Hola Minna. saya datang dengan rate baru. masih uji coba. harap maklum kalau masih jelek. hehehe
My first rate M.
DISCLAIMER : TITE KUBO.
WARNING : OOC, AU, GAJE, MISSTYPO (maaf kalau ada kekurangan pengetikan)
ATTENTION : Fic ini adalah fiksi belaka, jika ada kesamaan atau kemiripan situasi dan cerita dengan fic lain atau cerita lain dalam bentuk apapun itu tidak disengaja.
.
.
.
"Ahhh! Ahh! Teruskan! Ayolah kau bisa lebih dari itu!"
Pria itu terus menekannya. Seolah tak ada habisnya. Memaksanya terus. Keadaan memang tak berjalan lancar.
Sesaat kemudian pria berambut cokelat itu melepaskan hasratnya. Dengan paksa, pria itu menarik rambut pendek gadis itu dan langsung memaksanya untuk kembali melakukan kegiatan lain.
Mereka terus melakukannya tanpa henti. Bahkan tanpa terasa airmata gadis itu mengalir dengan derasnya.
.
.
*KIN*
.
.
Setelah permainan menjijikan itu, gadis berambut hitam itu berlari masuk kedalam kamar mandi meninggalkan tuannya yang tengah tertidur lelap.
Gadis itu berlari kekloset dan memuntahkan apa yang sempat ditelannya tadi. Menjijikan.
Sangat!
Setelah mengeluarkan semuanya, gadis itu berkaca didepan cermin kamar mandi hotel itu. Meskipun dia tak sampai tidur, tapi kegiatan tadi benar-benar membuatnya kehilangan harga dirinya. Harga diri?
Masih bisakah dia mengatakan hal itu? Apanya yang harga diri?
Hidupnya sudah hancur selama ini. Apalagi yang bisa dia pertahankan? Dan harga diri?
Karena kesal, gadis itu meninju cermin kamar mandi itu. Membiarkan tangannya terluka.
Ya. Luka kecil ini sama sekali tak ada artinya. Tak pernah berarti malah. Apa artinya luka ini dengan arti harga dirinya?
Tiba-tiba dengan satu sentakan, pintu kamar mandi itu terbuka lebar. Lelaki yang kira-kira berumur 40 tahun itu belum tertidur. Dengan setengah mabuk, dia masih menatap liar gadis berambut hitam yang hanya membalut tubuhnya dengan sehelai kimono handuk itu. Gadis itu diam dan bersikap seolah tidak terjadi apapun.
" Kau belum selesai!" ujar pria itu sambil memandang penuh nafsu.
" Maaf tuan Aizen. Pekerjaanku memang hanya sampai disini. Bukankah syaratnya kita tidak melakukan hubungan seks." Ujar gadis itu.
" Kau seharusnya melakukannya. Bukankah itu memang tugasmu sebagai pelacur? Kau tak mungkin masih perawankan?" sindir pria bernama Aizen itu.
" Jaga ucapan tuan. Saya tidak punya alasan untuk melanjutkannya. Perjanjiannya memang seperti itu. Silahkan anda selesaikan administrasi kita sesuai syarat. Selamat malam." Gadis itu hendak meninggalkan pria itu. Tapi pria itu segera menarik lengan gadis itu untuk menciumnya dengan paksa dan berusaha membongkar kimono handuk gadis itu. Gadis itu memberontak. Tapi pria itu ternyata lebih kuat. Dan memang semua pria akan berubah jadi liar bila berada dalam urusan nafsu. Gadis itu mendorong tubuh yang bau alcohol itu menjauh darinya. Pria itu bahkan sudah lebih ganas lagi. Dia menggigit bibir gadis itu hingga berdarah dan mendorongnya jatuh kelantai hingga bedebam dengan keras. Gadis itu berusaha menjauh dari pria yang sudah mabuk oleh alcohol ini. Tubuh gadis itu kembali bergetar. Dengan bersusah payah, gadis itu menendang orang itu jatuh. Setelah menendangnya hingga terpelanting, gadis itu berlari kearah pintu keluar hotel. Pria itu masih nekat mengejar gadis itu. Hanya selebar kimono handuk itu yang menemani gadis itu pergi.
Disaat pelarian itu, gadis itu terjatuh dikoridor hotel yang sepi. Semuanya tampak remang. Ditambah lagi tidak ada siapapun. Kepalanya masih pusing karena jatuh bedebam yang keras tadi. Gadis itu berusaha bangun tapi tak bisa. Tubuhnya masih terlalu lemah karena pekerjaannya tadi.
Pria itu sudah menemukannya. Pria menyeramkan itu berjalan kearahnya dengan seringaian yang mengerikan.
Ketika pria itu akan tiba sebentar lagi didepan gadis itu, tiba-tiba seseorang langsung meninjunya dengan keras. Gadis itu tak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang meninju pelanggannya itu karena membelakanginya. Yang gadis itu lihat hanyalah rambut dengan warna yang aneh. Melihat kesempatan itu, gadis itu segera kabur dari tempat menyeramkan itu. Meskipun…
.
.
*KIN*
.
.
" Astaga Rukia! Apa yang terjadi denganmu?"
Gadis yang bernama Rukia itu hanya diam tak menanggapinya. Wanita yang berusia pertengahan 30 tahun itu menyambutnya dengan wajah khawatir. Bagaimana tidak. Gadis yang dipanggil Rukia itu datang dengan keadaan kacau. Bibirnya terluka, rambutnya acak-acak, tangannya berdarah dan pakaiannya… hanya sebuah kimono handuk.
" Bibi tidak perlu khawatir. Aku pesan taksi tadi. Tidak terjadi apapun." Sahut Rukia.
" Memang dengan taksinya tak apa-apa. Tapi apa yang terjadi sebelum itu? Apa kau bertengkar dengan pelangganmu lagi? Kulihat orang yang membawamu itu cukup menyeramkan. Apa yang dia lakukan?" tanya bibinya lagi.
" Itu sudah biasa." Lirih Rukia.
" Kalau kau tidak sanggup jangan memaksa. Kehidupan seperti kita ini memang berat. Kita hanyalah alat kepuasan saja. Tidak ada satupun yang menghargai kehidupan kita. Bagi mereka, kita hanya sampah saja. Tak punya kehidupan dan tak berhak dicintai. Tapi aku tak mau kau seperti itu, mengalami nasib yang sama denganku." Jelas wanita berambut ungu itu.
" Aku tahu bibi Yoruichi."
" Baiklah. Kau mandi saja. Mulai sekarang, kau tidak perlu melayani pelanggan sampai kehotel. Aku akan mengawasinya. Dan ya... obati dulu lukamu. Maaf ya, pelanggannya masih banyak diluar. Kau tidak keberatan kan?"
Rukia hanya mengangguk saja.
.
.
*KIN*
.
.
Setelah mandi dan membersihkan dirinya. Rukia mulai masuk kedala kamarnya yang berada dilantai atas sebuah klub malam dipinggiran kota Tokyo. Sudah hampir 3 tahun Rukia tinggal disini dan memilih jadi pelayan nafsu pria hidung belang. Bukannya dia senang hati menerima pekerjaan ini.
Setelah perceraian kedua orangtuanya. Dan masih-masing memilih hidup dengan selingkuhan masing-masing mereka meninggalkan Rukia. Rukia memang anak tunggal. Jadi tak ada satupun yang mau menerima dia. Keluarga kedua pihak orangtuanyapun tak mau menerima anak yang sudah ditinggalkan orangtuanya.
Namun, seorang paman dan sebelah pihak ibu Rukia, membawanya kemari. Pamannya mempercayakan Rukia pada seorang wanita yang katanya adalah masa lalu paman itu. Pamannya sendiri sudah berkeluarga dan tinggal diluar negeri. Dan tidak mungkin membawa Rukia. Makanya Rukia dititipkan disini. Wanita yang bernama Shihouin Yoruichi itu menerima Rukia dengan senang hati. Yoruichi menyayangi Rukia dengan sepenuh hati seperti anak sendiri.
Klub mala mini memang miliknya. Yoruichi membuka klub ini untuk memenuhi kebutuhannya. Ada banyak pelacur asuhan Yoruichi. Mereka dengan senang hati menerima pekerjaan ini. Karena tak ada yang bisa dilakukan lagi. Pekerjaan mudah yang mendatangkan banyak uang hanya ini. Dan dikota besar seperti Tokyo sangat sulit mencari pekerjaan.
Awalnya Yoruichi sama sekali tidak setuju dengan pilihan Rukia yang juga ingin bekerja diklub ini. Menurut Rukia, hidupnya sudah tak ada harganya lagi. Buat apa memikirkan pekerjaan apa yang cocok. Hanya dengan ini hidupnya bisa dilanjutkan. Rukia mau bekerja diklub milik Yoruichi hanya menemani tamu minum, dan pelayanan oral saja. Tidak untuk seks. Jadi kalau sekadar ciuman, pelukan, menari striptease sudah biasa Rukia lakukan. Tapi tidak untuk seks. Banyak pelanggan yang menyukai tubuh mungil Rukia yang seksi dan kelihaiannya dalam berciuman. Karena itu banyak yang menjadi pelanggan tetap Rukia. Banyak pria brengsek yang sulit melupakan betapa nikmatnya ciuman sang primadona malam itu.
Semakin lama, Rukia semakin terpuruk dalam keadaan ini. Dia mulai menikmati perannya sebagai kupu-kupu malam. Baginya tak sulit melakukan pekerjaan kotor ini.
Apalagi, dengan pekerjaan ini, dia bisa melampiaskan kekesalannya pada takdir. Selama 20 tahun hidupnya tak pernah ada kebahagiaan. Orangtuanya selalu berselingkuh satu sama lain. Tidak pernah dirumah dan selalu bertengkar. Ini adalah efek pernikahan dini kedua orangtuanya yang menikah muda karena kecelakaan. Dan itu yang membuat Rukia makin membenci hidupnya. Kenapa dia dilahirkan kenapa harus dia. Tak ada satupun yang menginginkannya. Tak ada satupun yang menghargainya. Lalu kenapa dia harus menghargai hidupnya yang sudah tak ada artinya lagi itu?
Rukia duduk dikasurnya, berpikir agak lama dan akhirnya memilih bajunya yang paling mengundang nafsu siapa saja yang melihatnya. Rukia memutuskan tak akan terpuruk hanya karena keadaan menyebalkan itu lagi. Ini adalah pilihannya. Pilihannya.
.
.
*KIN*
.
.
" Hei labu orange. Ada apa kau ini?" sindir seseorang dengan kepala merah yang diikat keatas seperti nanas. Pria berambut merah itu sedang menegur rekannya yang sedang melamun diruang kerjanya.
" Oi Babon. Kenapa memanggilku labu orange?"
" Apalagi? Kepalamu orange seperti labu."
Pria berambut merah itu menyodorkan beberapa berkas diatas meja pria berambut orange didepannya itu.
" Nah pak GM (General Manager) ini laporan yang kau minta padaku beberapa waktu lalu. Sudah kekerjakan bukan ? Jangan lagi merusak kencanku. Semalam kau beanr-benar mengesalkan. Gadis seperti Nel itu susah dicari. Dia itu susah dipesan !" kembali nanas itu merutuk.
" Oh ya? Menurutku biasa saja. Kerja bagus Renji !" seru kepala orange itu.
" Baguslah. Setidaknya aku bisa keklub malam ini. Kenapa kau buru-buru mengerjakan laporan itu Ichigo? Bukannya laporan itu untuk akhir bulan."
" Si sialan Byakuya itu. Dia mendesakku terus. Katanya aku tak bisa mengontrol anak buahlah dan tak pantas menjabat jadi GM. Apa maksudnya itu ? memangnya dia pikir dia siapa ? baru jadi wakil presiden direktur sudah besar kepala," rutuk Ichigo.
" Hei. Kalau sampai ada yang dengar, kau bisa mampus. Lagipula. Kalau kau melawannya kau tidak bisa menikah dengan adiknya yang manis itu. Kenapa hidup pria itu begitu sempurna." Timpal Renji.
" Bukan sempurna! Beruntung! "
" Sama saja. Kau mau ikut aku tidak malam ini? Klub kali ini hebat. Katanya ada satu gadis yang sangat populer. Dia itu primadona diklub itu. Banyak pria mau tidur denganya. Tapi dia tak mau. Katanya dia masih perawan sih. Kau kan tahu sendiri bagaimana rasanya gadis perawan itu. Mendekati mawar yang penuh duri, sangat menarik !" jelas Renji.
" Paling dia itu hanya gadis sok jual mahal. Bagaimana mungkin dia tidak mau tidur dengan pria manapun. Dia kan pelacur juga…"
" Wow… apakah playboy ini takut untuk mencobanya? Kudengar belum ada gadis yang pernah menolakmu? Kau tentu berpengalaman kan? Mau coba?"
" Kau menyindirku?" tantang Ichigo.
" Tidak. Hanya memastikan. Kalau gadis itu saja bisa menolakmu, berarti kau bukan siapa-siapa… copot saja gelar playboymu itu."
" Sebenarnya pelacur itu bukan kelasku. Tapi selagi dia menarik, aku ingin menocbanya."
Renji hanya tertawa terbahak smabil meremehkan Ichigo.
Renji hanya mengatakan jam yang mereka tentukan untuk pergi keklub itu. Namun, Ichigo masih termenung setelah kepergian Renji. Semalam ketika ingin menemui Renji yang memang usil suka bermain dengan wanita nakal dihotel, Ichigo bertemu dengan gadis yang hanya memakai kimono handuk itu. Gadis itu keluar dari sebuah kamar dengan ketakutan. Dan setelah menghajar pria yang mau berbuat macam-macam pada gadis itu, Ichigo kehilangan dia. Ichigo tak sempat melihat dengan jelas siapa gadis itu. Tapi karena gadis itu yang mengacuhkannya bahkan tanpa mengucapkan terima kasih membuat Ichigo penasaran. Apa gadis itu juga pelacur?
Kalau iya, berarti Ichigo tak sekelas dengannya. Bagi Ichigo, pelacur adalah mainan yang hanya bisa dimainkan disaat bosan. Bukan mainan yang bisa dimainkan seumur hidup. Itulah pelacur untuknya. Seorang pelacur tak pantas dicintai siapapun. Karena semahal apapun pelacur itu, dia masih sanggup membelinya.
.
.
*KIN*
.
.
Rukia melirik klub malam ini. Yoruichi dan lainnya sedang melayani tamu yang langsung berdatangan dalam jumlah banyak. Sepertinya ada pesta khusus hari ini. Rukia duduk dipojok klub sambil menegak martininya. Setelah martininya habis, Rukiapun mengeluarkan bungkus rokok. Awalnya Rukia tak pernah mengenal minuman keras dan rokok. Tapi sejak 3 tahun yang lalu mereka berdua adalah teman Rukia.
Pakaian Rukia yang mampu menggoda iman lelaki manapun. Skirt mini yang super mini, atasan tanpa lengan dan high heels menghias penampilannya.
" Boleh berbagi apimu?"
Rukia menoleh kesamping. Seseorang menghampirinya dengan sebatang rokok dibibir pria berambut merah itu. Rukia menyodorkan rokoknya yang masih terselip dibibirnya.
" Kudengar kau primadona disini?" ujar pria itu lagi. Rukia hanya menatapnya malas.
" Oh ya, Abarai Renji. Itu namaku. Apa aku boleh tahu siapa namamu ?"
Rukia melepas rokoknya dan menginjaknya dilantai. Lalu menarik dasi pria bernama Renji yang masih duduk disampingnya itu. Kelihatannya pria bernama Renji ini adalah pegawai dengan jabatan yang cukup tinggi. Rukia tahu itu.
Rukia mendekatkan wajahnya dengan pria itu hanya beberapa senti saja.
" Tuan tidak sopan. Tuan tahu aku mawarnya disini tapi Tuan tidak tahu namaku? Aku kecewa. Jika Tuan tahu namaku… aku akan menyediakan layanan ekstra. Tapi dengan syarat kita tidak melakukan seks…"
" Kau bercanda. Bagaimana bisa menyediakan layanan ekstra tanpa seks." Kata Renji terkekeh.
" Tuan tidak akan menyesal. Kalau tuan berminat… silahkan panggil aku dengan namaku."
Rukia meniup salah satu mata pria itu lalu turun menuju panggungnya. Ketika musik dimainkan gadis itu naik keatas panggung dan mulai melakukan gerakan sensual. Banyak pria yang ikut naik untuk ikut berdansa striptease dengan gadis itu.
" Lama menunggu? Tempatnya boleh juga walau dipinggir kota." Celetuk seseorang.
Pria itu tak lain adalah Kurosaki Ichigo. Setelah mendapat ceramah dari wakil presdirnya, Ichigo langsung menuju tempat yang dijanjikannya Renji. Tempatnya cukup eksklusif. Banyak gadis yang diatas levelnya yang barusan menggodanya. Tentu saja gadis-gadis dengan dada besar. Yang mungkin tak perlu kasur untuk menidurinya.
Ichigo merasa aneh karena Renji seperti terkena hipnotis seseorang. Matanya tak berkedip dan terus menatap kedepan. Ichigo melambaikan tangannya didepan wakah Renji. Anak itu sudah hilang akal. Air liurnya bahkan nyaris menetes. Belum pernah Ichigo melihat temannya sejak SMA ini jadi begini aneh. Bahkan rokok dimulutnya nyaris membakar mulutnya sendiri. Ichigo menarik rokok itu. Namun tak ada perubahan.
Dengan sekali sentakan Ichigo menepuk dahi Renji.
" Adaww!" jerit Renji sambil memegang dahinya.
" Sudah kembali pria mesum?" ledek Ichigo.
" Apa yang kau lakukan? Jidatku ini berharga tahu!"
" Fantasi mesum apa yang ada dikepalamu itu? Kelihatannya bahkan tak sadar langit akan runtuh," sindir Ichigo.
" Pantas saja dia jadi primadona. Meskipun tak punya dada sebesar Nel atau badan seseksi Matsumoto sekretarismu itu, dia tetap seksi. Bahkan gairahku saja langsung memuncak. Aku jadi semakin penasaran dengan dirinya." Kenang Renji.
" Oh ya? Lalu dimana gadis penebar nafsu itu?"
" Kau akan mengakuinya juga kalau melihatnya seperti itu…" Renji menunjuk kearah panggung yang sedang melakukan dansa striptease itu.
Ichigo mengikuti pandangan Renji. Disana ada seorang gadis berambut pendek hitam yang sedang menari dengan sensual disana. Bahkan beberapa pria mesum tampak menemaninya.
Karena jaraknya agak jauh, Ichigo tak bisa memperhatikan dengan seksama siapa gadis itu.
Gadis itu tampak familiar. Siapa gadis itu ?
" Oh Nona... apa kau tahu siapa nama gadis itu?" Renji menghentikan langkah seorang gadis yang tampaknya memiliki pekerjaan yang sama dengan primadona itu. Gadis bertubuh seksi dengan dada besar itu melompat kepangkuan Renji dan mengelus wajah Renji dengan jarinya yang lentik dan panjang.
" Gadis mana maksud Tuan?" ujarnya dengan nada sensual.
" Yang ada dipanggung itu. Yang sedang menari itu." Tunjuk Renji.
Gadis itu meirik kearah yang ditunjuk Renji itu.
" Oh, dia primadona disini. Dia lebih dikenal dengan nama Yuki. Tapi Tuan. Anda tidak bisa memesannya hari ini." Jelas gadis itu.
" Heh? Kenapa tidak?" kata Renji kecewa.
" Karena sudah ada yang memesannya. Lebih baik tuan kencan denganku saja. Lupakan gadis lugu itu."
" Gadis lugu?"
" Tuan tidak tahu? Satu-satunya gadis disini yang tidak pernah seks hanya dia. Banyak pria yang berusaha menggodanya untuk tidur bersama, tapi dia tidak mau."
" Oh ya?"
Gadis dipangkuan Renji itu masih berusaha menggoda Renji. Karena merasa mendapat durian runtuh, Renji menerima semua godaan bidadari duniawi itu. Kalau ada daging segar jangan dibiarkan menganggur. Itu prinsip Renji.
Ichigo yang mulai malas dengan pemandangan itu mulai pergi menuju bar didekat panggung itu. Banyak gadis yang berebutan untuk menggodanya, tapi Ichigo tidak tertarik.
Ichigo lebih memilih duduk dibar itu sambil meminum vodka dingin. Matanya masih terus melihat gadis itu. Gadis yang tidak pernah tidur dengan siapapun? Bukankah dia pelacur? Mustahil sekali. Jangan-jangan dia hanya sok jual mahal.
Ichigo menyelesaikan minumnya dan naik keatas panggung itu. Menarik lengan gadis yang sedang menikmati tarian sensualnya. Gadis itu berhenti bergerak dan berbalik dengan anggunnya. Rambut pendeknya menyibak wajah putih bersih yang bersinar diatas lampu panggung itu.
Ichigo menatap gadis itu. Gadis yang sama dengan yang dihotel kemarin. Ternyata gadis itu memang pelacur.
Namun beberapa saat gadis itu sempat terbelalak melihat Ichigo. Seakan terkejut karena seorang pria yang tiba-tiba muncul dihadapannya.
" Ada apa Tuan?" ujar gadis itu. Gadis itu sudah bersikap seperti biasa.
" Namamu Yuki? Primadona diklub ini kan?" ujar Ichigo.
" Ya. Ada yang Tuan inginkan dari saya?"
" Tidur denganku. Aku akan bayar sebanyak apapun yang kau inginkan."
Dan gadis itu hanya menatap tajam kearah Ichigo.
.
.
KIN
,
,
continue...
.
.
Minna mohon reviewnya. ini baru awal dan saya masih gugup. jika Minna berkenan tolong berikan review buat melanjutkan fic ini. jika banyak yang berminta saya akan melanjutkannya untuk para senpai yang mereview.
tolong reviewnya... biar saya bisa tahu apakah fic saya layak untuk dilanjutkan.
Jaa Nee!
