada ditangannya.
"Sampai jumpa" Dan dengan itu Baekhyun masuk kedalam bus, meninggalkan Chanyeol yang duduk sendirian dan menoleh kesana kemari, nampak mencari keberadaan seseorang. Beakhyun memilih tempat duduk paling belakang disamping jendela. Baekhyun jadi penasaran sendiri tentang orang yang ditunggu Chanyeol.
Baekhyun memutar kepalanya, terus menatap Chanyeol dari kaca. Terlihat seorang gadis berambut hitam sebahu menghampiri Chanyeol, Baekhyun tak bisa melihat wajahnya karena gadis itu membelakanginya. Lalu Chanyeol terlihat berdiri, sepertinya mereka akan pergi kesuatu tempat.
Siapa gadis itu? Kemana mereka akan pergi?
Dan setelahnya Baekhyun tidak tahu apa yang mereka lakukan karena bus yang ia tumpangi membawanya semakin jauh. Menjauh dari Chanyeol dan si gadis berambut hitam yang membuat Baekhyun penasaran setengah mati.
.
.
TBC
.
.
.
Hahh ini baru prolognya aja makanya pendek banget, maaf ya buat typo dan cerita yang gak jelas gini, kalo banyak yang suka aku lanjut tapi kalo nggak ya end aja deh sampe disini wkwkwk. Sebenernya aku sukanya bikin ff Yaoi, tapi untuk awal aku buat GS aja ding ntar kalo yang suka ff ku banyak-njirr kepedean T.T- baru aku publish yang Yaoi. Review sangat dibutuhkan disini. Review yah? Kalian harus mengahargai karya orang lain dong karna review sangat dibutuhkan bagi pemula kayak saya T.T Yang siders gue doa'in gak dihargain juga karyanya sama orang lain.
